Sebab Seringnya Gempa di Jepang
Gempa di Jepang oleh warganya sendiri dianggap hal nan biasa. Pasalnya dalam rentang waktu setiap satu sebulan selalu saja ada gempa di Jepang. Akan tetapi, memang kekuatannya tidaklah begitu mengerikan sehingga hanya dianggap gempa sporadik saja dan tidak berpotensi mengakibatkan kerusakan parah sebagaimana lazimnya sebuah bala gempa nan biasa terjadi, di mana gempa kerap kali memorakporandakan kota bahkan menelan ratusan bahkan ribuan jiwa jika diikuti dengan sapuan gelombang bahari atau nan biasa dikenal dengan tsunami.
Meski demikian, dalam catatan sejarah gempa di Jepang, tampak gempa nan menghantam Jepang pada Maret 2011 lalu disebut sebagai gempa nan paling besar dalam catatan sejarah global sebab berkekuatan 8,9 SR. Nah, sebelum membahas lebih lanjut tentang bagaimana peristiwa sejarah gempa di Jepang dan bagaimana cara mereka menanggulangi masalah tersebut, ada baiknya kita memahami kembali apa nan dimaksud dengan gempa.
Sejatinya, gempa ialah tidak lain dan tidak bukan aktivitas getaran atau juga guncangan pada permukaan bumi sebab terjadinya pergeseran atau pergerakkan pada lempeng bumi. Lempeng bumi ini juga oleh sebagian orang disebut sebagai kerak bumi. Ini menunjukkan bahwa fakta bumi nan terlihat bulat dan padat, ternyata pada fenomena lainnya ialah memilik retakan-retakan di bawahnya nan senantiasa bergerak hingga menimbulkan goncangan di permukaan bumi itu sendiri.
Semakin keras gesekan di dalamnya, maka semakin besar pula goncangan nan terjadi di atas. Atau dengan kata lain, goncangan di permukaan bumi atau nan kita sebut dengan gempa, hanya akan terjadi jika gesekan di dasar bumi tak tertahankan oleh lempeng tektonik sebab terlalu besarnya gesekan. Dari sini dipahami bahwa jika gesekan gempanya kecil, maka getarannya tak akan sampai ke permukaan. Selanjutnya, jika gempa sudah terjadi, terjadilah apa nan disebut dengan aktivitas divestasi energi dalam bentuk gelombang elastis, nan juga disebut sebagai gelombang seismik. Gelombang energi ini lalu kemudian merambat ke permukaan bumi.
Maka dari sinilah kemudian kerusakan-kerusakan terjadi pada benda-benda atau bangunan nan ada pada permukaan bumi. Nah, tingginya taraf kerusakan pada akhirnya juga bergantung pada besar dan lamanya aktivitas divestasi energi tadi. Biasanya, gempa kemudian diperparah dengan diikuti gelombang air bahari pasang atau tsunami. Inilah nan sangat menakutkan dari kenyataan gempa, termasuk pada gempa di Jepang.
Efek dari Gempa di Jepang 8,9 SR
Keberadaan media nan lintas batas, kemudian menjadikan kita mudah mengakses informasi tentang apa nan terjadi di belahan dunia, termasuk melihat peristiwa bala gempa di Jepang nan sangat mengguncang global itu. Kita sama melihat bagaimana televisi menayangkan hebatnya gempa tersebut; gedung runtuh, jembatan layang ambrol, sementara mobil-mobil tersapu gelombang tsunami nan mengikuti gempa di Jepang tersebut.
Sebagaimana dilansir media-media, baik cetak maupun elektronik, imbas nan dirasakan warga Jepang dampak gempa di sana cukuplah memprihatinkan. Dan memang terbukti bahwa gempa di Jepang ini membawa akibat nan sangat dahsyat bagi infrastruktur serta menelan kerugian finansial nan cukup tinggi dan tak dalam waktu singkat buat memulihkannya. Bahkan, pada saat gempa di Jepang tersebut terjadi, maka beberapa ahli kemudianan memperkirakan masalah lain, yakni sekitar empat juta penduduk Jepang akan mengalami pemadaman listrik.
Dan nan lebih mengerikan ialah bahaya dari radiasi nuklir nan juga sempat menggegerkan media. Berangkat dari sini, kita kemudian mafhum bahwa Jepang memang sangat terkenal rawan akan bala gempa bumi, seperti layaknya juga bias terjadi di negara Indonesia. Nah, gempa di Jepang nan terbilang cukup sering ini ternyata juga memiliki akar sejarah nan tidak dapat diabaikan begitu saja keberadaannya. Pasalnya, dalam catatan sejarah gempa di Jepang, telah tercatat beberapa kali gempa dahsyat menghantam negeri kembang Sakura ini. Maka kita akan sadar kalau ternyata kata ‘tsunami’ juga berasal dari bahasa Jepang.
Sejarah Gempa di Jepang
Jika melihat literatur sejarah Jepang, dalam rentang ratusan tahun lalu Jepang pernah mengalami bala gempa tektonik nan diabadikan dalam sejarah sebagai gempa terbesar, yakni berkekuatan 6-8 MSR dan berada di wilayah bahari lepas. Karena besarnya gempa nan dihasilkan, maka terdapat sebuah pendapat nan mengatakan bahwa negara Jepang menjadi terpecah belah hingga menjadi negara kepulauan.
Dampak lainnya ialah gempa di Jepang kala itu juga pada akhirnya menciptakan sebuah gunung nan sangat terkenal di Jepang, Gunung Fuji. Lantas, bagaimana dengan sejarah dari pada tsunami sendiri?Jawabannya ialah terkait dengan istilah penyebutan kata ‘tsunami’ nan biasa mengikuti terjadinya gempa nan dahsyat, tidak lain dan tidak bukan ialah serapan dari bahasa Jepang. Dengan kata lain, kata ‘Tsunami’ ialah gabungan dari dua kata ‘Tsu’ nan berarti pelabuhan, dan kata ‘nami’ nan berarti arus gelombang.
Maka jika dipahami secara harfiah, tsunami ialah gelombang atau ombak besar di kawasan pelabuhan. Akan tetapi, tsunami sejatinya ialah aktivitas perpindahan badan air sebab terjadinya perubahan pada permukaan bahari secara secara vertikal dan datang dengan mendadak. Hal ini disebabkan oleh gempa bumi nan pusat gempanya berada di bawah laut, juga dapat disebabkan oleh letusan gunung berapi bawah laut. Dapat juga disebabkan oleh terjadinya longsor di bawah laut, serta hantaman meteor besar di atas permukaan laut.
Biasanya, tsunami nan disebabkan oleh gempa ialah hal nan sangat dan lebih menakutkan dibanding gempanya itu sendiri, sebagaimana nan terjadi pada gempa di Jepang. Ini dikarenakan sapuan gelombang tsunami pada saat terjadinya gempa dapat mencapai ke segala arah dan meghantam apa saja di depannya dengan kecepatan antara 500 sampai dengan 1000 kilometer per jam. Lantas apa nan menyebabkan gempa di Jepang sangat sering terjadi?
Sebab Seringnya Gempa di Jepang
Jika Anda bertanya apa nan menjadikan gempa di Jepang sangatlah sering terjadi maka kondisi letak Jepang nan berada di wilayah ring of fire atau lingkar barah pasifik. Jika dilihat dari atas, lingkar barah pasifik ini membentuk semacam cekungan nan mengitari samudra pasifik. Dan, ternyata tidak hanya Jepang nan masuk ke dalam lingkaran tersebut, akan tetapi Indonesia juga masuk ke dalam bagiannya. Maka tidak heran jika kemudian di Indonesia, kerap kali terjadi gempa.
Adapun beberapa gempa di Jepang nan tertjadi dan tercatat dalam sejarah ternyata cukup banyak sekali. Gempa di Kanto, pulau Honshu (1923) ialah salah satu gempa di Jepang nan besar sebab gempa ini merenggut sebanyak 140.000 warga, bahkan gempa ini memberikan akibat gempa susulan bagi daerah-daerah di sekitarnya. Selain itu, pada 1995 kita mengenal gempa di Jepang nan disebut dengan gempa Kobe. Konon, gempa berkekuatan 7,2 SR dan terjadi hanya 20 detik ini membuat sedikitinya 6.433 warga meninggal, mereka nan terluka sebanyak 27.000, dan sebanyak 45.000 rumah porak poranda.
Demikianlah kilasan seputar gempa di Jepang nan selama ini kita kenal dan menyita perhatian. Semoga dapat menambah wawasan kita bersama.