Marga - Marga Dalam Suku Batak

Marga - Marga Dalam Suku Batak



Kepercayaan nan Dianut

Kalau berbicara suku kepercayaan nan dianut orang batak di jamannya, suku ini tak mengenal nan namanya agama. Pada saat itu ada beberapa kepercayaan etnik nan sempat berkembang, salah satunya ialah Agama Somalaing nan diperkenalkan oleh Guru Somalaing pardede. Agama Malim nan dalam bahasa Batak disebut Ugamo Malim ialah bentuk moderen agama orisinil suku Batak.

Agama orisinil Batak tak memiliki nama sendiri, tetapi pada penghujung abad kesembilan belas muncul sebuah gerakan anti kolonial. Pemimpin primer mereka ialah Guru Somalaing Pardede. Agama Malim pada hakikatnya merupakan agama orisinil Batak, namun terdapat pengaruh agama Kristen, terutama Katolik, dan juga pengaruh agama Islam.

Akan tetapi agama ini mulai menghilang dengan seketika Setelah itu baru muncullah agama nan sangat diyakini suku batak sampai sekarang diantaranya: islam, Kristen protestan, dan khatolik.

Perang Paderi (Ada nan berpendapat kata ini berasal dari Pidari di Sumatera Barat, dan ada nan berpendapat kata Paderi berasal dari kata Padre, bahasa Portugis, nan artinya pendeta, dalam hal ini ialah ulama) di Sumatera Barat berawal dari kontradiksi antara kaum adat dengan kaum ulama. Sebagaimana seluruh wilayah di Asia Tenggara lainnya, sebelum masuknya agama Islam, agama nan dianut masyarakat di Sumatera Barat juga agama Buddha dan Hindu.

Sisa-sisa budaya Hindu nan masih ada misalnya sistem matrilineal (garis ibu), nan mirip dengan nan terdapat di India hingga sekarang. Masuknya agama Islam ke Sumatera Utara dan Timur, juga awalnya dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat dan Cina.

Sebelum masuknya agama Islam dan Kristen ke Tanah Batak, selain agama orisinil Batak yaitu Parmalim, seperti di hampir di seluruh Nusantara, agama nan berkembang di Sumatera Utara ialah agama Hindu dan Buddha.

Agama Islam nan masuk ke Mandailing dinamakan oleh penduduk setempat sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) sebab para penyerbunya datang dari Bonjol. Penyerbuan Islam ke Mandailing berawal dari dendam k eturunan marga Siregar terhadap dinasti Singamangaraja dan seorang anak hasil incest (hubungan seksual dalam satu keluarga) dari keluarga Singamangaraja X.

Seiring berkembangnya jaman, suku batak mulai menyebar ke berbagai pelosok, mereka meyebar diberbagai daerah dan mulai membaur dengan suku-suku lainnya. Orang batak terkenal dengan adat nan sangat keras serta logat bicara nan tidak kalah kerasnya. Mereka di anggap kasar oleh suku lain sebab berbicaranya nan terlalu keras.

Padahal disisi lain suku batak sangatlah sayang dan hormat terhadap nenek moyang mereka. Bahkan ketika mereka mempunyai keturunan, sebagaimana mestinya para orang tua bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan hayati anaknya.

Peran ayah sangat krusial dalam keluarga ini, laki-laki sangat tinggi kedudukannya. Merekalah nan akan membawa atau meneruskan marga nan mereka pakaian terhadap anak-anak mereka. Memang batak terkenal dengan adatnya nan keras sehinngga banyak sekali para orang tua dalam suku ini, mengharuskan anaknya mempunyai pasangan nan memang suku batak juga.



Marga - Marga Dalam Suku Batak

Di samping agama suku nan mereka anut sangat beragam, suku ini juga mempunyai beragam-ragam marga, di antaranya ialah :

1. Hutagaol

2. Silaban

3. Simatupang

4. Sihombing

5. Batubara, dll

Marga di atas ialah marga-marga nan terus di gariskan oleh turun menurun, sehingga marga nan di miliki tak akan pernah hilang. Terbentuknya masyarakat Batak nan tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan sebab adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Berbicara soal sifat nan mereka miliki, batak termasuk orang nan tak suka basa basi, mereka ialah orang nan berterus terang walau terkadang sifat sombong kerap kali muncul.

Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal nan sangat krusial bagi orang Batak. Bagi mereka nan tak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya nan menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

Walaupun begitu suku batak ialah bagian dari tanah air Indonesia nan harus tetap dijaga dan dilestarikan. Agama suku boleh saja berbeda, apalagi budayanya, maka dari itu harus tetap dipertahankan. Tentu saja kita sebagai bangsa indonesia haruslah menghormati dan saling bergandengan tangan, sebab dengan begitu makin kuatlah kita di mata global sebagai bangsa nan pernah terjajah.