Langkah-Langkah Menyusun Silabus
Dalam global pendidikan, dikenal istilah silabus. Silabus boleh dikatakan sebagai rancangan materi belajar nan disusun oleh setiap guru mata pelajaran. Namun, menyusun silabus sering dianggap sebagai pekerjaan nan sangat sulit. Bahkan, wujudnya pun sukar dibayangkan. Kesulitan ini biasanya dihadapi oleh guru-guru pemula maupun mahasiswa jurusan keguruan.
Materi penyusunan silabus sebenarnya diberikan pada materi kuliah buat pengembangan kurikulum. Namun, masih ada nan kesulitan saat menyusun silabus nan sinkron dengan kebutuhan kurikulum. Lantas, apakah nan dimaksud dengan silabus?
Pengertian Silabus
Silabus merupakan daftar rancangan nan fokus terhadap apa nan harus dipelajari serta klarifikasi mengenai cara memilih dan menyusun konten. Jadi, jika seorang pengajar akan memberikan materi pembelajaran, ia harus mempersiapkan silabus agar alur pedagogi peserta didik bisa diketahui secara jelas dan pasti. Silabus pun menentukan kemampuan nan harus dicapai siswa dari materi nan diberikan.
Berdasarkan Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 mengenai Baku Proses, silabus merupakan acuan pengembangan RPP nan memuat bukti diri mata pelajaran, Baku Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi atau tema pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, serta sumber belajar.
Perkembangan Silabus Baru
Dalam perkembangannya, silabus mengharuskan adanya unsur pendidikan karakter serta direncanakan buat dimasukkan sebagai nilai-nilai konduite nan harus ditanamkan pada setiap siswa. Mengapa harus nilai-nilai perilaku? Jawabannya tentu saja sebab karakter berarti nilai-nilai nan melandasi konduite manusia berdasarkan kebiasaan agama, kebudayaan, konstitusi atau hukum, adat istiadat, serta estetika.
Koesoema (2007) dalam bukunya, Pedidikan Karakter , menyatakan bahwa karakter dianggap sama dengan kepribadian. Sebaliknya, kepribadian dianggap sebagai karakteristik atau ciri atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang nan berasal dari bentukan-bentukan nan ia terima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa keil, serta bawaan sejak lahir.
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter ialah sebuah sistem penanaman nilai-nilai konduite atau karakter pada warga sekolah, nan meliputi pengetahuan, kemauan serta kesadaran, dan tindakan buat melaksanakan nilai-nilai terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, serta bangsa sehingga ia bisa menjadi insan nan paripurna atau kamil.
Lantas, apa interaksi pendidikan karakter dengan penyusunan silabus? Karena pendidikan karakter atau penanaman nilai-nilai itu semakin diperjelas pada bagian isi silabus. Seperti nan telah diungkapkan Koesoema mengenai kecenderungan makna karakter dan kepribadian, pendidikan karakter pun boleh dikatakan hampir sama dengan mengajarkan kepribadian.
Langkah-Langkah Menyusun Silabus
Berikut ini merupakan langkah-langkah penyusunan silabus nan dapat mempermudah Anda dalam pengerjaannya.
- Petakan atau tentukan Baku Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
- Memilih dan menentukan materi pembelajaran nan sinkron dengan kompetensi dasar dengan acuan sumber belajar.
- Merancang kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran nan telah banyak dipakai. Kemudian, Anda harus membuat proses belajar menjadi semakin menarik guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
- Agar lebih mudah merancang penilaian, Anda harus menentukan indikator pencapaian.
- Susunlah evaluasi dengan menyertakan teknik nan digunakan, bentuk instrumen, serta memberikan contoh soal.
- Mengalokasikan waktu kegiatan belajar mengajar sinkron materi nan akan disampaikan.
- Sertakan atau cantumkan sumber belajar berupa buku, CD, kaset, maupun website .
- Menentukan nilai karakter nan harus ditanamkan pada siswa melalui materi nan diberikan.
Manfaat Silabus
Meski sudah dijelas secara sekilas di prolog artikel ini bahwa kegunaan silabus agar pembelajaran nan berlangsung lebih terarah sehingga menjadi jelas dan pasti. Namun tidak hanya itu saja kegunaan silabus. Ada banyak kegunaan silabus:
- Pedoman pengembangan pembelajaran, seperti buat pembuatan planning pembelajaran, buat pembuatan pengelolaan aktivitas atau kegiatan pembelajaran, dan pengembangan dalam sistem penilaian
- Sumber pokok dalam penyusunan planning pembelajaran, seperti penyusunan planning pembelajaran buat satu baku kompetensi maupun satu kompetensi dasar.
- Pedoman perencanaan pengelolaan kegiatan belajar, baik pengelolaan kegiatan belajar nan dilakukan secara klasikal, kelompok kecil maupun pembelajaran nan dilakukan secara individual.
- Pedoman buat pengembangan sistem penilaian. Ini memang menjadi salah satu peran primer silabus. Ia menjdai pengembang sistem penilaian, jika berbasis kompetensi maka sisem evaluasi nan dilakukan harus mengacu pada baku kompetensi, kompetensi dasar dan pembelajaran nan termuat di dalam silabus.
Prinsip Pengembangan Silabus
Silabus dibuat tidak lepas dari rangkaian produk buat pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Karena di dalamnya terdapat garis-garis besar materi nan bakal diajarkan. Maka dalam pengembangannya, silabus memiliki empat prinsip:
1. Ilmiah
Maksud ilmiah bukanlah bahasa nan digunakan di dalam silabus harus bercorak ilmiah. Maksud ilmiah adalah, bahwa materi pelajaran nan dicantumkan di dalam silabus mesti memenuhi kriteria ilmiah. Makanya, di dalam penyusunan silabus diikutsertakan para ahli bidang keilmuan masing-masin bidang studi.
2. Berdasarkan Kebutuhan Siswa
Dalam menyusun silabus sangat diharuskan menyesuaikan dengan taraf perkembangan fisik dan psikologis siswa. Makanya cakupan, kedalaman, taraf kesukaran dan materi penyajian mesti disesuaikan dengan kondisi siswa. Artinya, materi ajar nan dicantumkan di dalam silabus memang sinkron dengan kebutuhan siswa.
3. Sistematis
Penyusunan silabus mesti dilakukan dengan sistematis. Pasalnya, materi ajar nan dicantumkan di dalam silabus umumnya saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Sudah jamak diketauhi dalam penyusunan silabus kerap dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem atau langkah-langkah pemecahan masalah. Makanya, di dalam silabus ada komponen pokok nan terdiri dari baku kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan materi ajar.
4. Memiliki Relevansi, Konsistensi dan Kesesuaian
Sudah menjadi kesepakatan nan dicantumkan dalam peraturan Depdiknas 2004, dalam penyusunan silabus harus memiliki kesesuaian, keterkaitan dan konsistensi nan sinkron antara baku kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, pengalaman belajar siswa, sistem evaluasi dan sumber bahan ajar.
Silabus dan Kisi-Kisi Penilaian
Di dalam Depdiknas dijelaskan bahwa silabus dan sistem evaluasi mesti disusun sinkron dengan prinsip nan orientasinya buat pencapaian kompetensi. Makanya, silabus dan sistem evaluasi dalam suatu mata pelajaran mesti diprogram atau disusun selaras dengan kebutuhan sekolah. Inilah nan menjadi panduan primer setiap guru.
Dengan panduan tersebut, guru dapat mengembangkan pembelajaran dan pengorganisasian seluruh komponen nan diharapkan bisa mengubah konduite siswa. Karena hakikat belajar ialah bisa mengubah konduite orang nan belajar.
Pada titik inilah, guru dapat mengidentifikasi siswanya, apakah memiliki kemajuan belajar siswa. Sehingga guru dapat menemukan jenis kesulitan belajar siswa dan segera mencari solusinya. Dengan silabus dan sistem evaluasi guru dapat melihat ada tindakan umpan balik atau tak dari materi nan diajarkan.
Ketika Silabus dan RPP Hanya Sekedar Perangkat
Sejatinya, silabus dan terali evaluasi memiliki interaksi nan sangat erat. Karena dapat membuat guru menjadi termotivasi di dalam mengajar sehingga pendidikan nan dilakukan benar-benar berorientasi pada kompetensi.
Hanya saja, tinggal kemauan para guru buat memerankan apa nan tertuang di dalam silabus beserta terali penilaian. Bila dilihat dari perangkat pembelajaran nan terdiri dari silabus dan planning aplikasi pembelajaran (RPP) tampak sekali apa nan ingin dicapai akan berhasil.
Namun ketika terjun dan melihat ke lapangan, apa nan ditulis ternyata sangat tak sesuai. Guru mengajar, kebanyakan, tak mengarah kepada silabus. Ia mengajar sinkron dengan keinginannya. Evaluasi terhadap siswa pun sporadis dilakukan. Kesannya guru hanya hadir buat berdiri di kelas dan menjelaskan sekedar memenuhi jam mengajarnya saja.
Inilah nan membuat betapa ironinya pendidikan di negeri ini. Guru mengajar tidak mengikuti rambu-rambu nan ditetapkannya sendiri. Padahal, jika sahih ia membuat RPP sinkron dengan silabus, maka tidak ada keraguan lagi saat siswa mengerjakan soal Ujian Nasional (UN). Karena sudah bisa diprediksikan keberhasilan siswa tidak perlu diragukan lagi.
Bukan tak mungkin, kecurangan terjadi di dalam global pendidikan ketika aplikasi Ujian Nasional tidak lepas dari kesalahan guru nan mengajar tak mengacu kepada Silabus dan RPP. Sehingga mau tak mau, guru pun ikut terlibat dari kecurangan saat Ujian Nasional (UN) dilaksanakan. Sehingga tak ada lagi integritas seorang guru di dalam mendidik.
Proses ini sejatinya dapat diatasi, jika guru dalam menyusun RPP nan merujuk kepada silabus sinkron dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Jika membutuhkan alat, maka guru mengusahakannya dengan cara sederhana, namun tidak lepas dari acum RPP dan Silabus.
Namun jika guru langsung menyerah ketika ada kesulitan dalam menyempurnakan pembelajaran agar siswa dapat memahami materi, maka inilah nan menjadi masalah baru. Inilah nan membuat guru dalam proses mengajarnya hanya berdiri di kelas dan menjelaskan sekedarnya saja. Selalu menjadi alasannya, ketidakadaan alat pendukung buat pencapaian sasaran pembelajaran nan telah disusunnya di dalam RPP nan merujuk kepada silabus .