Batik - Seni Bernilai Tinggi
Anda pernah ke Kota Solo? Kota ini terletak di Jawa Tengah. Dua jam perjalanan ke arah timur dari kota Yogyakarta, menggunakan kendaraan darat seperti motor atau mobil. Sementara bila melalui jalan udara, Anda hanya membutuhkan satu jam perjalanan dari Jakarta. Istilah Solo berasal dari nama desa "Desa Sala" di tepi Bengawan Solo.
Nama lain secara formal dari Solo ialah Surakarta. Slogan Kota Solo buat kebersihan kota ialah BERSERI - Bersih, Sehat, Rapi, Indah. Jargon Kota Solo buat pariwisata ialah The Spirit of Java (Jiwanya Jawa). Hal ini digunakan sebagai upaya buat mencitrakan bahwa Solo ialah pusat kebudayaan Jawa. Kota Solo juga mempunyai beberapa julukan, di antaranya ialah kota batik, kota budaya, dan kota liwet.
Kota Solo dikenal sebagai pusat industri batik. Pusat industri ini dapat Anda temui di Laweyan dan Kauman. Salah satu loka nan sangat terkenal buat transaksi batik ialah Pasar Klewer. Saya berkesempatan buat jalan-jalan ke Solo dan melihat-lihat perkembangan kota nan sedemikian pesatnya setelah dikomandani sang walikota Joko Widodo.
Jalan-jalan ke Kampung Laweyan
Jalan-jalan aku di Kota Solo ini menuju suatu kampung nan sudah terkenal sejak tahun 1970-an sebagai kampung batik. Kampung itu ialah suatu kelurahan nan bernama Laweyan. Luas kampung itu 24.83 hektare dengan jumlah penduduk sekitar 2500 jiwa. Ini kampung tertua buat global batik di Indonesia. Bentuk arsitektur rumah-rumah di Laweyan sangat unik. Akulturasi budaya nan sangat kental antara Jawa, Cina, Islam, dan Eropa. Mayoritas rumah penduduknya berpagar tinggi atau lazim disebut beteng. Akhirnya, banyak kita temui gang-gang sempit di antara rumah satu dengan rumah lainnya.
Laweyan menjadi terkenal sejak zaman tahun 1911 waktu zaman Bp. KH. Samanhudi sebagai juragan batik di kampung tersebut. Para pengusaha batik menjadi sangat eksis di Kota Solo sejak saat itu hingga sekarang. Di kampung ini, sangat mudah ditemui showroom-showroom batik. Kampung ini sampai sekarang sangat terkenal sebagai kampungnya para juragan dan bos batik di Kota Solo.
Anda pun boleh menemukan motif batik favorit Anda di Kampung Laweyan ini. Kampung nan sangat eksotis menurut saya. Kota Solo menyimpan semangat tersendiri dari sisi budaya menurut saya. Jargon 'The Spirit of Java' memang sangat tepat. Perjalanan aku pun berlanjut menuju kampung batik lainnya, yaitu kampung batik Kauman.
Jalan-jalan ke Kampung Kauman
Dari Kampung Laweyan Kota Solo , aku menuju ke Kampung Kauman. Kauman berasal dari kata kaum (abdi dalem). Kaum ini mayoritas ialah para ulama, penghulu, dan pakar agama Islam. Sejarah kampung ini berkaitan sangat dekat dengan perpindahan Keraton Kartosuro ke Solo dan berubah nama menjadi Kasunanan. Keberadaan mayoritas para kaum inilah nan menjadikan asal usul nama Kauman.
Mayoritas penduduk Kauman waktu itu mendapat pendidikan membatik dari Kasunanan Surakarta. Tradisi kental ilmu batik kasunanan Surakarta pun terwariskan dengan baik di kalangan masyarakat Kauman. Hampir seluruh baju motif batik nan digunakan keluarga keraton, dikerjakan oleh masyarakat Kauman. Dimulai dari jarik/selendang, kemben, dan sebagainya. Berbekal keahlian dari tradisi Keraton Kasunanan Surakarta inilah, masyarakat Kampung Kauman semakin berkembang baik. Mayoritas warga Kota Solo sangat mengakui eksistensinya.
Perkembangan bentuk dan jenis motif nan berkembang di masyarakat Kauman ini dapat dibagi dalam 3 bentuk. Bentuk batik klasik pakem nan merupakan batik tulis, bentuk batik cap, dan bentuk kombinasi antara batik tulis dan cap. Batik tulis ini merupakan karya unggulan masyarakat Kauman nan banyak dipengaruhi tradisi Kasunanan Surakarta. Bahan nan digunakan ialah kain sutra tenun jenis premisima dan rayon. Otomatis dari sisi harga, jenis batik ini lebih mahal dan eksklusif. Anda pun boleh memilih aneka macam bentuk dan jenis motif batik nan paling Anda suka.
Saya sendiri paling suka motif truntum. Ini motif batik nan sangat romantis menurut saya. Sejarah motif ini berdasarkan kisah kerajaan. Konon, motif ini dibuat oleh seorang permaisuri raja. Sang raja sudah lama sekali tak memberikan perhatian dan afeksi pada sang permaisuri. Dalam kesepian dan kerinduannya pada sang raja, permaisuri ini menumpahkan semua isi hatinya dengan membuat motif batik.
Motif batik nan dibuat oleh sang permaisuri ini ialah motif bunga-bunga nan mekar. Asa beliau ialah bersemi dan mekarnya kembali cinta kasih sang raja pada beliau. Ternyata, usaha itu berhasil. Dengan penuh afeksi dan cinta kasih saat membuat motif batik truntum.
Setelah selesai pembuatan, kain batik itu dipersembahkan kepada sang raja. Sang raja nan tanggap waskita pun memahami pesan di balik motif itu. Akhirnya, sang raja pun menjadi tersadar dan tumbuhlah cinta kasihnya lebih dalam pada sang permaisuri. Itulah kenapa aku suka dengan motif ini. Motif truntum.
Di Kampung Kauman, ada 30-an home industry pembuatan batik. Selain di Solo, eksistensi kampung ini sebagai sentra batik sudah sangat terkenal di luar negeri. Sudah ada beberapa negara nan menjadi langganan tetap para perajin batik di Kampung Kauman. Ada tamu langganan dari Jepang, Korea, Eropa, Asia Tenggara, dan Amerika Serikat.
Hal nan sangat menarik minat para tamu ialah bahwa mereka juga dapat ikut dalam proses pembuatan batik tersebut. Mereka boleh melihat prosesnya, bahkan jika ingin ikut mempraktikkan pembuatan batik pun diperkenankan. Di Kampung Kauman ini juga dilingkupi situs-situs rumah dan bangunan bersejarah, seperti rumah joglo, limasan, dan perpaduan antara joglo dan limasan.
Di sekitar Kampung Kauman juga disediakan fasilitas-fasilitas bagi tamu nan berkunjung. Ada hotel, penginapan, dan segala macam fasilitas-fasilitas pendukung nan memang dipersiapkan buat memberi kemudahan bagi setiap pengunjung nan hadir di lokasi tersebut.
Batik - Seni Bernilai Tinggi
Perkembangan batik di Solo memang sangat bagus. Batik sendiri ialah sebuah karya seni nan mempunyai nilai historis panjang dan bernilai tinggi.Warisan budaya nusantara ini telah mendapat pengakuan PBB, dalam hal ini ialah UNESCO. Dari sisi teknik, teknologi, dan pengembangan motif, UNESCO telah menetapkannya sebagai Warisan Humanisme buat Budaya Lisan dan Non-Bendawi atau Masterpieces of The Berkaitan dengan mulut and Intangible Heritage of Humanity, sejak tanggal 2 bulan Oktober 2009.
Perjalanan aku ke Kota Solo ialah perjalanan romantisme masa lalu nan sangat mengesankan. Saya seakan diajak buat menelusuri jejak-jejak kebesaran bangsa ini di masa lalu, hingga ke masa kini. Kota Solo memang luar biasa eksotis. Saya sangat yakin, setiap loka di Indonesia mempunyai eksotisme nan luar biasa.
Bangsa nan besar ialah bangsa nan dapat menjunjung tinggi perjuangan para pendahulunya. Bangsa nan mampu memelihara keagungan sejarah masa lampau, merawat, memelihara, dan hal nan lebih hebat ialah jika mampu buat mengembangkannya menjadi lebih besar lagi ke seluruh dunia. Ini dibutuhkan pemahaman bersama, pencerahan dunia nan terus berkesinambungan buat memperjuangkan hal ini.
Kota Solo sebagai 'The Spirit of Java' telah menemukan jantung kebudayaannya nan terus berdetak, membawa kehidupan bagi masyarakat di kota itu sendiri. Hal ini menjadi satu pemicu pencerahan tersendiri bagi setiap kota di Indonesia, buat dapat menemukan jati dirinya, mengeksplorasi, dan mengembangkannya lebih lanjut. Kolaborasi di antara berbagai pihak sangat dibutuhkan.
Kerja sama dari sisi pemerintah, swasta, dan masyarakat ialah satu keharusan. Ibarat merawat tanaman, setiap perkembangan membutuhkan pupuk, air dan teknologi perawatan nan tepat. Setelah produk tersebut panen, masih dibutuhkan pemasaran dan distribusi nan tepat agar dapat menjangkau sasaran pasar nan diharapkan. Ini kerja besar. Perkembangan batik di Solo telah mampu menjadi teladan, tinggal bagaimana buat mempertahankan dan terus meningkatkannya. Kita dapat belajar dari Kota Solo. Selamat berkarya kawan-kawan, Indonesia membutuhkan orang-orang hebat seperti Anda.