Bencana Banjir Sungai Kuning

Bencana Banjir Sungai Kuning

Sungai Kuning ialah sungai terpanjang kedua di China setelah Sungai Yang Tze. Sungai Kuning memiliki panjang mencapai 5.464 km. Sungai Kuning ini terkenal dengan sebutan Yellow River, Sungai Huang Ho, atau Sungai Huang He. Sungai ini pun termasuk sungai nan cukup krusial di Republik Rakyat China.

Salah satu hal yeng menarik dari sungai ini ialah legenda, sejarah, dan kisah peradaban lembah Sungai Kuning. Legenda Sungai Kuning tentu tidak akan lepas dari kisah perjuangan dua naga Qinghuang. Selain itu, Sungai Kuning nan merupakan sungai nan cukup krusial di China ini kadang tak ramah dan menimbulkan bala banjir nan luar biasa.

Sementara itu, peradaban nan terkenal ialah peradaban lembah Sungai Kuning . Peradaban tersebut dikenal sebagai peradaban China antik nan sampai saat ini banyak dipelajari oleh ilmuwan dan peneliti sejarah.

Lalu, mengapa Sungai Huang Ho ini sering disebut dengan nama Sungai Kuning? Sungai Huang Ho ini disebut Sungai Kuning sebab memang air nan mengalir di sungai tersebut berwarna kekuning-kuningan dampak membawa lumpur nan berwarna kuning. Hal inilah nan membuat sungai ini dijuluki Sungai Kuning.



Legenda Sungai Kuning

Berdasarkan legenda nan beredar di masyarakat China, sejarah Sungai Kuning ini tidak bisa dipisahkan dengan Sungai Yang Tze. Menurut kisah legenda, dahulu kala terdapat dua ekor naga langit nan tinggal di gunung dengan nama Qinghuang. Dua naga tersebut ialah dua naga langit nan baik hati dan akrab dengan manusia. Suatu hari, monster dursila nan berasal dari bahari selatan berbuat ulah dengan mengutuk manusia dan akhirnya banyak manusia nan terserang penyakit dan dilanda kekeringan.

Mengetahui hal ini, Buddha mengutus dua naga Qinghuang buat melindungi manusia dan mengatasi kutukan nan diberikan oleh monster dari bahari selatan tersebut. Dua naga tersebut pun segera bertindak dan mengobati penyakit nan melanda manusia dan mengatasi kekeringan. Kabar pulihnya kehidupan manusia ini ternyata terdengar oleh monster bahari selatan dan memutuskan buat mengirim siluman kodok dan siluman buaya buat melawan dua naga sakti Qinghuang.

Sayangnya, siluman kodok dan siluman buaya kalah melawan naga Qinghuang dan membuat marah monster dursila dari bahari selatan tersebut. Akhirnya, monster bahari memilih menghancurkan sendiri kedua naga Qinghuang tersebut dengan mengunakan 50.000 pasukannya. Mendengar agresi nan akan dilancarkan oleh monster jahat, dua naga Qinghuang ini memerintahkan manusia buat bersembunyi dan berlindung dari agresi monster bahari .

Kemudian, kedua naga Qinghuang ini bertempur melawan monster dursila dari bahari selatan beserta pasukannya selama 7 hari 7 malam hingga keduanya letih. Monster bahari selatan nan dursila pun memerintahkan siluman ular buat membunuh semua manusia dan naga Qinghuang.

Mengetahui hal itu, kedua naga Qinghuang pun akhirnya kembali bertarung dan akhirnya menjelma menjadi dua buah sungai beku nan membekukan dua siluman ular hingga tewas. Kedua sungai jelmaan kedua naga Qinghuang ini kini dikenal dengan Sungai Kuning dan Sungai Yang Tze nan kini menjadi sumber kehidupan rakyat China.



Peradaban Lembah Sungai Kuning

Sejak zaman dahulu, Sungai Kuning pada bagian hilirnya ini terkenal sebagi wilayah nan fertile dan menjadi pusat peradaban manusia China kuno. Peradaban ini diperkirakan telah ada sejak kurang lebih 5000 tahun sebelum Masehi. Karena tanah nan subur, manusia memilih kawasan lembah Sungai Huang Ho tersebut sebagai pusat kehidupannya dan bekerja sebagai petani.

Petani China antik saat itu telah menanam gandum , tehm jagung, dan padi buat memenuhi kebutuhan pangan mereka. Pada peradaban nan terjadi di lembah sungai ini juga terbentuk beberapa dinasti dan dinasti tertua di peradaban Sungai Kuning ini ialah Dinasti Shang nan diperkirakan berakhir pada tahun 1766 sebelum Masehi. Sayangnya, tidak banyak peninggalan dari dinasti tertua ini.

Setelah dinasi Shang, kemudian diteruskan oleh Dinasti Yin nan berkuasa pada tahun 1700 hingga 1027 sebelum Masehi. Setelah itu, muncul Dinasti Chou nan mulai mengadopsi sistem pembagian kekuasaan dan dipimpin oleh seorang kaisar.

Setelah Dinasti Chou berakhir, dilanjutkan oleh Dinasti Qin nan berkuasa pada tahun 221 hingga 206 sebelum Masehi. Pada Dinasti Qin ini bidang pertanian mulai maju, hal ini terlihat dari penggunaan ilmu pertanian modern seperti penggunaan sistem irigasi nan cukup baik dan rapi. Tak hanya itu, pada dinasti ini juga mulai menggunakan pupuk buat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian mereka.

Dinasit Qin berakhir dan kemudian dilanjutkan oleh Dinasti Han nan didirikan oleh Liu-Pa. Pada era Dinasti Han ini, China mencapai masa kejayaan dengan wlayah kekuasaan nan sangat luas, termasuk Asia Tengah. Dinasti Han ini diperkirakan mulai mengalami kemunduran pada tahun 221 sebelum Masehi dan dilanjutkan dengan Dinasti Tang.



Bencana Banjir Sungai Kuning

Sungai Kuning atau Huang Ho ini memang saat ini menjadi salah satu sungi krusial dan menjadi sumber kehidupan bagi rakyat Tiongkok. Namun, siapa sangka sungai nan airnya terlihat berwarna kuning ini tercatat beberapa kali berulah dengan menimbulkan banjir nan sangat besar dan memakan korban mal dan jiwa nan tidak sedikit.

Ada dua peristiwa banjir Sungai Kuning nan menimbulkan korban jiwa nan cukup banyak, bahkan masuk sebagai sepuluh banjir paling dahsyat nan terjadi di bumi ini. Banjir besar Sungai Kuning nan tercatat ialah banjir besar nan terjadi pada tahun 1887. Banjir besar Sungai Kuning nan terjadi pada tahun 1887 ini cukup dahsyat dan memakan korban jiwa nan sangat banyak.

Diperkirakan banjir Sungai Kuning nan terjadi pada tahun 1887 ini memakan korban jiwa antara 900.000 hingga 2.000.000 orang. Penyebab banjir saat itu diketahui sebab terjadi ekspansi wilayah daratan China secara besar-besaran, hal inilah nan membuat wilayah nan dilalui oleh genre Sungai Kuning menjadi rawan banjir. Selain terjadinya ekspansi daratan tersebut, banjir nan terjadi pada tahun 1887 ini diperparah dengan hujan deras dan naiknya air bahari selama berhari-hari.

Akibatnya, bendungan nan ada di Sungai Kuning ini tidak mampu menampung air dan akhirnya menjadi banjir nan menenggelamkan wilayah Provinsi Henan. Banjir Sungai Kuning pada tahun 1887 ini tercatat sebagai salah satu bala banjir paling dahsyat dan paling mematikan nan pernah terjadi di bumi. Banjir Sungai Kuning pada tahun 1887 ini tercatat menenggelamkan area seluas 50.000 mil.

Banjir dahsyat Sungai Kuningini kembali terjadi pada tahun 1931 dan menimbulkan korban jiwa dan mal nan lebih banyak daripada banjir Sungai Kuning pada tahun 1887. Jika pada banjir 1887 memakan korban jiwa antara 900.000 hingga 2 juta orang, banjir dahsyat tahun 1931 memakan korban jiwa nan lebih banyak lagi, yakni mencapai 1 juta hingga 4 juta orang dikabarkan tewas.

Banjir dahsyat Sungai Kuning tahun 1931 ini memang lebih besar dari banjir dahsyat nan pernah terjadi pada 1887, bahkan banjir Sungai Kuning ini tercatat sebagai banjir terbesar dan paling mematikan umat manusia pada abad 20. Setelah banjir besar melanda Sungai Kuning, masyarakat dilanda aneka masalah kesehatan, sebab terjangkit pelbagai penyakit nan biasa timbul setelah banjir.

Setelah itu, masyarakat juga mengalami pelbagai masalah sosial dan ekonomi nan pelik, sebab dampak banjir tersebut, jutaan manusia kehilangan loka tinggal dan harta bendanya. Karena bala nan ditimbulkannya luar biasa, Sungai Kuning ini kerap dijuluki sebagai China's Sorrow .