Substansi Ilmu Filsafat

Substansi Ilmu Filsafat

Ilmu Filsafat merupakan bagian dari filsafat. Bidang dari Ilmu Filsafat ini mempelajari mengenai dasar-dasar filsafat, asumsi, dan akibat dari ilmu. Dengan Ilmu Filsafat, masalah-masalah seputar keilmuan, seperti bagaimana suatu pernyataan atau konsep bisa dikatakan ilmiah, bagaimana konsep atau pernyataan tersebut dilahirkan, dan sebagainya nan berhubungan dengan asul muasal ilmu.



Pengertian Ilmu Filsafat Menurut Para Pakar

Untuk lebih mengenal Ilmu Filsafat, berikut ini pengertian-pengertian mengenai Ilmu Filsafat nan diungkapkan oleh para pakar.

Menurut Robert Ackerman, Ilmu Filsafat ialah suatu tinjauan kritis mengenai pendapat-pendapat ilmiah dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria dikembangkan dari pendapat-pendapat tersebut. Akan tetapi, Ilmu Filsafat bukan merupakan suatu bentuk kemandirian dari sebuah ilmu dari praktik ilmiah nan aktual.

Menurut Lewis White Beck, Ilmu Filsafat ialah ialah ilmu nan membahas dan mengevaluasi metode-metode ilmiah serta mencoba menemukan betapa pentingnya upaya ilmiah secara keseluruhan. Sementara itu, A. Cornelius Benjamin menjelaskan bahwa Ilmu Filsafat ialah saah satu cabang filsafat nan menelaah secara detail mengenai ilmu, khususnya konsep atau metode nan digunakan.

Menurut Michael V. Berry, Ilmu Filsafat ialah jajak mengenai logika dari teori ilmiah dan metode ilmiah. Sementara itu, May Brodbeck menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan bentuk analisis nan netral dan klarifikasi mengenai landasan ilmu.

Itulah beberapa pengertian mengenai Ilmu Filsafat. Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa Ilmu Filsafat merupakan bentuk jajak mengenai kefilsafatan nan bertujuan buat menjawab segala bentuk pertanyaan mengenai hakekat ilmu. Proses jajak kefilsafatan itu ditinjau dari segi ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

Dengan kata lain, filsafat ilmu bisa dikatakan sebagai bagian dari epistemologis (filsafat pengetahuan). Epistemologis tersebut secara detail membahas hakekat ilmu, seperti:

  1. Apa objek nan ditelaah suatu ilmu? Bagaimana wujud dari objek tersebut? Bagaimana interaksi objek dengan daya tangkap manusia nan menghasilkan pengetahuan? Hal-hal ini termasuk landasan ontologis.
  1. Bagaimana proses mengambil pengetahuan dari sebuah ilmu? Hal-hal apa saja nan menandakan pengetahuan nan benar? Cara nan bagaimana agar mendapatkan pengetahuan dari sebuah ilmu? Hal-hal ini termasuk landasan epistemologis.
  1. Bagaimana pengetahuan dari ilmu tersebut digunakan? Bagaimana hubungannya cara pemakaian dengan kaidah-kaidah moral? Hal-hal ini berhubungan dengan aspek landasan aksiologis.


Fungsi Ilmu Filsafat

Telah disebutkan di awal bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat. Oleh sebab itu, fungsi filsafat tak bisa dipisahkan dari fungsi filsafat secara keseluruhan. Berikut ini fungsi dari filsafat ilmu.

  1. Berfungsi sebagai alat buat mencari kebenaran dari segala bentuk kenyataan nan ada.
  1. Berfungsi mempertahankan, menunjang, melawan atau bersikap netral terhadap sudut pandang dari filsafat lainnya.
  1. Berfungsi memberikan definisi tentang cara hidup, sudut pandang mengenai kehidupan, dan pendangan dunia.
  1. Berfungsi memberikan pelajaran mengenai moral dan etika nan sangat berguna dalam kehidupan.
  1. Berfungsi menjadi sumber inspirasi dan panduan buat menjalani kehidupan dari berbagai aspek, seperti ekonomi, politik, hukum, dan lain sebagainya.

Sementara itu, ahli lain, Ismaun, mengatakan bahwa fungsi dari Ilmu Filsafat ialah memberikan landasan filosofis tentang bagaimana memahami teori dan konsep suatu ilmu, serta mengakomodasi kemampuan buat membangun sebuah teori ilmiah.

Selain itu, dikatakan juga bahwa filsafat ilmu memiliki 2 fungsi. Pertama , berfungsi sebagai confirmatory theory , yaitu menjelaskan rekanan normatif antara hipotesis dengan evidensi. Sementara nan kedua , berfungsi sebagai theory of explanation , yaitu sebagai penjelas berbagai kenyataan kecil atau besar secara sederhana.



Substansi Ilmu Filsafat

Filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat, memiliki 4 substansi. Substansi dalam bidang filsafat, yaitu fakta atau kenyataan; kebenaran ( truth ); konfirmasi; dan logika inferensi. Berikut ini substansi nan ada dalam Ilmu Filsafat .



1. Fakta atau Kenyataan

Fakta atau fenomena memiliki definisi nan bermacam-macam, bergantung pada point of view atau sudut pandang filosofis nan mendasarinya. Berikut ini pandangan filosofis nan mendasari substansi fakta atau kenyataan.

  1. Positivistik. Pandangan filosofis ini berpandangan bahwa sesuatu akan konkret jika aa interaksi antara satu dengan nan lainnya.
  1. Fenomenologik. Pandangan filosofis ini memiliki2 pengertian mengenai fakta ataua fenomena ini. Pertama, teori korespondensi antara ide dengan fenomena. Dan kedua, interaksi koherensi moralitas antara kenyataan dengan sistem nilai.
  1. Rasionalistik. Pandangan ini menganggap sesuatu sebagai fenomena jika ada interaksi koherensi antara realitas dan skema rasional.
  1. Realisme metafisik. Pandangan ini berpendapat bahwa sesuatu nan konkret jika ada interaksi koherensi antara realitas dengan objektif.
  1. Pragmatis. Pandangan ini beranggapan bahwa nan ada itu merupakan sesuatu nan berfungsi.

Dari aspek lain, seorang ahli bernama Lorens Bagus mengungkapkan tentang fakta objektif dan fakta ilmiah. Fakta objektif berupa peristiwa, fenomena, atau bagian dari empiris nan merupakan pengetahuan praktis manusia. Sementara itu, fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta objektif dalam ruang pencerahan manusia. Yang dimaksud refleksi di sini ialah pelukisan mengenai fakta objektif dalam bahasa tertentu.

Fakta ilmiah merupakan pondasi dari bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta tersebut, bangunan teoritis mustahil ada. Selain itu, fakta ilmiah sulit buat dipisahkan dari bahasa nan diungkapkan dalam kumpulan fakta ilmiah nan membentuk suatu pelukisan ilmiah.



2. Kebenaran (Truth)

Sebenarnya, banyak teori mengenai kebenaran ini. Namun umumnya, hanya dikenal 3 teori, yaitu koherensi, korepondensi, dan pragmatik.

Kebenaran koherensi ialah adanya kecenderungan atau keharmonisan antara sesuatu nan lain dengan lainnya nan memiliki strata nan lebih tinggi dari unsur sesuatu tersebut. Interaksi koherensi ini dapat didasari dengan persamaan skema, nilai, atau sistem.

Sementara itu, kebenaran korespondensi ialah berpikir mengenai terbuktinya sesuatu itu relevan atau tak dari sesuatu lainnya. Interaksi korespondensi nan relevan dibuktikan dengan adanya peristiwa nan sejalan atau antagonis antara fakra dengan fakta lainnya.

Selain teori kebenaran koherensi dan kebenaran korepondensi, ada nan dinamakan teori kebenaran pragmatik. Pragmatik ialah nan sahih ialah nan kongkret dan khusus , serta memiliki fungsi nan praktis.



3. Konfirmasi

Salah satu fungsi dari filsafat ilmu ialah konfirmasi. Yang dimaksud dengan fungsi ini ialah menjelaskan, memprediksi proses dan produk selanjutnya, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan bisa ditampilkan sebagai konfirmasi mutlak atau biasa disebut probalistik.



4. Logika Inferensi

Logika inferensi nan nan memiliki pengaruh paling lama ialah logika matematika. Logika ini menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korepondensi antara fakta satu dengan fakta lainnya.



Corak dan Ragam Filsafat Ilmu

Ada beberapa corak dana ragam dalam Ilmu Filsafat. Berikut ini corak dan ragam dari filsafat ilmu.

  1. Ilmu Filsafat sosial nan berkembang menjadi 3 ragam, yaitu meta ideologi, meta fisik, dan metodologi disiplin ilmu.
  1. Filsafat teknologi nan cederung bergeser dari pola C-E ( Condition-End ) menjadi Means . Pergeseran ini mengakibatkan teknologi tak lagi dilihat sebagai End , tapi sebagai fasilitas ide manusia.
  1. Filsafat seni menempatkan produk-produk seni sebagai benda nan memiliki kesatuan,yaitu kebudayaan, produk kognitif, dan produk praktis.


Konsep dan Pernyataan Ilmiah

Salah satu konsep paling dasar dari Ilmu Filsafat ialah empirisme atau berganatung pada bukti-bukti. Empirisme sendiri ialah cara pandang mengenai ilmu pengetahuan nan didapat berdasarkan pengalaman. Maksudnya berarti, sebuah pernyataan ilmiah harus didasarkan pada bukti-bukti nan berasal dari pengalaman hidup.

Pernyataan ilmiah harus diuji dan dan dikembangkan dengan menggunakan metode realitas melalui pengalaman hayati dan eskperimen. Jika pengamatan atau eksperimen bisa menunjukkan hasil nan konsisten, hasilnya bisa dianggap sebagai bukti nan bisa dipakai buat mengembangkan berbagai macam teori nan bertujuan buat memecahkan atau menjelakan tentang kenyataan alam.