Pertanian di Ponorogo

Pertanian di Ponorogo

Ponorogo merupakan sebuah loka nan ada di Provinsi Jawa Timur. Motto kota ini ialah REOG ( Resik Endah Omber Girang Gemirang) . Ponorogo berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan Madiun di utara, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek di timur. Di bagian barat, Ponorogo berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri.



Wilayah dan Penduduk di Ponorogo

Ponogoro ialah ibukota Kabupaten Ponogoro dan terdiri atas 21 kecamatan dan 305 desa. Berdasarkan sensus penduduk 2003, jumlah penduduk di Ponorogo ialah 869.000 jiwa.



Bupati Ponorogo
  1. R. Soesanto Tirtoprodjo (1944-1945)
  2. R. Tjokrodiprodjo (1945-1949)
  3. R. Prajitno (1949-1951)
  4. R. Moehamad (1951-1955)
  5. R. Mahmoed (1955-1958)
  6. R. M. Harjogi (1958-1960)
  7. R. Dasoeki (1960-1967)
  8. R. Soejoso (1967-1968)
  9. R. Soedono Soekirdjo (1968-1974)
  10. H. Soemadi (1974-1984)
  11. Drs. Soebarkah Poetro Hadiwirjo (1984-1989)
  12. Drs. R. Gatot Soemani (1989-1994)
  13. DR. H.M. Markum Singodimedjo (1994-2004)
  14. H. Muryanto, SH, MM (2004-2005)
  15. H. Muhadi Suyono, SH, Msi (2005-2010)
  16. H. Amin, SH (2010-Sekarang)


Pertanian di Ponorogo

Kota Ponorogo ialah kota nan letaknya strategis dan potensi pertaniannya bagus. Ponorogo berada di daratan rendah dan sebagian lagi di dataran tinggi sehingga banyak terdapat hasil pertanian seperti padi, tembakau, ubi kayu, jagung, kacang kedelai, kacang tanah, dan tebu.



Pendidikan di Ponorogo

Salah satu institusi pendidikan Islam terkemuka di Indonesia, yaitu pesantren modern Gontor terdapat di Ponorogo. Alumni-alumni Gontor banyak nan menjadi tokoh nasional, di antaranya Hidayat Nurwahid, Hasyim Muzadi, dan Nurcholis Madjid. Selain itu, ada pondok pesantren lain, seperti Pondok Pesantren Al-Islam Joresan, Arrisalah, Darul Huda, Darun-Najaa, dan Al-Mawadah.

Perguruan Tinggi di Ponorogo
  1. Universitas Muhammadiyah
  2. Universitas Merdeka
  3. STAIN
  4. INSURI
  5. ISID (Institut Studi Islam Darussalam)
  6. AKPER PEMKAB Ponorogo
  7. Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (IAIRM)
    Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo


Pondok Pesantren di Ponorogo
  1. Pondok Modern Darussalam Gontor
  2. Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
  3. Pondok Pesantren Al-Islam Joresan
  4. Pondok Modern Arrisalah Slahung
  5. Pondok Pesantren Darul Huda Mayak
  6. Pondok Pesantren Al-Iman Sumoroto
  7. Pondok Pesantren Darun Najah
  8. Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper

Ponorogo - Pondok Modern Darussalam Gontor

Gontor atau Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) terletak di Ponorogo, Jawa Timur. Gontor merupakan sebuah pesantren nan mengombinasikan pesantren dan metode klasik berkurikulum seperti sekolah.

Sejarah

Pesantren Gontor berdiri pada 10 April 1926 di Ponorogo dan didirikan oleh tiga bersaudara putra Kyai Santoso Anom Besari. Mereka bertiga ialah KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Zarkasy (dikenal dengan istilah Trimurti).

Saat itu, santri-santri pesantren dianggap pintar soal agama tetapi tak mengerti pengetahuan umum. Kemudian, Trimurti mendirikan Gontor dan menerapkan format baru dengan mempertahankan sebagian tradisi pesantren salaf. Selain itu, metode pelajaran diubah, dari sistem watonan (massal) dan sorogan (individu) diubah menjadi sistem klasik seperti di sekolah umum.

Kulliyatul-Mu'allimin al-Islamiyah (KMI)

KMI merupakan jenjang pendidikan menengah di Gontor nan sama dengan SMP dan SMA dan masa belajarnya empat sampai enam tahun.

Jam Belajar

Jam belajar di pesantren ini dimulai setelah salat subuh sampai pukul sepuluh malam nan dibagi menjadi dua bagian:

  1. Pendidikan formal dimulai dari pagi sampai siang hari.
  2. Pengasuhan dimulai pukul satu siang sampai malam.

Kurikulum dan Pelajaran

Kurikulum KMI nan bersifat akademis dibagi dalam beberapa bidang pelajaran, yakni:

  1. Bahasa Arab
  2. Dirasah Islamiyah
  3. Ilmu keguruan dan psikologi pendidikan
  4. Bahasa Inggris
  5. Ilmu Pasti
  6. Ilmu Pengetahuan Alam
  7. Ilmu Pengetahuan Sosial
  8. Keindonesiaan/Kewarganegaraan.

Alumni

  1. M. Hidayat Nur Wahid (mantan Ketua MPR RI)
  2. Muhammad Maftuh Basyuni (mantan Menteri Agama)
  3. Din Syamsuddin (Ketua Generik PP Muhammadiyah)
  4. KH Hasyim Muzadi (Ketua Generik PB Nahdhatul Ulama)
  5. Emha Ainun Nadjib (budayawan)
  6. Abu Bakar Baasyir (pimpinan Pondok Pesantren Ngruki, Solo)
  7. Nurcholis Madjid (cendekiawan muslim)
  8. Ahmad Fuadi (novelis)
  9. AS. Panji Gumilang (pimpinan Pesantren Modern Al-Zaytun)


Pariwisata di Ponorogo

1. Reog Ponorogo

"Kota Reog" ialah julukan Kota Ponorogo sebab daerah ini merupakan loka asal kesenian reog. Sosok warok dan gemblak menghiasi gerbang Kota Ponorogo. Kedua sosok ini merupakan sosok nan tampil saat reog dipertunjukkan. Reog ialah budaya daerah di Indonesia nan masih kental dengan hal berbau mistik.

Reog biasanya dipentaskan saat acara pernikahan, khitanan, dan hari besar nasional. Di dalam kesenian ini, terdapat beberapa rangkaian tarian pembuka. Setelah tarian pembuka (dua samai tiga rangkaian tari), barulah ditampilkan adegan inti seni reog.

2. Grebeg Suro

Acara ini diselenggarakan setiap tanggal 1 Muharam Suro nan merupakan hari lahir Kota Ponorogo. Sehari sebelum tanggal 1 Muharram, diadakan Kirab Pusaka nan diarak dari Makam Batoro Katong (pendiri Ponorogo) sampai ke Pendopo Kabupaten. Keesokan harinya, diadakan acara Larung Doa di Telaga Ngebel.

3. Telaga Ngebel

Telaga ini menyuguhkan fanorama nan menakjubkan sebab masih alami dan belum terjamah. Danau ini dikelilingi oleh Gunung Wilis. Telaga Ngebel ialah objek wisata potensial jika dikembangkan secara matang dan terpadu.

4. Obyek Wisata Religius di Ponorogo

Ada dua jenis obyek wisata religius di Ponorogo, yakni obyek wisata ziarah dan obyek wisata agama. Obyek wisata ziarah di Ponorogo yaitu Makan Bathara Katong di desa Setono, Kecamatan Jenangan dan Makan Gondoloyo di desa Tanjung Sari, Kecamatan Jenangan.

Obyek wisata agama di Ponogoro yaitu Mata Air Sendang Waluyo Jati, loka ibadah penganut Katolik. Di sini terdapat sebuah Patung Maria. Obyek wisata lainnya ialah Masjid Tegalsari nan didirikan pada abad ke-17 oleh Kyai Ageng Hasan Besari. Masjid ini memiliki arsitektur Jawa dengan 36 tiang dan di dalamnya tersimpan kitab nan berumur 400 tahun ditulis oleh Ronggo Warsito.



Makanan Khas di Ponorogo

Ponorogo memiliki banyak makanan khas, salah satunya sate Ponorogo nan tentunya berbeda dengan sate Madura. Disparitas sate Ponorogo dengan sate Madura ialah cara memotong dagingnya, yaitu dagingnya disayat tipis panjang mirip fillet, tak dipotong seperti dadu.

Dengan cara ini, dagingnya akan terasa lebih empuk dan lemak pada dagingnya juga bisa disisihkan. Disparitas lainnya yaitu sate Ponorogo diproses melalui perendaman bumbu atau dibacem sehingga bumbu meresap ke dalam daging.

Selain sate, makanan khas lain Ponorogo ialah pecel Ponorogo nan juga berbeda dengan pecel-pecel daerah lain. Perbedaannya terletak pada bumbu kacangnya nan kental, pedas, dan memiliki unsur rasa khas dengan aroma nan kuat. Selain itu, sayurannya juga lengkap dan taugenya tak berasal dari kacang hijau, namun dari kedelai. Pecel khas Ponorogo ini pun dilengkapi dengan rempeyek atau tempe goreng.

Penyajian pecel Ponorogo ini juga berbeda dengan penyajian pecel lainnya sebab disajikan dengan nasi, sayur, dan disiram sambal. Setelah itu, ditambahkan lagi sayur dan sambal, lalapan, serta tempe goreng atau rempeyek.

Selain makanan, Ponorogo memiliki munuman khas, seperti dawet Jabung nan menyerupai es cendol. Minuman ini berisi cendol nan bebas bahan pewarna sehingga warnanya alami dan disajikan memakai mangkuk kecil. Dawet Jabung juga berisi tape ketan hitam. Minuman khas Ponorogo ini disebut dawet Jabung sebab berasal dari daerah Jabung, salah satu desa di Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo.

Itulah sekilas profil Kota Ponorogo. Semoga Bermanfaat!