Apa Itu Bahasa?
Sahabat Ahira nan brilian. Bahasan kita kali ini dapat dibilang agak filosofis dan sedikit berat yakni tentang Linguistik . Pengertian Linguistik ialah ilmu nan mempelajari bahasa. Bahasa apa? Jika kita mempelajari Bahasa Indonesia maka kita akan mempelajari Linguistik dari Bahasa Indonesia seperti struktur bahasa Indonesia, kata sifat, kata kerja, kata sisipan, kata serapan, idiom, dan seterusnya.
Begitu pula halnya dengan bahasa-bahasa lainnya nan ada di seluruh dunia. Pendek kata, Linguistik membantu kita di dalam logika berpikir, berbahasa, berfilsafat, berbudaya dan berkomunikasi. Bahasa menunjukkan bangsa!
Umumnya orang nan belajar tentang teori Linguistik. Sedikit banyak akan belajar mempelajari tentang Filologi. Pengertian Filologi ialah ilmu nan mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis. Filologi juga mempelajari bahasa-bahasa nan sudah punah, bahasa antik nan sudah tak digunakan lagi.
Problem Filologi dan Linguistik adalah menetapkan keaslian suatu naskah dan menentukan maknanya. Apa nan dimaksud ‘menentukan makna’, apakah ini berarti membicarakan pertalian antara masa lampau dan kekinian, bukankah itu perkara sulit. “Masa lalu tak dapat dipahami melalui pengertian nan dimilikinya sendiri, sebab di masa kini, masa lalu itu dipahami dengan menggunakan pengertian-pengertian masa kini.” [Lechte, 2001:15]
Kita kadang bertanya, di zaman internet nan serba cepat, praktis, dan terkadang membingungkan. Apakah Linguistik ilmu bahasa masih diperlukan buat dipelajari baik buat kebutuhan teoretis akademis dan kebutuhan sehari-hari? Jawabannya sangat diperlukan. Sebab, Linguistik ialah fondasi dari ilmu komunikasi. Bahasa tak akan berarti apa-apa, bila tak dikomunikasikan.
Tujuan Belajar Linguistik!
Hierarki paling tinggi dari bahasa ialah pesan komunikasi nan sampai. Dalam ilmu komunikasi disebutnya nyambung. Maksudnya, jika kita berbicara atau berkomunikasi dengan seseorang. Terkadang kita tak memerlukan tata bahasa dan struktur standar dari SPOK [Subjek Predikat Objek Keterangan] sebagaimana nan diatur dalam Linguistik.
Apa pun bahasa dan komunikasi nan kita ucapkan bagaimana caranya agar nyambung satu sama lain. Coba perhatikan bagaimana bahasa SMS nan penuh singkat-menyingkat, tetap saja dapat dimengerti oleh nan membacanya. Walaupun terkadang sering salah paham juga.
Tujuan lainnya dari belajar Linguistik ialah kita bisa berkomunikasi dengan masa lalu, mengetahui cara berpikir, berbahasa suatu bangsa dalam membangun peradaban. Kita bisa pula melacak jejak perkembangan lahirnya bahasa. Apakah bahasa-bahasa di global berasal dari satu bahasa kemudian menjadi banyak. Lalu di kemudian hari sebagian bahasa-bahasa di global akan punah dan tinggal satu bahasa saja.
Dalam buku Manuver Filsafat Bahasa Dalam Penciptaan Peradaban Komunikasi disebutkan, “Pohon Silsilah Bahasa-bahasa di Dunia” menurut Ruhlen tentang teorinya “ The Origin of Language: Tracing the Evolution of the Mother Tongue ”. Bahasa bermula dari satu sumber, satu permulaan, satu penciptaan dan pengadaan, pendekatan Ruhlen sama dengan Stambaum seolah meniadakan hal lain nan bersifat faktual mengenai keberagaman bahasa. Linguistik hadir sebagai ilmu buat mempelajari semua hal tentang bahasa.
Sementara menurut Pujangga sastrawan besar Indonesia, Sutan Takdir Alisyahbana, antara bahasa, pikiran, dan kebudayaan terjalin interaksi kuat-menguatkan. Kekuatan pikiran suatu bangsa terpancar dalam klarifikasi bahasanya, nan berdaya mengembangkan konsep-konsep menjadi kerja kebudayaan nan menggelisahkan kehidupan manusia.
Dalam perkembangannya, bahasa juga dipengaruhi rezim penguasa. Misalnya, berpengaruh kepada politik, ekonomi, budaya, agama, dan lain sebagainya. Kita sering menemukan istilah [simbol] nan dihubungkan kepada maksud tertentu. Pada zaman Orde Baru, pemerintah menyebut istilah golongan merah buat komunis, putih buat golongan putih-netral, dan hijau buat agamawan.
Linguistik, sebab difungsikan sebagai fondasi komunikasi, pada akhirnya bukan lagi sebagai ilmu bahasa biasa nan bersifat teoritis melainkan juga masuk ke ranah lebih praktis yakni komunikasi. Komunikasi bersifat dinamis, njelimet [ sophisticated ], menyita [ confiscated ], rumit [ complicated ] dan berbelit [complexs].
Artinya komunikasi sulit atau mudah? Mudah apabila terjadi saling pengertian. Sulit apabila terjadi kesalapahaman. Seorang pakar komunikasi sekali pun dapat mengalami gagal komunikasi bila berhadapan dengan audiens nan berbeda latar belakang.
Perkara komunikasi sangatlah luas. Kita dapat menganggapnya mudah, dapat juga mengangapnya mudah. Mudah, dalam artian siapa pun dapat berkomunikasi, dimanapun orang berkomunikasi, komunikasi itu ada di mana-mana. Ketika bicara komunikasi dalam artian makna, simbol, tanda, di situlah kesulitan muncul. Linguistik lebih bersifat komunikasi tertulis daripada lisan.
Studi Budaya Linguistik dan Filologi
Budaya tak saja melahirkan produk-produk kultural berupa kesenian, lagu dan teknologi. Tetapi juga bahasa dan komunikasi. Studi budaya tersebut meliputi:
- Komunikasi
- Politik
- Ekonomi
- Linguistik
- Musik
- Film
- Filsafat
- Agama
- Teknologi
- Sosial kemasyarakatan
Fokus linguistik mengarah kepada bahasa sebagai medium komunikasi daripada hal-hal lain, baik itu bentuk lisan ataupun tulisan [belakangan digunakan istilah verbal dan non verbal]. Dalam kajian linguistik dapat kita katakan bahwa “Tidak ada suatu kriteria atau ukuran unilar, bahwa bahasa menteri-menteri lebih baik daripada bahasa tukang becak.”
Filologi memerlukan linguistik sebab bahan filologi sama dengan linguistik, yakni bahasa. Dalam kamus linguistik bisa kita lihat perkembangan linguistik dari berbagai kurun. Linguistik kognitif menekankan interaksi bahasa nan mewakili informasi dalam otak manusia. Selain linguistik kognitif ada pula linguistik sosiologis nan berpegang pada pandangan bahasa tak bisa dipisahkan dari konteks sosial manusia dengan pengungkapan orang atau kelompok.
Dalam istilah Linguistik, Chomsky [bapak linguistik sedunia] menggunakan istilah kompetensi. Dari konsep ini bisa dimengerti, bahasa itu bukan learned , melainkan innate . Bahasa mempunyai fungsi transaksional [pesan] dan interaksional [Hubungan Sosial].
Ricoeur mengatakan hanya tahapan kalimatlah nan memungkinkan kita bisa membedakan antara apa nan dikatakan dan tentang apa nan dikatakan. Itu sebabnya, pertumbuhan ilmu bahasa, linguistik tak terjadi dalam urutan peristiwa nan teratur, lebih merupakan loncatan [kuantum].
Kajian linguistik mempelajari pula tentang simbol dan tanda. Tillich dalam buku The Power of Symbols mengajukan karakteristik khas simbol: “Simbol bersifat figuratif, bisa dicerap sebagai bentuk objektif, imajinatif, memiliki kekuatan nan inheren [pengalaman mistis dan artistis], mempunyai akar dalam masyarakat.
“Menurut hukum hidup orang ditakdirkan berjalan, sedangkan tak usah diajar anak bisa berjalan, tetapi berbicara [bahasanya] ditentukan pergaulan sekitarnya. Oleh sebab pergaulan manusia itu bhineka bahasanya akan bhineka pula. Jadi faktor individu dan faktor masyarakat [sosial] amat kedap hubungannya dalam bahasa.” [Wojowasito, 1959:13]
Apa Itu Bahasa?
Bahasa [ language ] dari bahasa Latin disebut lingua nan berarti lidah [ tongue ]. Bahasa merupakan kumpulan kata-kata, arti kata-kata nan standar, bentuk ucapan nan digunakan sebagai metode komunikasi, dan menyatakan isi kesadaran, serta pola arti nan konsisten. Kegiatan universal insani membentuk sistem tanda-tanda sinkron dengan aturan-aturan asosiasi nan diterima umum. Bahasa berarti bentuk-bentuk ucapan manusia nan dikondisikan secara historis dan sosial.
Tanpa bahasa kita akan kesulitan menyatakan atau menerangkan objek material eksternal, mental internal, kualitas relasi, logika matematika, fungsi, keadaan, proses dan kejadian sesuatu. Tujuan primer bahasa ialah menggambarkan dan mengkomunikasikan gagasan. Bahasa menghadirkan mengenai objek dan bukan objek itu sendiri.
Fungsi bahasa di antaranya: Kognitif, Emotif, Imperatif, Evaluatif, Performatif. Bukankah manusia ialah makhluk nan bernyanyi, nan menghubungkan pikiran dengan bunyi. Sesungguhnya tak ada keterampilan hayati nan tak melibatkan keterampilan berbahasa, sebab setiap keterampilan berbicara melibatkan komunikasi dengan bahasa.
Senarai Surat keterangan Linguistik
Bagi nan berminat belajar Linguistik. Berikut ini ialah daftar buku nan dapat digunakan sebagai acum bahan pembelajaran, di antaranya:
- Alisyahbana, St. Takdir, Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia, jilid I cetakan ke 28. Pustaka Rakyat, Jakarta, 1960
- ----------------------------, Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia, jilid II cetakan ke 4 Pustaka Rakyat, Jakarta, 1952
- Becker, A.L, Linguistik & Analisis Sastra, Antologi Stilistika, Panitia Aplikasi Penataran Sastra Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1978
- Brandstetter, Renward., Terj. Sjaukat Djajadiningrat, Akar Kata dan Kata dalam Bahasa-bahasa Indonesia, Pustaka Rakyat, 1957
- Dardjowidjojo, Soejono, Perkembangan Linguistik di Indonesia, Arcan, Jakarta, 1985
- ----------------------------, Linguistik: Teori & Terapan, Forum Bahasa Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, 1987
- Daldjoeni, N, Strukturalisme dari Linguistik Merembes ke Ilmu-ilmu Lain, Tifa Sastra, (Jkt-IV/30/Agustus-Desember 1975)
- Kridalaksana, Harimurti, Kamus Linguistik, Gramedia, Jakarta, 1982
Belajar bahasa tak mudah apalagi belajar tentang ilmu bahasa [linguistik]. Global kita dibatasi oleh bahasa. Jika memiliki kosakata nan kaya makna, kita pun akan memiliki makna di dalam diri nan hakiki. Seperti nan tertuang dalam buku Manuver Filsafat Bahasa dalam Penciptaan Peradaban Komunikasi , bahwa “suatu kata-kata tak berarti apa-apa, manusialah nan memberi arti terhadap kata.”