Kerajaan-kerajaan di Cirebon
Bumi Cirebon menyimpan lembaran sejarah panjang tentang kejayaan kerajaan Islam di tanah Jawa. Dahulu, kota Cirebon merupakan pusat penyebaran agama Islam di bumi Pasundan. Mengingat letak Cirebon nan berdekatan dengan bahari Jawa. Banyak sekali poin nan menarik buat diangkat sebuah warta dari Cirebon.
Cirebon merupakan perpaduan kota budaya, kota niaga dan kota wisata di pesisir pantai utara. Sejak lama, Cirebon merupakan kota nan maju hingga sekarang. Namun sebelum kita nelisik lebih dalam lika-liku kota Cirebon, ada baiknya flash back di mana Cirebon bermula.
Sejarah Cirebon
Berawal dari abad ke-15 di pesisir pantai utara, tanah Pajajaran, berdiri sebuah dusun kecil loka nelayan bermukim. Dusun itu bernama Muara Jati, Cirebon Kuno. Walaupun hanya sebuah dusun, sudah banyak kapal asing nan merapat di Muara Jati.
Penguasa Pajajaran lantas menugaskan seorang pejabat kerajaan nan bernama Ki Gedeng Alang-Alang buat menarik pajak bagi setiap kapal asing nan merapat di Wanajati. Penempatan Ki Gedeng Alang-Alang selain mengurusi pelabuhan, juga sebagai wujud eksistensi bahwa desa Muara Jati merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran.
Karena semakin hari banyak kapal layar niaga nan bersandar di desa Wanajati maka Ki Gedeng Alang-Alang berencana membangun pelabuhan nan besar di Muara Jati. Hal itu dilakukan agar dapat menampung banyak kapal. Pelabuhan ini cikal bakal dari Kota Bandar di Cirebon.
Mau tidak mau penduduk dusun Muara Jati harus dipindahkan ke sebuah loka baru. Terjadilah apa nan disebut bedol desa, pindah besar-besaran seluruh penduduk Muara jati ke Lemahwungkuk nan jarakanya 5 km arah selatan loka nan lama.
Setelah penduduk dusun Muara Jati menempati huma baru, kemudian dibentuk susunan perangkat pengurus dusun Muara Jati. Untuk menghargai jasa Ki Gedeng Alang-Alang nan telah berjasa membangun Muara Jati menjadi pelabuhan maka diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang menjadi lurah baru di dusun Muara Jati. Itulah cikal bakal Cirebon lama.
Dari Cirebon, Islam disebarkan ke Tanah Pajajaran Seiring banyaknya kapal niaga nan merapat di Muara Jati, demikian juga saudagar dari Jazirah Arab nan membuka interaksi perdagangan di Pajajaran. Ajaran Islam pun mulai diperkenalkan oleh Saudagar Arab.
Rupanya kehadiran Islam di Cirebon lama ini diterima dengan baik oleh masyarakat lokal. Berlahan tapi niscaya penduduk lokal mulai tercerahkan secara spiritual berkat agama baru dari Arab ini. Cirebon berkembang menjadi kerajaan Cirebon lama sudah menjadi ramai berkat pelabuhan, kebijaksanaan Pajajaran nan proaktif dengan pembangunan ekonominya.
Agar lebih tertata lagi, Muara Jati nan semula berbentuk desa dikembangkan lagi menjadi kerajaan kecil mandiri, namun masih tunduk terhadap Pajajaran. Lalu, diangkatlah seorang Adipati nan memerintahkan Kerajaan bernama Pangeran Walangsungsang, putra kandung dari Raja Siliwangi. Setelah naik tahta menjadi Adipati Kerajaan Cirebon, beliau mendapat gelar kebangsawanan, Cakrabumi . Beliau berkuasa penuh atas bumi Cirebon termasuk dari darat sampai lautnya.
Lama kelamaan Cirebon berkembang menjadi sebuah kerajaan besar dan kuat sebab di- back up oleh laju kekuatan perekonomian Cirebon. Sang Adipati tidak lagi rutin mengirimkan upeti kepada Pajajaran dan beranglah Sang Raja Pajajaran.
Mendengar Adipati berani membangkangnya, Raja Pajajaran mengirimkan bencana tentaranya buat memberikan sanksi kepada Adipati nan membangkang. Namun, bencana serdadu Pajajaran rupanya kalah andal oleh tentara Kerajaan Cirebon. Serdadu Pajajaran kalah perang di bumi Cirebon. Ini membuktikan bahwa kerajaan Cirebon bukan kerajaan nan sepele. Cirebon sudah mendeklarasikan bahwa Kerajaan Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Cirebon di Masa Kolonial dan Kemerdekaan
Cirebon merupakan kota pelabuhan nan strategis. Di masa penjajahan Belanda, Cirebon tidak luput dari jajahan Belanda. Sudah menjadi misteri umum, taktik Belanda ialah merebut pelabuhan terlebih dahulu di Nusantara sebelum menjajah ke daratan.
Tepatnya pada 1681, VOC merebut sendi ekonomi Cirebon dengan menduduki pelabuhan dan mengatur perekonomian Cirebon. Semenjak itu, masyarakat Cirebon menjadi sengsara di bawah cengkraman VOC, Belanda.
Kerajaan-kerajaan di Cirebon
Cirebon memiliki catatan panjang tentang sejarah monarki kerajaan. Perlu Anda ketahui, bahwa kerajaan Islam pertama di Nusantara ialah Kerajaan Cirebon. Dengan kehadiran kerajaan Islam di Nusantara, berarti awal keruntuhan kejayaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa.
Di Cirebon terdapat dua kerajaan nan masih berdiri, yakni Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Kedua keraton sudah tidak berkuasa secara politik, tetapi berfungsi sebagai penjaga kebudayaan dan masih tetap memiliki raja nan eksistensinya masih diakui.
Keraton Kasepuhan di Cirebon
Keraton Kasepuhan berdiri sejak 1529, sosok nan berjasa mendirikan Keraton Kasepuhan ialah keturunan ketiga dari Sunan Gunung Jati bernama Pangeran Mochammad Arifin II. Komplek keraton Kasepuhan dibangun dengan tiga pengaruh budaya.
Budaya Sunda terlihat dari pendopo, sedangkan sentuhan Tionghoa dapat Anda lihat dari hiasan ornamen pada pahatan kayu di pendopo nan bermotif floral, naga, dan burung phoenix. Sentuhan Hindu antik terlihat pada gapura dan pagar nan sama dengan Candi Bentar layaknya candi-candi di Jawa Timur dan Bali. Uniknya, pada pagar dan dinding gapura dihiasi keramik-keramik dari Tionghoa.
Keraton Kasepuhan tergolong keraton nan megah dan terawat baik sehingga sering dikunjungi oleh wistawan maupun mahasiswa dan peniliti nan ingin mempelajari sejarah. Dalam komplek keraton, tersimpan benda-benda antik nan memiliki nilai sejarah tinggi.
Keraton Kasepuhan berada di tengah Kota Cirebon sehingga mudah dijangkau dari semua penjuru kota. Setahun sekali Keraton Kasepuhan mengadakan pergelaran budaya, seperti ritual Jamasan Agung nan diselenggarakan setiap tanggal 1 Syuro. Selain itu, ada juga ritual pencucian pusaka keraton dan kereta.
Keraton Kanoman di Cirebon
Satu lagi keraton nan ada di Cirebon, yakni Keraton Kanoman. Awalnya, Keraton Kanoman ialah penerus dari Kasultanan Cirebon. Karena ada bentrokan dan mengakibatkan pecahnya persaudaraan di internal keraton, akhirnya terbentuklah kerajaan sendiri-sendiri, seperti Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, Keraton Keprabon, dan Keraton Kanoman. Keempat keraton ini ingin berdaulat penuh atas kekuasan di keraton baru itu.
Pendiri Keraton Kanoman Cirebon ialah Sunan Gunung Jati. setelah Sunan Gunung Jati mangkat, tahta raja diteruskan oleh keturunannya hingga sekarang. Tahta sekarang diemban oleh Raja Muhammad Emiruddin.
Komplek Keraton Kanoman nan luasnya kurang lebih 6 hektare ini memiliki beberapa bangunan kuno, antara lain Pendopo Agung/bangsal Witono, museum loka menyimpan benda-benda peninggalan Sunan Gunung Jati dan keturunannya.
Tempat-tempat Menarik di Cirebon
Selain kedua keraton di atas, Cirebon juga memiliki tempat-tempat wisata menarik nan wajib dikunjungi. Cirebon tidak hanya menawarkan wisata sejarah saja, namun ada wisata pantai, wisata batik, dan wisata masakan tentunya. Berikut ini ialah loka wisata menarik di Cirebon.
Cirebon - Makam Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati merupakan orang nan berjasa menyebarkan ajaran Islam di tanah Cirebon dan Pajajaran. Sunan Gunung Jatilah nan merintis berdirinya Kasultanan Cirebon dengan syariat Islam sebagai landasannya.
Menurut sejarah, Sunan Gunung Jati aslinya bernama Syarif Hidayatullah, masih keturunan pendatang dari Gujarat. Sunan Gunung Jati lahir pada abad 1448 M. Semasa muda hingga tuanya, beliau banyak berdiam di tanah Cirebon dan sekitarnya buat menjalankan misi menyebarkan Islam kepada masyarakat setempat.
Karisma Sunan Gunung Jati nan begitu tinggi dan berwibawa, menjadikan beliau dihormati pengikutnya hingga sekarang. Makamnya nan terletak di Desa Gunung Jati, setiap hari ramai dikunjungi peziarah dari luar kota. Apalagi pada hari libur, kompleks makam ini penuh sesak dengan peziarah.
Cirebon - Masjid Merah Panjunan
Masjid ini dijuluki "Masjid Merah" sebab seluruh bangunan masjid dihiasi oleh bata merah. Masjid Merah Panjunan terletak di Kota Cirebon. Menurut Cerita, masjid Merah Cirebon dibuat oleh kyai dari Arab nan bernama Syarif Abdurrahman pada 1480.
Awalnya, Masjid Merah tidak sebesar sekarang ini. Dahulu, masjid ini masih berbentuk surau. Keunikan masjid Merah ada pada komposisi bangunan nan dipengaruhi oleh unsur Hindu, yakni pada tembok dan gapuranya nan berbentuk candi bentar. Sementara itu, interior di mihrab masjid dan dinding dalam masjid ini dihiasi tempelan keramik Tionghoa.
Sentra Batik Cirebon
Cirebon juga terkenal dengan batiknya. Karakteristik khas batik Cirebon atau lebih dikenal dengan batik pesisir terletak pada corak atau motifnya nan kental dengan pengaruh budaya Tionghoa. Sentra pembuatan Batik Cirebon ada di Kampung Trusmi, Kecamatan Plered. Di Kampung Trusmi, Anda dapat mengamati bagaimana cara membuat batik, dari menggambar pola sampai proses pemberian pewarna. Di kampung Trusmi, Anda pun dapat membeli batik langsung di pabriknya, tentu harganya jauh lebih murah daripada di toko.
Kuliner Khas Cirebon
Empal Gentong
Empal Gentong dapat dikatakan gabungan antara soto dan gulai. Kuliner ini menyerupai soto dengan daging sapi. Kuahnya terbuat dari santan dan aneka bumbu-bumbu. Uniknya, kuahnya dimasak menggunakan kuali atau gentong. Cara memasaknya tak menggunakan kompor, melainkan kayu bakar.
Tahu Gejrot
Bahan kudapan ini ialah tahu goreng nan dilumuri kecap manis, ulekan cabai rawit, dan bawang merah. Tahu gejrot enak disantap di sore hari ditemani teh hangat.
Nasi Jamblang
Nasi Jamblang merupakan nasi bungkus nan dibungkus dengan daun jati. Untuk menemani sebungkus nasi jamblang, tersedia aneka lauk nan dijual terpisah dengan nasinya. Anda dapat memilih lauk sesuka hati. Warung nasi jamblang rata-rata buka di malam hari.
Cirebon patut dijadikan daerah tujuan wisata, seperti Yogjakarta dan Bali, mengingat potensi alam dan sumber daya manusianya nan melimpah. Alangkah baiknya pemerintah mulai mempromosikan Cirebon sebagai daerah wisata alternatif nan patut dikunjungi.