Ujian Nasional
Ujian Nasional (UN) menjadi momok nan menakutkan bagi siswa. Setiap perhelatan ujian nasional serasa dikejar monster nan siap menerkam. Siswa dibuat stres dan frustasi. Jalan pintas pun digunakan. Mencontek, menyuap, atau membeli soal.
Polemik ujian nasional tak akan berhenti selama ketimpangan pembangunan pendidikan terus terjadi. Masa sekolah kandang ayam mau disamakan dengan sekolah bertaraf internasional. Bank soal ujian nasional tak mendiskreditkan mereka. Sama rata. Sama rasa. Namun, salah kaprah.
Bank Soal
Mengapa kecurangan di ujian nasional terus terjadi? Karena data bank soal nan masih minim. Bank soal ujian nasional digunakan sebagai acuan, panduan, dan pedoman, dalam menghadapi ujian nasional. Bank soal ujian nasional ibarat miniatur dari ujian nasional. Namun, tak sporadis bank ujian nasional meleset. Terali salah total. Estimasi soal nan diuji tak keluar.
Bagaiamana menanggulangi hal ini?
- Miniatur. Bank soal ujian nasional wajib mencantumkan kisi-kisi, informasi, dan bayangan soal, dalam ujian nasional. Bank soal ujian nasional, sekali lagi, ialah miniatur dari ujian nasional. Jika pola ini tak digunakan, akan sia sia kerja keras murid nan susah payah mengisi soal.
- Latihan. Bank soal ujian nasional harus menjadi latihan bagi para murid sebelum menjajal ujian nasioal sesungguhnya. Bank soal ujian nasional memberi semacam soal nan berfungsi jadi bayangan ujian nasional.
Ujian Nasional
Perdebatan ujian nasional tak akan segara berhenti dalam waktu dekat ini. Ujian nasional ialah kontroversi nan tak akan usai. Ketika publik sibuk berdebat dan siswa nan kena rugi, kita harus memikirkan cara meminimalisasi akibat negatif ujian nasional. Para murid tak hanya dreamless (kehilangan mimpi), tetapi telah hopeless (kehilangan harapan).
Untuk mengatisipasi hal itu, diperlukan solusi tepat. Salah satunya ialah merancang sistem bank soal ujian nasional.
- Integrasi. Jangan sampai pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sekolah, jalan sendiri-sendiri. Stakeholder ini harus seiring seirama. Bank soal ujian nasional nan dipakai harus sama.
- Bocor. Bukan misteri lagi bank soal ujian nasional kerap bocor. Bahkan, bisnis soal ujian nasional ialah bisnis menggiurkan. Kunci dari ini semua ialah otoritas moral. Hukum di Indonesia tak dapat diharapkan banyak. Guru harus menjalankan peran sebagai orang nan digugu dan ditiru.
- Relevan. Bank soal ujian nasional harus membuat soal nan relevan. Bahkan, harus dapat diukur kedalaman faedahnya. Jangan membuat soal nan asal dan tak bermanfaat bagi siswa. Relevan di sini berarti mudah, populer, dan dapat diaplikasikan.