Berbagai Teknik Meleading Pertanyaan bagi Jurnalis
Ketika melakukan wawancara buat warta di media massa ada beberapa teknik wawancara jurnalistik nan harus Anda ingat. Seorang reporter nan baik harus menjaga pembicaraan agar tetap mengalir dan mengijinkan narasumber buat tetap menjawab tanpa ada interupsi. Membuat pertanyaan nan tepat dan mengarahkan pembicaraan dengan baik akan menghasilkan wawancara nan sukses. berikut teknik-teknik wawancara.
1. Jelaskan tujuan wawancara
Mulai wawancara dengan menyampaikan mengapa wawancara perlu dilakukan. Jelaskan mengapa dia dipilih dan krusial sebagai narasumber pada masalah nan hendak diangkat. Ingat, menjelaskan masalah ini krusial bagi berita.
Jangan sampai narasumber tak tahu bahwa ia sedang diwawancara dan hasilnya akan dipublikasikan. Jangan lupa sampaikan pula kepada narasumber mengenai kapan hasil wawancara akan dipublikasikan di media massa.
2. Dapatkan fakta-fakta dasar terlebih dahulu
Tanyakan penulisan nama, gelar atau kalau pekerjaannya. Jangan pernah mengasumsikan bagaimana penulisan namanya. Ingat masih ada orang nan menggunakan ejaan lama buat penulisan namanya. Mintalah kartu nama jika ia punya. Biasanya data-data dasar tersebut ada di kartu nama. Kartu nama juga krusial buat kontak selanjutnya.
3. Mulai dengan pertanyaan nan paling krusial terlebih dahulu
Untuk jaga-jaga jika wawancara terputus, mulailah dengan pertanyaan penting. Penuhi terlebih dahulu siapa , apa , kapan , di mana , mengapa dan bagaimana kejadiannya. Ini juga akan menjadi dasar buat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
Sebagai contoh, jika tahu narasumber sudah menikah, Anda dapat menggunakannya nanti buat mengetahui bagaimana mereka bertemu. Untuk jenis tulisan feature tentu cukup menarik buat memasukkan kehidupan keluarganya ke dalam tulisan.
4. Gunakan pertanyaan nan terbuka
Pertanyaan terbuka maksudnya ialah pertanyaan nan tak menghasilkan jawaban ya dan tidak . Setelah dijawab, lanjutkan dengan pertanyaan mengapa , buat mendapatkan rincian atau perspektif lain dari masalah tersebut. Lakukan riset tentang narasumber terlebih dahalu sebelum melakukan wawancara. Wawancara juga berfungsi buat memverifikasi apa nan Anda dapatkan dari riset. Jangan berasumsi hasil riset Anda itu sahih sebelum mengonfirmasikannya kepada nan bersangkutan.
5. Tanyakan bila ada nan terlewat
Tanyakan kepada narasumber Anda jika narasumber memiliki pertanyaan. Tanyakan juga bila ada sesuatu nan Anda lewatkan padahal krusial bagi pembaca. Hal ini biasanya membuka sesuatu nan tak terduga buat perkembangan selanjutnya nan terkadang narasumber ragu buat menceritakannya.
Catatan
Rekam dan dan untuk catatan selama wawancara. Jaga catatan tersebut selama beberapa minggu setelah terbit di koran. Jika ada pertanyaan mengenai artikel tersebut, Anda akan bisa memperlihatkan catatan sebagai jawaban.
Mencoba Teknik Memimpin Pertanyaan
Memimpin pertanyaan ialah pertanyaan nan dibingkai dalam cara nan membangkitkan respon eksklusif dari individu nan dipertanyakan. Isu tentang pertanyaan tersebut bisa muncul dalam wawancara jurnalistik, ruang pengadilan, dan survei.
Adapun dalam beberapa kasus, penggunaan pertanyaan tersebut dipandang sebagai pelanggaran etika dan profesionalisme. Memimpin pertanyaan juga bisa digunakan dalam pengaturan lebih santai, seperti percakapan antara teman-teman, kerabat, atau rekan kerja.
Ketika pertanyaan memimpin, penanya menggunakan bahasa nan menunjukkan jawaban tertentu. Misalnya, alih-alih meminta saksi pada berdiri "di mana Anda berada pada malam 20 Desember 1967," si penanya akan mengatakan "Anda sedang berkendara ke Monas pada malam 20 Desember 1967, sahih apa tidak?" Disparitas antara kedua contoh ini cukup jelas. Pertanyaan pertama ialah terbuka berakhir, sedangkan nan kedua ditutup, hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak.
Pertanyaan terkemuka Banyak dibingkai sebagai ya atau tak pertanyaan, dengan subjek pertanyaan dasarnya sedang melatih menjadi jawaban nan spesifik. Orang lain mungkin akan terbuka berakhir, tapi dibingkai dalam cara nan mengandung informasi nan penanya ingin memperoleh. Ya atau tak pertanyaan tak selalu terkemuka, tetapi mereka sering, sehingga mereka harus dibangun dengan hati-hati.
Dalam ruang sidang, penggunaan jenis pertanyaan ialah disukai, sebab orang-orang percaya bahwa mereka berkompromi saksi dan berpotensi mencemari bukti bahwa ia menyediakan. Pertanyaan seperti itu biasanya hanya diperbolehkan dalam situasi nan sangat spesifik, seperti menyediakan membangun informasi biografis dari saksi ketika ia pertama kali tiba di mimbar.
Dalam survei, pertanyaan terkemuka dapat sangat berbahaya, sebab mereka bisa dirumuskan dengan cara nan mengatrol hasil, dan sama berlaku nya buat pertanyaan nan digunakan dalam wawancara media.
Beberapa pertanyaan terkemuka dapat jatuh dalam penilaian, nan berarti bahwa penanya membuat anggapan dalam proses mengajukan pertanyaan. Lainnya menggunakan implikasi, dan beberapa koersif, nan dirancang buat sangat menyarankan jawaban disukai.
Mereka juga bisa membuat link palsu dalam pikiran saksi, dan beberapa studi psikologis telah menunjukkan bahwa menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini benar-benar bisa menyebabkan implantasi kenangan palsu.
Belajar buat merumuskan pertanyaan bisa memakan waktu. Orang-orang nan mengajukan pertanyaan buat hayati sering menerima pelatihan spesifik dalam cara meminta mereka, membuat orang-orang seperti wartawan, psikolog, polisi, dan pengacara terutama terampil mengajukan dan memimpin pertanyaan dengan baik.
Sebagai anggaran umum, sebaiknya ditanyakan dengan cara nan mengundang seseorang buat membuat respon tanpa dipengaruhi oleh sikap si penanya. Misalnya, orang tua berbicara dengan seorang remaja nan keluar tadi malam dapat mengatakan "dari mana saja kau tadi malam," bukannya "Kamu berada di pesta tadi malam, ya?"
Berbagai Teknik Meleading Pertanyaan bagi Jurnalis
Memimpin pertanyaan, atau pertanyaan di mana jawaban nan diinginkan tertanam dalam kata-kata, dapat datang dalam berbagai bentuk. Penanya bisa membuat asumsi, menyiratkan sesuatu, membuat link, atau menggunakan pertanyaan multi-bagian membingungkan subjek.
Dalam hukum misalnya, hanya diperbolehkan buat menggunakan pertanyaan terkemuka dalam keadaan nan sangat ketat buat menghindari kecacatan bukti atau kesaksian. Di luar hukum, pertanyaan-pertanyaan semacam itu generik di jurnalisme, dan bisa membantu buat belajar bagaimana mengidentifikasi kabar burung.
Dalam contoh klasik dari sebuah pertanyaan terkemuka, seorang pengacara dapat mengatakan, "Pada malam ke-19, Anda melihat George membuang tubuh, kan?" Ini pertanyaan memimpin mengarah pada ya atau tidak, sebab mengasumsikan si subjek pertanyaan melakukan apa nan dapat jadi dilakukannya.
Dalam inspeksi langsung di pengadilan, pertanyaan ini akan memancing keberatan, dan pengacara akan perlu buat ulang kata-kata, bertanya "Apa nan Anda lihat pada malam tanggal 19?" Atau "Di mana Anda pada tanggal 19?" Pengacara nan diizinkan buat mengajukan pertanyaan terkemuka saat menangani saksi bermusuhan atau inspeksi silang.
Selain asumsi, memimpin pertanyaan bisa mengambil bentuk laporan terkait seperti "Apa pendapat Anda tentang John Cross, si pembunuh?" Atau meminta kesepakatan, di mana pertanyaan membutuhkan responden setuju dengan itu.
Pertanyaan Memimpin juga bisa membuat pilihan paksa, di mana pilihan tak cocok namun saksi merasa berkewajiban buat memilih salah satu. Pertanyaan Tag lain ialah jenis pertanyaan terkemuka, di mana pertanyaan termasuk direktif menyiratkan respon nan diinginkan eksklusif ditandai ke akhir.
Pengacara mungkin mengatakan "Itu bukan bagaimana Anda akan melakukan inspeksi fisik, ke dokter, bukan?" pertanyaan memimpin juga bisa memaksa secara natural, memaksa responden buat memberikan jawaban nan mungkin tak cocok.
Pertanyaan Multi-bagian primer ialah strategi umum. Ini dapat membingungkan saksi, dan mereka bisa mengatur situasi di mana saksi mengalami kesulitan menjawab pertanyaan secara akurat. Saksi mungkin ingin mengatakan "ya" buat beberapa pertanyaan dan "tidak" buat beristirahat, dan tak mampu mengartikulasikan ini dengan jelas.
Teknik ini generik dalam jurnalisme, dan ialah sesuatu nan orang harus diwaspadai ketika sedang diwawancarai oleh media, sebab mudah dituntun ke dalam membuat pernyataan nan tak akurat.
Loaded terminologi juga dapat menjadi strategi interogasi dalam teknik wawancara jurnalistik. Pengacara di pengadilan misalnya bisa menggunakan istilah istilah nan menciptakan gangguan sebagai subyek upaya buat meluruskan terminologi, atau dipaksa buat merespon menggunakan ungkapan nan sama, nan merugikan diri sendiri.
Memimpin pertanyaan lainnya bisa meminta spekulasi tentang apa nan orang lain pikir atau katakan. Hal ini tak diizinkan dalam bukti sebab mengkonfirmasi desas-desus.
Selamat berburu Jurnalis!