Bacaan Doa Qunut Rasulullah saw
Persatuan nan Menakutkan
Orang nan menginginkan Islam jatuh akan sangat takut ketika jamaah sholat fardhu jumlahnya lebih banyak daripada jamaah sholat Jumat. Namun, hal ini sulit terwujud. Banyak masalah umat nan membuat orang memilih tak berjamaah di masjid tertentu. Salah satu permasalahan itu ialah doa qunut. Masih ada nan berpendapat bahwa doa qunut ini ialah satu hal nan harus dibaca. Kalau terlupakan maka harus melakukan sujud sahwi.
Dilain pihak, ada nan berpendapat bahwa doa qunut ini tak harus dibaca sebab tak masuk rukun sholat. Bagi nan membaca, kalau lupa, tak usah sujud sahwi. Hal nan lain nan menjadi permasalahan umat jug acukup banyak. Kalau tak dapat berlapang dada dan membuka hati nan luas, maka umat ini tak akan pernah bersatu. Bagaimana mau jamaah sholat berlimpah kalau pendirian masjid saja berjarak hanya kurang dari satu km. Jamaah terbagi. Padahal pada hari-hari biasa saja, jamaah hanya beberapa orang saja.
Sholat itu mengajarkan banyak hal. Ketaatan kepada pimpinan, kekompakan, dan keserasian. Kalau imam tak dapat melanjutkan sholat sebab beberapa faktor termasuk tiba-tiba kelenger atau sakit atau batal wudhunya, jamaah barisan terdepan harus menggantikan imam itu tanpa membatalkan sholat. Setiap jamah harus tahu anggaran sholat sehingga tanpa harus diperintah ia tahu harus berbuat apa.
Bagi suami istri, sholat berjamaah ini menjadi penguat cinta mereka. Bayangkan ketika mereka sedang berselisih paham namun mereka tetap sholat berjamaah. Ketika selesai sholat, mereka berjabatan tangan. Sang suami pun mencium kening istrinya. Lalu apa nan terjadi? Masalah niscaya lumer. Sebaliknya, kalau suami istri tak sholat berjamaah, itu artinya ada nan salah dengan interaksi keduanya. Keduanya harus introspeksi diri dan berusaha menuju kebaikan bersama.
Kalau pun antara suami istri ada disparitas pemahaman tentang beberapa hal termasuk masalah doa qunut atau batalkan wudhu kalau bersentuhan dengan suami atau istri sendiri? Hal ini dapat dibicarakan. Kalau istri menganggap bahwa bacaan qunut itu tak ada, maka ketika suaminya membaca doa qunut, sang istri hanya diam berdiri saja. Begitu pun permasalahan nan lain. Kalau suami menganggap batal bersentuhan dengan istri ketika telah berwudhu, sang istri tak perlu menggoda suaminya kalau sudah sedang ada wudhu.
Kedamaian itu tentu lebih menyenangkan dan membahagiakan daripada hayati dalam satu naungan atap namun bertengkar selalu. Apalagi nan dipertengkarkan ialah hal-hal nan tak prinsip dan bukan sesuatu nan seharusnya mereka bicarakan dengan emosi tinggi. Kehidupan rumah tangga nan senang akan memberikan pengaruh kepada kehidupan di luar rumah tangga. Suami aatu istri nan mempunyai interaksi nan baik dalam rumah tangga, akan terlihat lebih berbahagia.
Rasa senang ini tak dapat ditutupi begitu saja. Senyum nan menyimpan perih itu tak terlihat alami. Ada guratan kesedihan dan guratan kekhawatiran nan membuat orang lain mengetahui bahwa ada nan salah dengan kehidupan rumah tangganya. Tidak ada nan tak mau bahagia. Bahagia itu harus diperjuangkan.
Dalil Doa Qunut
Ada beberapa hadits nan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sahabat Anas bin Malik nan berkenaan dengan doa qunut. RasuluLlah selalu berqunut pada shalat subuh ssampai beliau mati (HR Bukhari dan Muslim). Hadits benar lainnya diriwayatkan oleh Muslim dari Anas, bahwa Rasulullah berqunut selama sebulan mendoakan orang-orang Arab nan masih hayati kemudian tak melakjukannya lagi. Dalil inilah nan membuat orang terutama mahzab Syafi’i membaca qunut setiap sholat shubuh.
Qunut di dalam Islam terbagi pada dua jenis: Qunut nazilah dan Qunut shalat. Dalam masalah qunut shalat, para imam dan ulama mazhab berbeda pendapat tentang pelaksanaannya. Ada nan bilang hanya di dalam shalat witir dan ada nan berpendapat di shalat subuh. Sedangkan Qunut nazilah, qunut nan dilakukan saat adanya bencana.
Pertanyaannya sekarang, apakah ada anggaran spesifik harus membaca doa tertentu? Bila dikaji dalam khazanah ilmu fiqh, para ulama tak mengkhususkan harus membaca doa spesifik saat qunut. Bahkan, jika dirujuk dalam sejarah kehidupan para khulafaurrasidin (khalifah nan empat: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib), mereka sendiri bhineka bacaannya.
Karena itu, bisa dikatakan, tak ada ketentuan standar harus membaca doa qunut tertentu. Barangkali penyebabnya, dikarenakan makna qunut sendiri ialah bacaan di dalam shalat nan mengandung pujian kepada Allah dan permohonan kepada-Nya. Artinya, segala permohonan kepada Allah nan dilakukan di dalam shalat ialah qunut. Memang, jika diperhatikan dari qunut nan dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya semuanya berisi tentang pujian dan munajat kepada Allah.
Bacaan Doa Qunut Rasulullah saw
Allahummahdini fiman hadait wa ‘aafinii fiiman ‘aafait wa tawallanii fiman tawallait wabaarik li fima a’thait wa qinii syarramaa qadait pa innaka taqdhi wa laa yuqdha ‘alaik wa innahu laa yajillu man waa lait wa laa ya’izzu man ‘aadait tabaaraktarabbana wa ta’aalait falakalhamdu ‘ala maa qadhait astghfiruka wa atuubu ilaik
(Ya Allah, berilah saya petunjuk seperti orang-orang nan telah Engkau beri petunjuk dan sehatkanlah saya sebagaimana orang-orang nan kau sehatkan. Lindungilah saya seperti orang-orang nan mendapatkan perlindungan-Mu. Berkahilah saya dari segala apa nan telah Engkau berikan kepadaku, dan peliharalah saya dari kejahatan nan telah Engkau pastikan. Sesungguhnya hanya Engkaulah nan bisa memastikan atas sesuatu dan tidak ada lagi nan berkuasa di atas Engkau. Sesunguhnya tak akan hina orang nan mendapatkan perlindungan-Mu dan tak akan mulia orang nan Engkau musuhi. Maha Berkah Engkau Tuhan kami, dan Engkau Maha Luhur. Bagi-Mu segala puji atas perkara nan Engkau pastikan. Aku memohon ampun dan bertobat ke hadirat-Mu).
Bacaan Doa Qunut Umar bin Khattab
Allahumma nasta’inuka wa nastghfiruka wa nastahdiika wa nu´minu laka wa natawakkal ‘alaika wa nutsanniya ‘alaikal khaira kullahu nasykurukan wa la nakfuruka wa nakhla’u wa natruka man yufjiruka. Allahumma Iyyaka na’bu wa laka nushalli wa nasjudu wa ilaika nas’aa wa nahfid narju rahmataka wa nakhsyaa ‘azaaba inna ‘azaabaka jiddu bilkuffari mulhiq
(Ya Allah, sesungguhnya kami memohon pertolongan-Mu, ampunan-Mu, petunjuk-Mu. Kami beriman, bertawakkal, dan memuji hanya ke hadirat-Mu dengan semua kebaikan. Kami bersyukur dan tak kufur ke hadirat-Mu. Kami lepas dan tinggalkan orang-orang nan mendurhakai-Mu. Ya Allah, ke hadirat-Mu kami menyembah, shalat dan sujud. Serta ke hadirat-Mu kami berjalan dengan cepat, sebab mengharap rahmat_Mu dan takut akan siksaan-Mu niscaya terjadi menyergap orang-orang kafir)
Di lain waktu, Umar bin Khattab juga membaca bacaan doa qunut:
Allahumma ‘azzibil kufarata wal musyrikin alladzina yashudduna ‘an sabiilika wa yukazzibuana rusulaka wa yuqatiluunaka auliya aka. Allahumaghfirlilmu’minina wal mu’minaat wal muslimiina wal muslimat wa ashlih zdaata bainihim wa allif baina Qulubihim waj’al fii quluubihim al-Iimana wal hikmat wa tsabbithum ‘ala millati rasuulika wa awji’hum an yuufu bi’ahdikalladzi ‘aahattum ‘alaihi wanshurhum ‘ala ‘aduwwika wa ‘aduwwihim ilaahal haqqi wa’z’alnaa min hum
(Ya Allah, siksalah orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, yaitu orang-orang nan menghalang-halangi jalan-Mu, mendustakan rasul-rasul-Mu dan memerangi kekasih-Mu. Ya Allah, ampunilah semua orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, muslimin dan muslimat. Damaikanlah di antara mereka. Saling sayang menyayangi di antara mereka, jadikanlah dalam hati mereka iman dan hikmat, dan tetapkanlah mereka pada agama Rasul-Mu, berilah ilham kepada mereka buat memenuhi janji-Mu nan telah Engkau janjikan mereka atasnya dan tolonglah mereka buat mengalahkan musuh-Mu dan musuh mereka. Wahai Tuhan nan hak, jadikanlah kami di antara mereka)
Jadi, pada dasarnya bacaan doa qunut itu diserahkan kepada nan mengerjakan shalat, selama masih berisi tentang pujian dan permohonan kepada Allah. Tentunya doa tersebut harus dilafalkan dengan bahasa Arab seperti Al-Qur’an. Bukan bahasa Arab nan dipakai dalam pergaulan sehari-hari orang Arab.