Tipe Masyarakat

Tipe Masyarakat



Konflik Sosial Masyarakat

Konflik merupakan kenyataan nan sering terjadi dalam masyarakat. Konflik dapat terjadi bukan hanya dalam hubungannya dengan atau dalam masyarakat nan majemuk, tapi juga dengan diri sendiri atau lebih sering disebut sebagai konflik batin.

Weber berpendapat konflik tak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial. Sementara itu, Simmel berpendapat bahwa terjadinya konflik tak terelakkan dalam masyarakat. Masyarakat dipandang sebagai struktur sosial nan mencakup proses-proses asosiatif dan disosiatif nan hanya bisa dibedakan secara analisis.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa konflik merupakan pencerminan kontradiksi kepentingan dan insting buat bermusuhan, sedangkan menurut Ramlan Surbakti, mengingat konflik merupakan gejala nan serba hadir dalam masyarakat, maka konflik tak mungkin dihilangkan, melainkan hanya bisa diatur prosedur penyelesaiannya.

Thomas Hobbes, seorang filosof sosial terkemuka abad tujuh belas, berpendapat tentang konflik nan bertolak dari keadaan alamiah masyarakat. Thomas Hobbes menyatakan:

Keadaan alamiah masyarakat manusia senantiasa diliputi oleh rasa takut dan terancam bahaya kematian sebab kekerasan. Kehidupan manusia selalu dalam keadaan menyendiri, miskin, penuh kekotoran dan ke- kerasan serta jangka waktu kehidupan pendek. Apabila manusia dibiarkan menanggung nasibnya sendiri, maka manusia akan menjadi korban keinginan merebut kekuasaan dan laba sehingga sebetulnya manusia dikuasai oleh motif-motif buat memenuhi kepentingan dirinya. Dalam menghadapi situasi nan secara potensial mengembangkan hasrat buat berperang dan adanya konflik, perlu diciptakan suatu organisasi dan ketertiban sosial nan bisa dipelihara dengan baik.

Konflik dapat ditinjau dari aspek sosial, budaya, dan politik. Konflik sosial dapat diartikan sebagai perjuangan buat mendapatkan nilai-nilai atau pengakuan status, kekuasaan, dan sumber daya langka.

Tujuan kelompok-kelompok nan berkonflik tak hanya mendapatkan nilai-nilai nan diinginkan tapi juga menetralkan, melukai, atau mengurangi saingan-saingan mereka.
Konflik dapat terjadi di antara individu dan individu, antara individu dan organisasi atau kelompok, antara organisasi nan satu dengan organisasi nan lain, dan dalam komponen sebuah organisasi atau kelompok.



Konflik Budaya dalam Kelompok Sosial

salah seorang ahli budaya mengatakan bahwa secara intrinsik, budaya bersifat nasional, sedangkan peradaban bukanlah suatu perkembangan dari budaya; melainkan perobohan budaya nasional itu sendiri. Disparitas kedua hal tersebut merupakan pengalaman budaya nan jika terus dikotomikan akan memunculkan konflik.

Oleh sebab itu, adanya akulturasi budaya nan selama ini berlangsung secara lembut dan cepat sebenarnya merupakan faktor primer nan menyebabkan munculnya konflik budaya dalam suatu kelompok sosial masyarakat.

Di satu pihak, mereka menginginkan keutuhan budaya asal nan menumbuhkembangkan diri mereka. Akan tetapi, di lain pihak, ada peradaban nan memaksa mereka buat dapat berubah dan mengikuti budaya massa nan ada.

Era globalisasi nan serba canggih dan cepat membuat manusia cenderung buat bersikap individual dan selalu sibuk dengan urusan masing-masing sehingga muncullah pola kehidupan nan berbeda dari pola hayati budaya asal.



Tipe Masyarakat

Berbicara mengenai perubahan sosial budaya pada masyarakat, kita akan mengenal dua tipe masyarakat nan mengalami perubahan ini, yaitu sebagai berikut.

1. Masyarakat tertutup.
2. Masyarakat dinamis.

Masyarakat tertutup merupakan masyarakat nan sulit sekali menerima perubahan sosial budaya. Faktor utamanya sebab minimnya pendidikan. Biasanya, masyarakat nan dimaksud berada di pedalaman. Misalnya, Papua atau Kalimantan. Perubahan sosial budaya pada masyarakat ini berlangsung lambat sekali. Bahkan, stagnan.

Lain halnya dengan masyarakat tertutup, masyarakat bergerak maju sangat cepat mengalami perubahan sosial budaya, di samping faktor pendidikan nan nisbi lebih tinggi juga mendapat akses informasi nan selalu update (muthakhir) mengenai perubahan sosial budaya sehingga mereka dapat cepat beradaptasi dengan situasi dan kondisi. Masyarakat ini tinggal di kota-kota besar.



Perubahan Sosial Budaya Berdasarkan Waktunya

Perubahan sosial budaya pada masyarakat ditinjau dari waktunya, terbagi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Revolusi
Revolusi dikenal dengan perubahan sosial budaya pada masyarakat nan berlangsung cepat, meskipun cepatnya tentu saja relatif. Revolusi bisa terjadi begitu saja tanpa perencanaan sama sekali dan dilakukan dengan kekerasan atau biasa disebut revolusi berdarah. Di sisi lain, revolusi dapat direncanakan sedemikian rupa dan tanpa menggunakan kekerasan sama sekali.

Satu hal nan pasti, revolusi menginginkan perubahan sistem nan sedang berjalan dengan mendobrak dan membangun sistem nan baru seperti ketika mahasiswa menurunkan Soeharto.

2. Evolusi
Sebaliknya, evolusi merupakan perubahan sosial budaya pada masyarakat nan berlangsung lama dan identik dengan seleksi alam. Dalam evolusi, sifat-sifat masyarakat terdahulu masih sangat mungkin diwariskan kepada masyarakat generasi berikutnya meskipun ada beberapa juga nan ditinggalkan.

Setiap perubahan tentunya memiliki laba dan kerugian. Begitu pun, perubahan sosial budaya pada masyarakat. Berikut ini beberapa citra laba sekaligus kerugian perubahan sosial budaya.



Keuntungan dan Kerugian dari Perubahan Sosial dan Budaya nan Berlaku di Masyarakat

Berikut ialah beberapa laba nan didapatkan oleh masyarakat dari perubahan sosial dan budaya nan terjadi di lingkungan tersebut.

  1. Adanya perubahan sikap. Hal ini terjadi sebab terbukanya informasi dan pergaulan dengan masyarakat lain.
  2. Adanya sikap disiplin. Hal ini terjadi sebab persaingan nan terbuka dan ketat dalam segala bidang. Masyarakat nan akan memenangi persaingan itu tentunya harus memiliki kapital disiplin.
  3. Adanya peningkatan ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi sebab rangsangan buat mendapatkan dan mempelajari ilmu pengetahuan menjadi semakin besar. Tak dapat dipungkiri, semakin baik kualitas pengetahuan masyarakat, kualitas kehidupannya pun akan semakin baik.
  4. Adanya peningkatan teknologi. Hal ini terjadi sebab majunya ilmu pengetahuan identik dengan majunya teknologi sehingga masyarakat nan maju, mau tidak mau, harus melek teknologi, bukan gagap teknologi.
  5. Adanya pemugaran bahasa. Hal ini terjadi sebab perubahan sosial budaya menuntut adanya perubahan bahasa. Paling tidak, dalam pergaulan, dibutuhkan pengetahuan bahasa Indonesia nan baik dan benar, di samping sangat diharapkan kemampuan bahasa asing nan baik.

Sementara itu, kerugian nan didapatkan dari adanya perubahan sosial dan budaya dalam sistem sosial masyarakat ialah sebagai berikut.

  1. Gaya hayati kebarat-baratan sebab masih belum dapat memahami hakikat perubahan sosial budaya itu sendiri.
  2. Hidup boros. Tak dapat dipungkiri, masyarakat eksklusif akan mempunyai sifat konsumtif, terutama dalam membeli barang-barang nan dianggap modern.
  3. Keresahan sosial. Karena batas-batas individu menjadi semakin dekat, taraf kejahatan menjadi semakin rentan dan mengakibatkan keresahan sosial.