Film-film Jadul Warkop DKI Era 80-an
Siapa sih nan tak pernah nonton film jadul Warkop DKI? Film-film jadul Warkop DKI nan kerap diputar ulang di stasiun-stasiun televisi ini tidak pernah absen mengundang tawa bagi siapa pun penontonnya dan berapa pun umurnya.
Ya, demikian kuatnya kekuatan lawakan mereka di film-film Warkop DKI sehingga walaupun merupakan film jadul , tetap saja menjadi sajian nan menarik buat ditonton. Bahkan, kejadulan film-film Warkop telah membuat fans Warkop mendirikan website sendiri nan membahas spesifik mengenai film-film jadul Warkop DKI.
Ada apakah dibalik kekuatan film-film jadul Warkop sehingga mampu menjadi legenda? Ada baiknya kita tengok sebentar sejarah grup komedi nomor 1 di Indonesia ini.
Sejarah Warkop DKI Sebelum Mengeluarkan Film-film Jadul
Warkop DKI berawal dari sebuah acara di Radio Prambors nan bernama 'Obrolan Santai di Warung Kopi', nan merupakan ide awal dari Temmy Lesanpura, Program Director Radio Prambors kala itu. Karena konsep acara ini ialah acara santai namun intelek, maka dipilihlah Kasino dan Nanu nan merupakan pelawak lokal di kampus mereka, Universitas Indonesia (UI).
Dalam perkembangannya mereka mengajak serta Rudy, Dono, dan Indro. Mereka semua ini masih berstatus mahasiswa, kecuali Indro nan ketika pertama kali bergabung masih duduk di bangku SMU.
Nama mereka pun saat itu belum Warkop DKI, melainkan Warkop Prambors, sebab mereka merupakan jebolan acara dari radio Prambors. Tanpa disangka, acara ini mendulang berhasil berat dan tawaran buat bermain di atas anjung pun mulai berdatangan.
Mereka pertama kali manggung di tahun 1976 pada sebuah acara perpisahan sebuah SMU di Jakarta. Namun, baru pada acara Terminal Musikal lah nama Warkop Prambors mulai dikenal publik luas.
Namun di tengah perjalanannya, dua personelnya yaitu Nuno dan Rudy memutuskan buat hengkang dari Warkop sebab merasa bukan di bidang tersebut global mereka. Semenjak saat itu, Warkop Prambors pun berganti nama menjadi Warkop DKI (kepanjangan dari Dono, Kasino, dan Indro). Saat ini personel Warkop hanya tinggal Indro, sebab Kasino sudah meninggal pada 1997 dan Dono meninggal pada 2001.
Kiprah Warkop dalam Film-film Jadul Warkop DKI
Pada 1979, Warkop DKI menelurkan film jadul pertamanya nan berjudul 'Mana Tahan..'. Film Warkop DKI ini dibintangi oleh Elvy Sukaesih. Film lawak ini mendulang berhasil luar biasa dan mendapatkan animo sangat tinggi dari khalayak Indonesia nan haus akan film lawak slapstick nan ringan. Kesuksesan film perdana tersebut langsung disambut dengan dirilisnya film-film Warkop DKI lainnya setelah itu.
Film-film Jadul Warkop DKI Era 80-an
Ketika tahun 80-an, Warkop DKI mampu merilis filmnya setahun sekali. Bahkan, ada di antara film-film Warkop DKI dalam jangka waktu satu tahun dirilis dua film. Pada era ini, Eva Arnaz merupakan bintang idola nan hampir selalu hadir dalam tiap judul film-film Warkop DKI. Selain Eva, ada Meriam Bellina, Lydia Kandou, dan beberapa seniman lain nan tengah daun saat itu, kerap berperan dalam film-film Warkop DKI yang laris ini.
Adapun judul film-film Warkop DKI saat itu ialah sebagai berikut.
- Gengsi Dong (1980)
- Pintar Pintar Bodoh (1980)
- Geer - Gede Rasa (1980)
- Manusia 6.000.000 Dollar (1981)
- IQ Jongkok (1981)
- Setan Kredit (1981)
- Dongkrak Kuno (1982)
- Chips (1982)
- Maju Kena Mundur Kena (1983)
- Pokoknya Beres (1983)
- Itu Dapat Diatur (1984)
- Tahu Diri Dong (1984)
- Kesempatan Dalam Kesempitan (1985)
- Gantian Dong (1985)
- Atas Boleh Bawah Boleh (1986)
- Sama Juga Bohong (1986)
- Depan Dapat Belakang Dapat (1987)
- Makin Lama Makin Asyik (1987)
- Saya Suka Kamu Punya (1987)
- Jodoh Boleh Diatur (1988)
- Malu-Malu Mau (1988)
- Godain Kita Dong (1989)
- Sabar Dulu Doong...! (1989).
Film-film Jadul Warkop DKI Era 90-an
Dalam era 90-an, Nurul Arifin, Kiki Fatmala, Diah Permatasari, dan Sally Marcelinna, merupakan bintang favorit nan selalu hadir dalam tiap film Warkop DKI. Film jadul lawak ini hadir masih dengan mengusung tema nan sama, lawak slapstick nan sedikit vulgar, tetapi tetap mengundang animo penonton buat menontonnya.
Adapun judul film-film Warkop DKI era 90-an ialah Mana Dapat Tahan (1990), Sudah Niscaya Tahan (1991), Dapat Naik Dapat Turun (1991), Lupa Anggaran Main (1991), Masuk Kena Keluar Kena (1992), Salah Masuk (1992), Bebas Anggaran Main (1993), Bagi-Bagi Dong (1993), Saya Duluan Dong (1994), dan Pencet Sana Pencet Sini (1994).
Melalui film-film inilah, Warkop makin kuat menancapkan benderanya di global lawak Indonesia. Hampir tiap tahun mereka membintangi satu film dan tentu saja dengan honor 15 juta per film nan merupakan angka fantastis saat itu. Mereka pun meraih laba nan tinggi dalam kiprah mereka di global perfilman.
Namun, seiring dengan menurunnya minat global perfilman Indonesia, juga sebab tudingan bahwa film Warkop hanya menjual wanita seksi nan menjadi bintang dalam setiap filmnya, Warkop pun akhirnya menghentikan produksi film-filmnya dan mulai melirik global pertelevisian. Apalagi saat itu geliat televisi partikelir sedang marak-maraknya.
Dibuatlah serial Warkop nan tayang di televisi dengan nama Warkop Milenium nan bertahan tayang cukup lama di salah satu televisi swasta. Sampai akhirnya Kasino menutup usia dan disusul Dono beberapa tahun kemudian. Serial ini pun akhirnya terhenti.
Warkop Melegenda sebab Film-film Jadul Warkop DKI Selalu Memberikan Kesegaran
Warkop melegenda berkat film jadul nya nan selalu memberikan kesegaran dalam global lawak saat itu. Lawakan khas mereka tentang mahasiswa memberikan kesegaran tersendiri bagi para penontonnya. Hal tersebut dikarenakan sebab mayoritas dari mereka masih menjadi mahasiswa.
Mereka juga sangat menghargai taraf keintelektualitasan anggotanya demi menjaga profesionalitas mereka sebagai pelawak. Mereka sangat menyadari betapa pentingnya buat terus menggali potensi dalam diri mereka agar kualitas lawakan nan mereka bawakan tetap terjaga.
Sebagai grup komedi pionir dalam global film, mereka sukses menancapkan baku bagi grup-grup komedi lainnya. Bahkan, tak dipungkiri bahwa Warkop DKI merupakan acuan dan teladan bagi grup-grup komedi lainnya.
Bagito merupakan salah satu grup nan didirikan dengan acuan Warkop sebab Miing Bagito dulu sempat menjadi staf Warkop nan bertugas mencari bahan lawakan dan melakukan majemuk survei. Keinginannya menjadi pelawak mencuat setelah ia melihat keprofesionalan para personel Warkop dalam menjaga kinerja dan kualitas lawakannya. Pada akhirnya dia mendirikan grup lawaknya sendiri dengan nama Bagito.
Walaupun sederet film Warkop itu film jadul , tetapi masih sangat digemari hingga saat ini. Hal ini tentu saja merupakan salah satu bukti betapa melegendanya Warkop di Indonesia. Namun sangat disayangkan, penayangan film-film Warkop di televisi saat ini sama sekali tak memberikan royalti kepada para personel Warkop. Padahal sudah sepatutnyalah insan perfilman di Indonesia melindungi copyright film bagi grup komedi nan sangat tersohor ini.
Walaupun personel Warkop nan tersisa, Indro, tak mempermasalahkan penayangan film-film jadul Warkop DKI, tetapi sudah seharusnyalah kita dapat menghargai karya seni anak bangsa di negerinya sendiri. Semoga ini dapat menjadi pertimbangan fundamental nan dapat melindungi hak-hak para pelaku seni agar masa depan kesenian dan budaya Indonesia dapat tetap terjaga.