Melakukan Riset
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, esai ialah karangan nan membahas suatu permasalahan secara sepintas berdasarkan sudut pandang pribadi sang penulis.
Berbeda dengan artikel, esai lebih bersifat subjektif sedangkan artikel bersifat objektif. Karena itu, gaya dalam menulis esai biasanya lebih luwes dan santai. Berikut ini beberapa tips menulis esai nan bisa Anda ikuti ketika akan menulis esai.
Memahami dan Mendefinisikan Topik atau Tema
Jika Anda sudah memiliki tema nan ingin ditulis, cobalah uraikan tema tersebut dalam satu hingga dua kalimat terlebih dahulu.
Mengenal Pembaca dan Membuat Alokasi Waktu
Tidak hanya ketika membuat esai, dalam menulis apapun usahakan termin ini benar-benar diperhatikan. Karena bahasa nan digunakan buat pembaca orang generik misalnya tak sama dengan bahasa buat akademisi. Buat alokasi waktu kapan esai selesai ditulis dan kapan harus revisi.
Melakukan Riset
Riset nan Anda lakukan tergantung seberapa banyak bahan nan Anda butuhkan buat menulis. Anda dapat melakukan wawancara dengan orang-orang nan terkait dengan tema tulisan Anda. Anda pun bisa melakukan riset dengan membaca buku dan mencari infonya di website.
Mulai Menulis Bebas
Jika surat keterangan dinilai cukup, Anda dapat memulai menulis bebas. Pada termin ini biarkan otak kanan Anda bekerja. Tulislah sebebas mungkin menggunakan gaya bahasa Anda tanpa memperdulikan tentang aturan-aturan pembuatan esai. Kembangkanlah data nan telah Anda kumpulkan dengan menambahkan argumentasi dan ide-ide besar Anda.
Membangun Paragraf Pertama nan Menarik
Paragraf pertama akan menjadi perhatian pembaca. Oleh sebab itu usahakan esai dibuka dengan kalimat-kalimat nan unik dan menggelitik. Anda juga dapat memulai dengan menggunakan kalimat tanya sebagai pembuka. Cara ini bisa membuat pembaca penasaran buat melanjutkan membaca hingga akhir. Atau dapat juga dengan pernyataan atau gagasan nan tak biasa.
Membangun Tubuh Esai nan Ideal
Usahakan buat tetap menjaga koherensi atau transedental tulisan. Perkaya gagasan dengan fakta dalam satu paragraf utuh.
Usahakan menggunakan kalimat aktif dan menghindari kalimat pasif ( contoh: “melakukan” bukan “dilakukan”). Jangan lupa juga buat tetap menjaga esai tetap fokus dan tak keluar dari tema.
Menutup Esai dengan Kesimpulan
Buatlah konklusi di akhir tulisan berdasarkan ide nan terdapat pada paragraf pertama. Jika paragraf pertama masih dirasa kurang menarik, ubahlah tulisan Anda menjadi lebih menarik.
Tahap Akhir Pasca Menulis
Tugas Anda menulis esai sudah selesai. Setelah itu baca ulang tulisan Anda. Koreksi ejaan atau tanda baca nan salah. Lakukan revisi jika dirasa ada tulisan nan tak berkesinambungan antar kalimat atau paragraf. Jika langkah terakhir selesai, esai Anda pun siap dipublikasikan.
Menulis Esai tentang Kesehatan
Menulis sebuah esai mengenai kesehatan dapat menjadi pilihan Anda. Misalnya Anda dapat membuat esai mengenai kesehatan otak. Banyak sekali nan sudah menulis esai tentang kesehatanyang membahas seputar kesehatan otak, salah satunya contoh esai kesehatan tentang demensia.
Kita niscaya masih ingat sosok Soeharto —mantan presiden kedua RI— nan terkenal kebal hukum setelah turun penaksiran demensia. Akibatnya, hingga tutup usia, ia tak pernah merasakan meja hijau. Apalagi, dipenjara.
Di lain waktu, kita pun kerap menjumpai orang tua nan kebingungan di loka generik sebab menderita kepikunan. Pikun atau demensia memang merepotkan. Tulisan esai tentang kesehatan kali ini akan mengupasnya buat Anda, sekaligus memberikan panduan buat Anda bagaimana menulis esai tentang kesehatan.
Demensia
Demensia ialah suatu penyakit nan menunjukkan kemunduran proses memori dan berpikir secara terus-menerus. Ketika sel-sel neuron di otak beranjak wafat perlahan, saat itulah demensia mengancam. Ancaman itu menyerang fungsi kognitif otak, yaitu bahasa, konsentrasi, emosi, dan memori. Lebih jauh, demensia menimbulkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan. Bahkan, aktivitas sehari-hari.
Gejala awal perampas memori itu ditandai dengan adanya gangguan daya ingat nan berkembang menjadi gangguan multiple cognitive dan fungsional nan lebih kompleks. Semua itu dapat terjadi hanya dalam hitungan tahun. Sementara demensia parah akan menunjukkan gejala gangguan perilaku, amarah tak jelas, gampang curiga, tak dapat merawat diri sendiri, dan bertanya atau bicara berkali-kali.
Pada 2003, WHO memperkirakan lebih dari satu milyar manula (manusia lanjut usia) di atas 60 tahun, atau sekitar 10% penduduk global menderita demensia. Sementara di Eropa dan Amerika, penyakit ini merupakan pemicu kematian keempat setelah kanker, jantung, dan stroke. Sayang, gejalanya sering kali tak bisa langsung diketahui dan tak ada obat nan mampu menaklukkannya.
Ada banyak faktor penyebab munculnya demensia. Antara lain, kematian sel neuron. Faktor tersebut biasanya terjadi sebab otak tak pernah atau sporadis dilatih. Kelainan genetik pun ternyata dapat memicu demensia. Pasien dengan gen apolipoprotein E (ApoE) akan mudah terserang demensia alzheimer nan tak dapat disembuhkan. Penyakit degeneratif pada sel saraf —seperti stroke— ialah penyebab lain dari demensia.
Memperbaiki kemampuan daya ingat dan konsentrasi penderita, misalnya dengan obat Donepezil, akan memperlambat proses demensia. Terapi non-obat juga bisa ditempuh buat memulihkan ingatan penderita. Contohnya, terapi rekreasi, melihat album foto kenangan, menekuni hobi, dan aktivitas sosial nan menyenangkan.
Fisioterapi nan sebaiknya juga dicoba pasien ialah latihan berbicara, latihan mengingat atau menghafal, dan latihan konsentrasi ketika beraktivitas apapun. Lakukan semua latihan tersebut secara rutin. Jika perlu, buatlah catatan perkembangan pasien dari waktu ke waktu.
Meski berbagai terapi telah dijalani, bila pola hayati sehat ditinggalkan, demensia akan menetap dan mustahil disembuhkan. Kemauan kuat buat pulih juga terkait erat dengan proses penyembuhan penyakit pikun ini. Oleh sebab itu, pihak keluarga harus diberi edukasi tentang segala hal nan berkaitan dengan demensia. Bagaimanapun, dukungan dan keterlibatan keluarga menjadi salah satu penentu primer terbebasnya pasien dari jeratan demensia.
***
Imunisasi
Imunisasi banyak ragamnya, baik buat penyakit cacar air, campak, polio, tetanus, dan lain sebagainya. Satu jenis imunisasi tentunya hanya berfungsi buat menghalau satu penyakit saja. Untuk menjauhkan diri dari penyakit lainnya, maka diperlukan imunisasi nan berbeda.
Pengertian Imunisasi yaitu sistem kekebalan, sebab berasal dari kata Imun nan artinya "resisten alias kebal". Pengertian imunisasi memang lekat dengan pemberantasan suatu penyakit, guna mengurangi penyakit nan mewabah pada tubuh manusia. Pertumbuhan anak-anak tentunya lebih berisiko buat terkena suatu penyakit, apalagi penyakit nan menular.
Imunisasi dikategorikan menjadi dua macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif yaitu pada kekebalannya harus diperoleh dari pemberian bibit penyakit lemah nan mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa supaya membentuk antibodi terhadap penyakit nan sama, baik nan lemah maupun nan kuat.
Ada juga imunisasi pasif, dimana berupa kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif nan kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah nan mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa. Hal itu buat membentuk antibodi terhadap penyakit nan sama baik nan lemah maupun nan kuat.
Imunisasi bekerja dengan cara melemahkan bakteri atau virus nan mengakibatkan suatu penyakit. Pemberiannya dilakukan melalui suntikan atau dengan cara ditelan (diminum). Ketika adanya bibit penyakit nan mengintai tubuh, maka dengan sigapnya tubuh akan melawan sebab telah dibekali vaksinasi saat proses imunisasi.
Usia senja tidak kalah rentannya terhadap suatu penyakit. Diadakannya imunisasi pada usia ini guna mengurangi angka kematian nan signifikan dampak agresi suatu penyakit. Imunisasi dapat dilakukan di Puskesmas, Pusat Pengobatan, atau dokter praktek lainnya. Setiap jiwa tentunya berhak melakukan imunisasi demi keselamatan hidupnya.
Bayangkan saja, jika buah hati Anda terbebas dari penyakit. Ia akan tumbuh menjadi anak nan ceria, sehat, bermain dengan teman-temannya, serta lebih aktif dibandingkan dengan mereka nan diintai penyakit. Angka kematian pada balita janganlah dipandang sebelah mata.
Imunisasi sebaiknya membuka mata Anda akan pentingnya kesehatan. Organisasi kesehatan global WHO (World Health Organization) pun mencatat bahwa data terakhir nan mereka rekam, yaitu sebesar 1,4 juta balita meninggal pertahun.
Dan kematian tersebut sebetulnya dapat dicegah sebab di antaranya dilatarbelakangi oleh tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%), dan batuk rejan 294.000 (20%) nan tentunya dapat dicegah dengan imunisasi.
UNICEF (United Nations Children's Fund) atau badan PBB terkait anak-anak pun mencatat bahwa sekitar 30.000-40.000 anak Indonesia meninggal di setiap tahunnya dampak agresi virus campak dan salah satu pencegahan campak ini yaitu dengan cara imunisasi.
Imunisasi nan paling terkenal salah satunya imunisasi campak. Penyakit menular nan satu ini ditandai dengan gejala batuk, demam, serta permukaan kulit nan meruam. Bagian kulitnya akan terlihat sangat berbeda dengan mereka nan normal, yaitu dengan munculnya bintik-bintik merah nan umumnya menyerang anak-anak, seperti saat masa Sekolah Dasarnya.
Tidak sedikit orang nan memahami pengertian imunisasi, namun terkadang kurang disiplin dalam pencegehan penyakit melalui cara ini. Para orangtua pun terkadang ketakutan dengan vaksin-vaksin baru imunisasi nan ditakutkan mendatangkan resiko. Namun, sebaiknya resiko penyakit-penyakit nan menyerang pun jangan diabaikan, sehingga Anda tidak menganggap remeh imunisasi.
Bagi mereka nan baru saja mengalami imunisasi biasanya mengalami pegal-pegal pada tubuh dan sedikit demam. Namun tidak perlu khawatir, hal itu hanya bersifat sementara dan tentunya tak berbahaya dibandingkan dengan tak melakukan imunisasi nan dapat menyebabkan kematian. Demam itu sendiri terjadi sebab tubuh tengah membentuk kekebalan. Pengertian imunisasi sebaiknya memang perlu diketahui agar tak adanya defleksi persepsi.
Penyakit lain nan dapat dilawan dengan imunisasi yaitu Tetanus. Apakah tetanus berbahaya? Tentu, sebab penyakit ini akan mempengaruhi sistem otot serta urat saraf.
Gejala tetanus bermula jika terjadinya kejang di otot leher, bahu atau punggung, kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut), serta pembengkakan serta rasa sakit. Kejang-kejang ini merambat dengan segera hingga ke otot perut, paha, dan lengan atas.
Bayi nan baru lahir biasanya beresiko buat terkena penyakit nan satu ini. Sebutannya yaitu Imunisasi Tetanus Toksoid. Imunisasi ini berlaku bagi mereka nan usianya di atas tujuh tahun.
Imunisasi terjadwal sinkron taraf usia. Setiap negara tentunya memiliki jadwal imunisasi nan berbeda. Imunisasi pun dianggap sebagai salah satu cara terbaik buat menyelamatkan anak Anda dari berbagai penyakit.
***