Jejaring

Jejaring

Masalah ketenagakerjaan saat ini cukup memprihatinkan. Membaca warta bahwa banyak sekali lowongan kerja nan tidak terisi sebab calon tenaga kerja nan melamar tidak memenuhi persyaratan nan telah ditetapkan oleh pemberi lowongan kerja. Dari realita ini maka akan terjadi kondisi dimana pencari kerja menumpuk dan tak tersalurkan, sementara banyak lowongan kerja nan justru tak terisi.

Kondisi seperti ini tak semata-mata masalah kegagalan forum pendidikan membekali kemampuan para peserta didiknya sehingga lebih siap buat memasuki global kerja, melainkan terikat erat dengan masalah mentalitas pula. Semakin tinggi pendidikan, ada kesamaan semakin tinggi pula asa memperoleh pekerjaan pada posisi nan enak dengan penghasilan besar. Padahal logika berpikir seperti itu samasekali berbeda dengan logika global pekerjaan nan ada.

Jabatan tinggi dengan gaji besar ada pada level supervisor ke atas buat perusahaan berskala besar, atau mulai dari level asisten manajer ke atas buat perusahaan skala menengah. Dan mohon diketahui pula bahwa buat jabatan-jabatan tersebut, perusahaan tak akan memberikannya pada mereka nan benar-benar fresh graduated, melainkan akan diberikan pada para pekerja nan terlatih, berpengalaman, dan kesemuanya ada pada tenaga kerja senior. Hal kedua, posisi-posisi tersebut di masing-masing perusahaan juga tak membutuhkan banyak, sehingga dengan jenjang karir nan normal saja sudah dapat terpenuhi.

Posisi nan membutuhkan banyak orang biasanya ialah buat level operasional termasuk di dalamnya para tenaga pemasaran. Dan anehnya, para lulusan perguruan tinggi sekarang ini justru tak menaruh minat pada level pekerjaan operasional dan tenaga pemasaran tersebut. Dengan demikian mereka menolaknya dan posisi inilah nan kosong. Sebaliknya kalaupun ada posisi asisten manajer nan diperlukan dan akan diberikan kepada tenaga kerja nan betul-betul fresh graduated, itupun jumlahnya sedikit. Sehingga dapat dibayangkan bagaimana taraf persaingan antara sesama pencari kerja buat mengisi level pekerjaan tersebut.



Soft Skills

Soft skills nan mengacu kepada keterampilan kepemimpinan, komunikasi, kerja sama, cara mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan lain-lain, ternyata tidak banyak dimiliki oleh para calon tenaga kerja. Ini memang kondisi klasik nan telah terjadi belasan bahkan puluhan tahun lalu dan anehnya samasekali tak direspons secara optimal oleh forum pendidikan pencetak calon pencari kerja tersebut. Hal kedua nan menjadikan masalah ini tetap menjadi masalah besar ketenagakerjaan ialah gaya hayati anak muda nan lebih banyak bermain di depan komputer dengan beragam game online , telah membuat mereka awam bagaimana berinteraksi dengan orang lain.

Mereka kurang mampu membina komunikasi dengan orang lain. Jangankan menjadi seorang pemimpin, sebagian anak-anak muda kurang mampu mengutarakan maksud dan tujuan hidupnya sendiri dengan kata-kata nan tepat tanpa menyinggung perasaan orang lain.

Kemampuan soft skill nan kurang ini banyak dikeluhkan oleh para penerima tenaga kerja muda tersebut. Malah ada nan mengaku bahwa para pekerja baru tersebut terlalu percaya diri sehingga banyak menuntut fasilitas nan terlalu hiperbola sebagai orang baru. Ada juga nan membuat curriculum vitae nan hiperbola sehingga di lapangan semua itu hanyalah imbasan jempol. Memang lebih mudah memberikan perlatihan buat hard skill dibandingkan perlatihan buat soft skill.

Kemampuan berinteraksi dengan orang lain seringkali dikeluhkan para penerima kerja, terutama sebab minimnya pembekalan nan dilakukan oleh forum pendidikan melalui praktek kerja lapangan. Dengan demikian peserta didik calon pencari kerja tersebut lebih banyak dijejali dengan berbagai macam teori nan sebenarnya sudah ada sejak dulu dan menjadi bacaan wajib, tanpa dibekali fenomena nan benar-benar real di lapangan. Maka tak perlu heran bila seorang sarjana misalnya tapi tak memiliki kemampuan buat menyelesaikan tugas sinkron dengan sasaran waktu dan sasaran pekerjaan. Tidak mengherankan bila banyak pencari pekerja, lebih mempercayai kepada para pencari kerja senior nan telah keluar dari perusahaan sebelumnya nan kebetulan memiliki jabatan pekerjaan nan sama atau hampir sama.



Ayo Berorganisasi

Butuh waktu nan tidak sebentar buat membentuk karakter pemimpin nan andal dan bisa diandalkan. Organisasi dapat menjadi wahana penempa para calon pemimpin masa depan tersebut. Pemimpin di sini bukannya harus menempati posisi puncak saja. Tapi paling tak menjadi pemimpin bagi diri sendiri nan mampu mengarahkan diri sendiri dan menjadi inspirator bagi orang lain.

Pengertian pemimpin ini sangat luas. Bila jiwa kepemimpinan tidak dimiliki, akan sulit membuat diri sendiri berdisiplin ketika tidak diawasi. Jiwa kepimpinan ini juga nan akan mendorong seseorang selalu berusaha melakukan nan terbaik dan memberikan ide-ide cemerlang kepada organisasi perusahaannya kelak. Bahkan bukan tak mungkin bahwa suatu saat jiwa kepemimpinan ini akan membuat anak muda tersebut menjadi pengusaha handal nan membantu banyak orang meraih mimpi mereka.

Berorganisasi tidak harus di kampus. Majemuk komunitas anak muda dan komunitas hobi juga dapat dimasuki. Untuk lebih mendalami organisasi tersebut, jadilah salah satu pengurusnya. Belajar bertanggung jawab dan memberikan nan terbaik bagi orang lain akan memberikan akibat nan tidak sedikit bagi masa depan kelak.

Gaya kerja nan baik akan menjadi suatu surat keterangan nan baik. Hal tersebut juga akan menjadi acuan bagi teman-teman buat berpromosi kepada orang lain betapa Anda bisa diandalkan. Dan dalam global kerja saat ini, surat keterangan seperti ini jauh lebih manjur daripada berlembar-lembar halaman berisi curiculum vitae nan kesemuanya itu hanya pandai secara teori semata.

Padahal bila memang lebih banyak mengetahaui teori tentang perusahaan dan minim pengalaman di lapangan, lebih baik menjadi tenaga pengajar sehingga dengan cepat anda akan dapat menstransfer pengetahuan anda tentang berbagai teori tersebut kepada peserta didik lain daripada ikut-ikutan antri di global pekerjaan nan membutuhkan skill dan keterampilan.



Jejaring

Membina jejaring harus sudah dilakukan sejak masih sekolah. Teman-teman nan potensial dapat dijadikan rekan kerja nantinya. Jejaring nan banyak dan baik akan membantu mendapatkan kerja ataupun mendapatkan klien atau konsumen buat perusahaan nan kelak mungkin akan didirikan.

Jadi bertemanlah dengan banyak orang. Berbuat baiklah dan bentuklah pencitraan dan reputasi nan baik. Inilah kapital awal nan sangat berguna kelak ketika masa sekolah atau masa kuliah sudah selesai dan membutuhkan pekerjaan.

Betapa banyak informasi lowongan pekerjaan nan disampaikan secara lisan dari top pimpinan di perusahaan dengan alasan mengurangi antrian pencari kerja, buat sebuah lowongan pekerjaan nan memang tak terlalu banyak membutuhkan orang. Dengan jejaring nan anda bina semakin luas, maka akan semakin luas pula kemungkinan buat memperoleh informasi tersebut. Dari sini saja artinya anda telah melakukan satu langkah di depan teman-teman anda nan tak memiliki jejaring nan baik.

Sebenarnya seorang pemimpin perusahaan ketika memutuskan akan mengadakan rekruitment karyawan, ia sedang mempertaruhkan nama baik sekaligus produktivitas perusahaannya. Dari dua alasan ini saja, maka pemimpinan nan mencari pekerja tadi tak akan sembarangan memberikan kesempatan itu melainkan kepada orang-orang nan sekiranya dapat memikul tanggungjawab yakni dapat membawa nama baik perusahaan dan tetap menjaga produktivitas perusahaan.