Tips Mengajar Membaca
Bagaimana mengajarkan belajar membaca cerita bergambar buat anak TK ? Setiap anak memiliki bakat, kemampuan nan khusus dan unik pada masing-masing pribadi.
Namun, periode emas buat mengembangkan kemampuan anak berada dalam periode nan sama. Yaitu, di tiga tahun pertama pertumbuhan hingga kelima tahun usianya. Oleh sebab itu, orang tua dan guru harus mampu memanfaatkan usia pertumbuhan anak secara maksimal.
Tujuannya, buat meraih taraf perkembangan otak secara optimal. Tanpa membuat anak-anak merasa tertekan dan kehilangan kebebasan bermain serta mengembangkan khayalan di usianya.
Langkah Krusial Belajar Membaca
Pengenalan huruf (membaca) dan angka bisa meraih hasil optimal jika diajarkan kepada anak usia dini dengan cara nan tepat. Membaca bisa diartikan sebagai bagian dari perkembangan bahasa.
Caranya, dengan menerjemahkan gambar atau simbol nan divisualisasikan dalam bentuk suara. Dan dikombinasikan dengan susunan kata-kata agar orang lain bisa memahaminya.
Proses belajar membaca melalui beberapa tahapan. Membaca permulaan ( initial reading ) merupakan salah satu prosesnya.
Mercer berpendapat, proses initial reading ini ditandai dengan dominasi kode alfabetik dan membaca huruf per huruf, kemudian mengenal fonem (suku kata), dan mulai belajar menggabungkan huuruf menjadi sebuah kata.
Menurut Jean Piaget, tokoh psikologi perkembangan anak dari Swiss, usia 2-6 tahun yaitu anak usia sekolah playgroup (kelompok belajar) hingga taman kanak-kanak berada dalam keadaan tahapan berpikir praoperasional.
Mereka tak bisa dipaksakan buat menghafalkan simbol, memahami logika, atau mengenali huruf secara terstruktur sebagaimana anak usia SD menghafalkan huruf A-B-C-D, dan seterusnya.
Itulah mengapa mengajarkan membaca kepada anak usia playgroup dan taman kanak-kanak seringkali menjadi pro-kontra. Jika kita lebih bijak dalam menelaah permasalahan, problema sesungguhnya bukan pada boleh atau tak boleh mengajarkan membaca kepada anak usia dini.
Namun, bagaimana mengaplikasikan cara paling tepat buat mengajarkan anak-anak sosialisasi huruf dan angka. Jawabannya tentu menjadikan belajar memahami angka dan huruf sebagai bentuk aktivitas nan menyenangkan bagi anak-anak. Yaitu, dengan metode belajar sambil bermain.
Berdasarkan penelitian para pakar tumbuh bunga anak, kegiatan bermain ternyata bukan sekedar bersenang-senang, namun mampu mengembangkan seluruh fungsi sel otak secara optimal, panca indera terlatih dengan baik, otak kiri dan kanan bersinergi membentuk sebuah kerja sama.
Membaca Cerita Bergambar
Belajar membaca cerita bergambar buat anak TK merupakan salah satu bentuk aktivitas belajar sambil bermain. Karena belajar membaca tak harus dilakukan dengan menghafalkan huruf dan mengeja suku kata.
Mengenalkan huruf dan kata bisa ditempuh dengan cara mengenalkan anak-anak kepada lingkungan sekitar atau melalui cerita bergambar. Cerita bergambar nan dilengkapi tulisan berupa kata sederhana akan membuat anak belajar membaca dengan sendirinya.
Misalnya gambar sebuah buku nan terbuka dengan kata B-u-k-u di bawahnya akan membuat memori anak merekam gambar buku beserta tulisannya. Ketika anak menghafalkan gambar nan dirangkaikan dengan kata akan lebih mudah mengajak anak belajar membaca di kemudian hari.
Gambar dengan rona nan menarik perhatian anak-anak akan lebih memudahkan proses belajar. Sehingga anak tak hanya familiar terhadap huruf, namun juga mengenal angka.
Belajar membaca cerita bergambar buat anak TK , juga melatih anak mengembangkan imajinasi, menceritakan apa nan dilihatnya dengan bahasanya sendiri.
Belajar membaca dengan cara ini bisa dikembangkan dengan menyusun puzzle sederhana. Anak-anak dirangsang kreativitasnya buat membentuk gambar utuh sinkron pola puzzle dan menyusun huruf agar menjadi rangkaian kata nan dapat dibaca.
Dalam praktiknya belajar membaca cerita bergambar buat anak TK diharapkan membantu mengembangkan aktivitas anak sebagai berikut.
- Mampu bercerita, mengungkapkan isi pikiran dengan bahasa sederhana secara tepat.
- Mampu menggunakan bahasa sebagai wahana berkomunikasi secara efektif.
- Membangkitkan minat siswa buat mempelajari bahasa dan sastra Indonesia di kemudian hari.
Tips Mengajar Membaca
Agar mencapai hasil maksimal, mengajarkan membaca, belajar sambil bermain bisa dilakukan dengan mempertimbangkan tips-tips berikut ini.
1. Mengajak anak buat mulai mencintai buku sejak usia dini, membiasakan membacakan buku cerita bergambar atau mendongeng 10-15 menit menjelang tidur akan membuat anak terbiasa dengan buku.
Pilih buku bergambar dengan rona nan mencolok dan bercerita tentang tokoh kartun nan disukai anak-anak. Lebih bagus lagi jika buku cerita tersebut ditulis dalam huruf besar-besar agar membantu anak mengingat bentuk huruf dalam memorinya.
2. Jika anak melakukan sesuatu hal nan positif, berikan ia pujian dan hadiah berupa buku cerita. Ajak ia ke toko buku agar dapat memilih buku nan disukainya.
3. Jika memiliki komputer atau netbook di rumah, lengkapi dengan software tentang belajar sambil bermain. Banyak contoh software dan CD nan memperkenalkan huruf dan angka dikemas dalam permainan nan tak membosankan.
4. Memasang label nama dalam huruf nan tercetak tebal pada benda-benda primer nan ada di rumah dan kelas. Seperti meja, kursi, papan tulis, komputer, televisi, dan radio.
Saat anak terbiasa melihat benda dengan keterangannya, sama halnya melatih memori anak buat menghafal bentuk huruf dan nama benda secara utuh.
5. Saat ini banyak dijual kartu belajar membaca dalam berbagai ragam. Misalnya gambar hewan, kendaraan trasnsportasi, dan buah-buahan nan dilengkapi kata nan menunjukkan nama benda tersebut.
Kita dapat memanfaatkan kartu bergambar tersebut buat bermain tebak-tebakan. Atau, buat lebih meningkatkan kreativitas sang anak, kita dapat membuatnya sendiri dengan memanfaatkan gambar di majalah nan digunting dan dilekatkan.
Kegiatan tersebut dilakukan sambil mengajak si anak buat turut serta menempel keterangan gambar tersebut pada kartu protesis kita.
6. Saat minat baca anak benar-benar mulai tumbuh di usia sekitar 5-6 tahun. Inilah saatnya kita memperkenalkan huruf nan menggambarkan nama sang anak.
Gunakan puzzle huruf buat menyusun nama panggilan si anak, bertahap perkenalkan pula kata-kata lain nan sering berinteraksi dengan sang anak, misalnya ayah, ibu, guru, adik, atau kakak.
Beberapa anak mungkin tak mencapai kemajuan setara dengan temannya. Adakala kemampuan anak dalam periode membaca permulaan sangatlah rendah.
Ada anak nan sudah mampu mengenal huruf abjad secara rambang atau beraturan, tetapi ada juga beberapa anak nan belum mampu mengenal simbol-simbol huruf.
Mungkin ada beberapa anak nan hanya mampu membaca kata-kata nan huruf awal dan berakhiran sama atau hafal kata dengan suku kata awal dan suku kata terakhir nan sama.
Namun, bukan berarti upaya memperkenalkan belajar sambil bermain ini mengalami kegagalan. Kolaborasi antara guru dan orang tua sangat diperlukan. Hal ini bisa dibantu dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.
1. Terdapat kecenderungan konsep antara orang tua dan guru. Jika di sekolah guru mengajarkan atau menuliskan kata menggunakan huruf kecil, maka di rumah pun seharusnya demikian.
Jika orang tua memberi label nama barang di rumah dengan huruf (abjad) besar tetapi di sekolah memakai huruf kecil, anak akan semakin bingung dalam menghafal simbol-simbol. Barulah jika anak telah hafal sahih simbol huruf kecil, kita dapat memperkenalkan huruf besar.
2. Ketika melakukan aktivitas belajar membaca sambil bermain, perhatikan kondisi anak. Pastikan ia berada dalam kondisi nyaman.
Jika menunjukkan konsentrasinya mulai terganggu itu tandanya ia bosan. Segera hentikan dan biarkan anak memilih aktivitas lain nan membuatnya senang.
3. Selingi aktivitas belajar membaca sambil bermain dengan belajar mewarnai atau sambil bernyanyi agar anak tak mudah bosan.
Dengan perhatian, ketekunan, dan kreativitas orang tua dan guru diharapkan bisa membantu anak-anak usia playgroup dan TK meraih kemajuan nan optimal.
Tentu saja hal tersebut dijadikan sebagai bekal menyerap pelajaran taraf lanjutan di usia dasar, tanpa merampas masa bermain mereka nan menyenangkan.