Tips Sukses Pernikahan Dini
Lain Dahulu, Lain Sekarang
Kalau dahulu biasa saja bahwa menikah pada usia kurang dari 20 tahun. Biasanya usia laki-laki 17-19 tahun dan nan wanita usia 13-15 tahun. Kalau menikah pada usia lebih dari 20 tahun, malah dianggap perawan tua atau bujang lapuk. Seiring dengan bergesernya pemahaman tentang pernikahan dan keinginan wanita buat mengejar pendidikan nan lebih tinggi serta semakin susahnya mendapatkan pekerjaan, usia menikah ini semakin tua.
Bahkan sekarang tak heran melihat orang nan baru menikah pada usia 40 tahun, baik buat laki-laki maupun wanita. Walaupun banyak nan mengharapkan menikah pada usia dibawha 30 tahun, jodoh ternyata berkata berbeda. Tidak mengherankan kalau melihat wanita dengan penampilan nan begitu dewasa sedang mengandung. Malah kalau melihat wanita sangat mudah mengandung dianggap sebagai wanita nan berani.
Wanita nan menikah dibawah usia 25 tahun, dianggap sangat muda buat menikah. Begitupun dengan lelakinya. Zaman nan penuh dengan gejolak ini dapat sangat mempengaruhi masalah dalam rumah tangga. Kalau masing-masing belum mempunyai pekerjaan, biasanya masalah dalam rumah tangga akan semakin rumit. Apalagi kalau masing-masing pihak tak menyadari hak dan kewajibannya. Kalau masing-masing ingin menang sendiri dan tak memikirkan orang lain, maka nan akan terjadi ialah perang mulut.
Perang mulut ini akhirnya membuat ikatan keduanya mengendur sehingga kalau tak tahan, jalan perceraian pun diambil. Ternyata angka perceraian cukup tinggi. Banyak juga nan menggugat perceraian itu ialah pihak wanita. Dengan semakin melek informasi dan mampu dalam sisi finasial, wanita kini tak dapat dianggap remeh. Mereka mau saja tunjuk dan mengabdi pada suami asalkan sang suami memahami apa nan mereka inginkan.
Wanita tidak harus dipuji setiap saat atau disayang dan dimanja selalu. Yang wanita inginkan ialah bahwa laki-laki atau suaminya tak lebih cerewet daripada dirinya. Kalau ia marah, suaminya diam saja dan tak perlu meladeni. Kalau diladeni, maka perang mulut itu tak akan berhenti. Bahkan hingga dibuatkan status di jejaring sosial. Yang lebih parah lagi ialah mereka marahan di muka generik seperti di facebook dan twitter.
Kalau masalah rumah tangga telah dibawa ke ranah umum, nan terjadi ialah masalah itu akan semakin terbuka dan semakin parah, Mereka akan sulit menemukan jalan buat berdamai. Kalau tak dapat bijaksana mengambil keputusan, maka bukannya tak mungkin perceraian ialah jalan keluar nan diambil. Sayangnya, pemecahan seperti ini akan menjadi suatu kebiasaan. Ketika mereka menikah lagi dan mereka bertengkar lagi dengan pasangannya, mereka akan melontarkan kata-kata pisah lagi. Begitulah seterusnya hingga mereka lelah mengurus perceraian terus.
Seharusnya menikah itu dengan orang nan paling banyak kesamaannya. Kalau menikah dengan orang nan sangat berbeda, sehari dua hari, sebulan dua bulan, mungkin masih dapat saling kompromi. Kalau sudah bertahun-tahun saling mengalah, maka interaksi nan terjalim tak akan terasa indah. Kebersamaan sebab memang mempunyai ketertarikan nan sama, akan membuat keduanya merasa kelengketan hati nan sangat intens. Tidak sporadis malah hal ini atau pengalaman ini didapatkan setelah terjadi perceraian dan menikah dengan orang lain.
Jangan Ada Kata Pisah
Sekali disatukan, seharusnya tak ada kata pisah. Perceraian itu ialah sesuatu nan sangat dibenci oleh Allah Swt walaupun statusnya halal. Banyak hal nan dapat diperbuat ketika dalam pernikahan. Interaksi nan halal ini memungkinkan wanita pergi ke banyak loka sebab mempunyai mahram nan akan menjaganya. Laki-laki pun akan merasa lebih tenang sebab ketika ia merindukan wanita nan dicintainya, rindu itu buat nan halal nan artinya malah berpahala.
Ketika dalam pernikahan, seorang wanita akan sangat mudah masuk surga. Bila ia meninggal dahulu dari suaminya dan suaminya itu ridho dan ikhlas, maka sang wanita kemungkinan masuk surga itu sangat banyak. Dalam pernikahan juga sangat mudah mendapatkan pahala. Tersenyum manis dengan niat menyenangkan suami saja telah dinilai seperti beribadah. Lalu melakukan interaksi suami istri dengan ikhlas pun menjadi seperti rekreasi jiwa dalam spiritualitas nan tinggi.
Yang harus diingat bahwa masing-masing pihak menyadari bahwa nan mereka pilih itu bukanlah orang nan sempurna. Dalam ketidaksempurnaan itulah hati harus dilatih agar menjadi lapang dan mudah buat memaafkan. Kalau saling cinta, memaafkan ini sangat mudah. Sebaliknya, bila tak saling cinta, maka kemarahan akan menjadi seperti bara dalam sekam. Hanya menunggu sejenak, maka semuanya akan terbakar dan musnahlah apa nan telah diupayakan.
Tidak mudah memahami orang lain. Apalagi telah mempunyai pendapat bahwa orang nan dicintai tak seperti nan diharapkan. Semuanya terasa kurang dan terasa sangat jauh dari impian. Padahal sebenarnya, pasangan itu sangat sabar dan mau mengikuti apapun nan diminta. Tetapi sifat dasar manusia ingin menang sendiri telah menghalanginya berbuat lebih baik kepada pasangannya. Kalau ini berlangsung terus, terkadang malah membuka pintu masuknya setan.
Perselingkuhan terjadi sebab ingin keluar dari masalah. Padahal nan terjadi ialah menambah masalah. Jangan biarkan tubuh menyentuh kulit nan tak halal. Tidak akan ada rasa senang atau rasa damai nan sesungguhnya kalau melakukan banyak dosa. Suami istri nan saling membantu berkembang, biasanya akan terlihat lebih harmonis. Sang istri membangkitkan semangat sang suami dan sebaliknya. Saling mendukung ini akan membuat mereka sangat terikat satu sama lainnya.
Tips Sukses Pernikahan Dini
Di dalam menghadapi suatu pernikahan diperlukan persiapan baik itu jasmani dan rohani. Pernikahan ialah suatu hak manusia nan tak boleh dipaksakan. Kesiapan nan tak cukup akan membawa bala di kemudian hari. Begitu juga halnya dengan pernikahan usia muda. Tidak ada nan salah buat menikah di bawah usia 20 tahun. Namun terkadang saat usia belum mencapai 20 tahun, kapital nan dibutuhkan oleh kedua pribadi belumlah cukup.
Saat seorang pria maupun wanita di bawah usia 20 tahun, pola berpikir nan dimiliki masih belum matang. Masih ada keinginan nan besar buat berkumpul dengan teman-teman dan bersenang-senang. Itulah nan menjadi salah satu hambatan primer dalam pernikahan usia muda. Saat Anda telah masuk ke dalam jenjang pernikahan, saatnya Anda masuk ke dalam global baru dan melepaskan segala kesenangan dan kebebasan itu.
Hal terpenting nan dibutuhkan dalam suatu keluarga ialah pemenuhan kebutuhan hidup. Sebuah keluarga akan bisa hayati dan berjalan dengan baik saat semua kebutuhan, terutama kebutuhan pokok, bisa terpenuhi. Itulah nan agak sulit dipenuhi dalam suatu keluarga dalam usia muda. Saat Anda menikah muda, hal ini harus Anda pertimbangan dengan matang.
Campur tangan keluarga dari kedua belah pihak ikut menjadi penentu suksesnya sebuah keluarga muda. Campur tangan keluarga terutama orang tua nan positif bisa mendukung kelanggengan dari sebuah keluarga nan masih muda. Perlu adanya donasi orang tua dalam segala bidang, misalnya dalam membantu pemenuhan kebutuhan pokok buat sementara sebelum keluarga muda itu bisa dilepas mandiri.
Komunikasi dan saling mengerti merupakan dua hal nan tak bisa dipisahkan. Hendaknya suami dan istri nan masuk di dalam pernikahan usia muda bisa saling memahami satu sama lain. Walau memiliki latar belakang nan berbeda, sebagai suami istri harus dapat saling memahami satu sama lain. Setiap masalah nan terjadi harus diselesaikan dengan kepala dingin. Jangan sampai hal-hal kecil berkembang menjadi hal-hal besar nan dapat memicu terjadinya keretakan dalam rumah tangga.
Pernikahan usia muda ialah salah satu pilihan nan sulit. Sebaiknya pernikahan ini dihindari. Namun jika sudah terjadi dan tak bisa dihindari, maka mencari jalan keluar terbaik ialah nan paling penting. Satu hal nan perlu diingat ialah bahwa sebuah pernikahan merupakan suatu hal nan sakral dan harus dipertahankan sebaik-baiknya.