Pengetahuan yanga Membunuh
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mungkin sudah sangat maju. Banyak sekali penemuan atau segala penemuan-penemuan nan dilakukan manusia. Ilmu pengetahuan sendiri ialah usaha manusia nan ingin menyelidiki tentang sesuatu hal makna dan hakikat hayati di global ini. Bahkan manusia telah berani membuat manusia lewat teknologi nan disebut kloning. Dengan pengetahuannya itu manusia telah berani bermain sebagai Tuhan. Luar biasa. Tidak ada lagi satu etika atau tuntunan nan diikuti oleh orang-orang nan diberi karunia kecerdasan otak itu. Hati mereka beku sehingga mereka tidak sungkan mengorbankan banyak hal demi mewujudkan satu produk ilmu pengetahuan nan seharusnya tak terjadi.
Penyalahgunaan Pengetahuan
Penyalahgunaan ilmu pengetahuan seperti kloning itu sendiri sebenarnya telah dinyatakan sebagai sesuatu nan membahayakan. Bayangkan saja, melihat bentuk bayi nan gagal dikloning, niscaya akan membuat orang nan masih mempunyai hati nurani akan berteriak. Bayi-bayi itu berbentuk seperti kodok, bayi dengan mata nan sangat besar di bagian dahi, bayi dengan bagian organ dalam terburai, dan lain sebagainya.
Bayi-bayi nan menjadi bahan percobaan itu tidak bersalah. Dengan tanpa rasa humanisme sedikit pun orang-orang nan diberi pengetahuan itu mencoba berbagai hal dalam mewujudkan karya nan menentang alam. Tuhan niscaya marah dengan semua itu. Sementara waktu memang ada nan berhasil. Tetapi lihatlah hasilnya. Produk kloning itu biasanya tak mempunyai imunitas tubuh nan bagus sehingga mereka mudah sekali diserang oleh penyakit dan akan wafat dalam waktu nan tak lama.
Kloning ini sendiri merupakan satu pembuahan tanpa menggunakan sperma. Inilah satu hal nan menentang alam. Kalau tanpa sperma, niscaya akan ada sesuatu nan salah dengan produk kloning itu. Kejadian nan diluar batas ini telah membuat produk kloning mengalami berbagai komplikasi nan membahayakan. Bahkan ada seekor babi nan diberikan hormon manusia akhirnya tumbuh besar namun lumpuh. Tak usah manusia nan dicoba. Kelinci nan disilangkan dengan ras nan berbeda tak akan menghasilkan kelinci nan sehat dan bisa bertahan hayati dengan baik.
Orang-orang nan mengaku ilmuwan itu harus belajar ilmu hati dan bagaimana menggabungkan kecerdasan otak dan kecerdasan hati. Mereka tak boleh serta merta mengatasnamakan pengetahuan dan dengan beraninya melakukan apapun nan bsia mereka lakukan. Bahkan kini terdengar kabar bahwa para ilmuwan dibidang ilmu rekayasa genetika sedang mengupayakan satu teknik nan akan menghasilkan bayi super nan sehat jasmani dan rohani. Seorang bayi nan benar-benar dirancang dengan biaya nan cukup mahal. Bayi dengan bentuk fisik nan diinginkan dan keadaan rohani nan sempurna.
Pikiran manusia itu memang sangat aneh. Pembentukan kepribadian dianggap sebagai sesuatu nan dapat dirancang jauh sebelum bayi dilahirkan dengan donasi teknologi. Lalu apa fungsi pendidikan dan pengasuhan orangtua? Kalau dituruti, maka dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan nan semakin pesat, ditakutkan manusia semakin sombong. Padahal seharusnya, semakin tinggi ilmu seseorang, ia akan semakin tahu dengan Tuhannya dan ia akan semakin bertakwa. Sayangnya, semkain maju ilmu pengetahuan nan dimiliki malah terkadang semakin membuat orang tersebut semakin jauh dengan Tuhannya.
Betapa ruginya bila hal ini sampai terjadi. Untuk apa mempunyai pengetahuan nan tinggi tetapi tak memiliki keimanan. Tanpa iman, pengetahuan nan tinggi itu akan menyesatkan. Kisah Alfred Nobel nan akhirnya menyumbangkan semua hartanya demi pengetahuan dimulai dari ketika ia membaca satu artikel tentang kematiannya sendiri. Artikel itu tentu saja salah. Tetapi membaca apa nan akan dikenang orang tentang dirinya, membuatnya berpikir bahwa pengetahuan nan sebenarnya itu ialah pengetahuan nan bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan bukan pengetahuan nan memussuhi atau bahkan membunuh manusia.
Perkembangan Dalam Ilmu Pengetahuan
Perkembangan dalam ilmu pengetahuan dewasa ini sudah merambah ke segala jenis cakupan, mulai ilmu tentang bumi, angkasa, dan masih banyak lagi segala sumber buat memperkaya pengetahuan manusia. Jika dipandang dari ilmu filsafat, maka ilmu tersebut terbentuk dari pemikiran manusia tentang dirinya dan sekitarnya serta berusaha buat berpikir sejauh mungkin. Keilmuan nan tidak mengenal batas ini memang memungkinkan manusia melakukan banyak hal di bumi ini. Memang tidak dipungkiri bahwa ada orang-orang cerdas nan menyalahgunakan ilmu nan dimilikinya. Ia dengan entengnya menipu orang lain dengan teknik nan ia bisa dari pengetahuan nan ia miliki.
Bila orang cerdas telah membuat ilmu pengetuan menjadi sumber perbuatan nista, maka akan banyak sekali korban nan akan berjatuhan. Misalnya, apa nan dilakukan Hitler dalam eksperimennya buat mendapatkan bangsa Aria nan super. Sayangnya eksperimen itu gagal dan Hitler harus mendapatkan fenomena bahwa kemampuan super itu hanya dapat didapatkan dari latihan nan paripurna dan bukan dibentuk di dalam laboratorium. Kalau kemampuan super itu dapat dibentuk dalam laboratorium, maka hanya orang kaya saja nan dapat mempunyai anak nan super. Betapa tak adilnya global ini kalau hal ini sampai terjadi.
Untungnya masih banyak juga orang-orang kaya dan orang-orang cerdas nan mempunyai hati nurani. Mereka menggunakan uang dan otaknya buat membuat kehidupan manusia semakin baik. Inovasi berbagai barang nan membuat aktivitas manusia semakin mudah ialah di antara hal nan dilakukan oleh orang-orang nan tetap berpikir bahwa kehidupan di global ini memang tak akan selamanya. Suatu saat niscaya manusia ini akan mati. Lalu apa nan akan terjadi setelah kematiannya?
Pengetahuan yanga Membunuh
Seorang Einstain saja mengatakan bahwa ilmu pengetahuan itu membutuhkan agama agar ada nan mengendalikannya. Kalau tidak, maka ilmu pengetahuan ini akan menjadi mesin pembunuh manusia nan sangat keji. Inovasi senjata biologis nan mampu memusnahkan manusia secara massal ialah salah satunya. Senjata biologis ini bahkan membuat satu pulau tidak berpenghuni sebab tanahnya mengandung anthrax nan dapat membunuh manusia.
Semakin berkembang ilmu pengetahuan, semakin berkembang pula keserakahan manusia akan sesuatu hal, segala aspek, dan hidup. Itu tak menjadi soal, sebab masih banyak juga manusia nan melihat kegunaan perkembangan ilmu pengetahuan buat anak cucunya di masa depan. Ya, ilmu pengetahuan memang diperuntukkan buat generasi selanjutnya.
Ada tiga ilmu nan berkembang pesat di global ini yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu terapan. Pada ilmu alam, perkembangan itu terlihat dari pikiran manusia nan berusaha mengerti tentang alam semesta dan bahkan tentang dirinya sendiri, maka segala penemuan dilakukan manusia buat mengungkap jagat raya dari bumi hingga supercluster di luar sana.
Perkembangan ilmu pengetahuan juga tak berkembang pada bidang astronomi semata. Akan tetapi, merambah pada bidang-bidang ilmu lainnya, seperti ilmu tentang manusia nan rumit, ilmu sosial, dan masih banyak lagi ilmu-ilmu lainnya. Salah satu tujuan dari perkembangan ini tentu saja agar manusia mengetahui tentang segalanya, dan mempermudah segala hal nan berhubungan dengan budaya manusia.
Belum lagi kemajuan tentang nuklir. Saat ini, nuklir sudah bukan sesuatu nan mustahil bagi negara berkembang seperti Iran, India, Pakistan, Israel. Ini membuktikan kalau perkembangan ilmu pengetahuan sudah menjangkau segala aspek.
Hakikat Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan milik Tuhan, dan sudah sepantasnya setiap manusia berhak berpengatahuan tanpa ada sebuah batas. Karena manusia di global ini diciptakan oleh suatu zat yaitu Tuhan. Ketika memiliki pengetahuan pun jangan sampai takabur dan lupa akan kesejahteraan masyarakat umum. Untuk selanjutnya, kita sebagai manusia harus dapat mengikuti segala perkembangan, jika tak ingin tertinggal dari pusaran waktu nan turut juga mengembangkan segala ilmu pengetahuan di global ini. Para ilmuwan juga diharapkan memahami kehidupan dengan mendalami unsur pokok dari ilmu nan ditekuninya.
Ilmu pengetahuan saat ini dapat dikatakan; merupakan hasil dari akumulasi pengetahuan nan terjadi dengan pertumbuhan. Maka ilmuwan nan berperan dapan ilmu pengetahuan dalam perkembangannya juga harus memiliki kearifan, kebenaran, etika, dan estetika. Agar tak terjerumus ke dalam inovasi nan tak punya etika dan akhirnya dapat menghancurkan umat manusia.
Mencari ilmu ialah kewajiban dari manusia. Kalimat itu sudah tertera di semua kitab kudus semua agama. Setelah kita mengetahui mana ilmu pengetahuan nan baik, maka kita pun dituntut buat menyebarluaskannya kepada manusia lainnya dengan tujuan buat mensejahterakan kehidupan manusia di global ini. Perkembangan ilmu pengetahuan itu harus lebih dapat membuat manusia menjadi lebih baik.