Karier Militer Jenderal Suharto

Karier Militer Jenderal Suharto

Sepuluh tahun pertama kehidupan Jenderal Suharto masih penuh gejolak pengaruh lika-liku kehidupan kedua orangtua dan keluarganya. Jenderal Suharto harus memahami bahwa ibunya menikah lagi dan beliau mempunyai saudara tiri.

Sepuluh tahun kedua dalam kehidupannya, Jenderal Suharto sudah mempunyai kehidupan sendiri nan ditempa oleh perjuangan melawan penjajah. Kepemimpinannya mulai tampak. Kemampuan menyusun taktik perang semakin terasah.

Sepuluh tahun ketiga dalam kehidupannya, selain sudah memiliki keluarga sendiri, Jenderal Suharto mulai membangun mimpi dan karir masa depannya. Kedekatannya dengan Jenderal Sudirman dan Hamangkubuwono ke IX, membuatnya semakin disegani baik oleh anak buah maupun Belanda.

Sepuluh tahun ke empat dalam perjalanan hidupnya, Jenderal Suharto sudah semakin jelas melihat arah karir, masa depan diri, dan keluarganya. Kehidupan sederhana sebagai seorang tentara masih terus dipertahankannya. Apalagi budaya Jawa nan masih sangat teguh dipegangnya mau tidak mau tercermin dalam kesahajaan dalam diri Jenderal Suharto nan berwajah cakep dan murah senyum.

Sepuluh tahun ke lima dalam kehidupannya, Jenderal Suharto masih memikirkan kesejahteraan rakyat Indonesia dengan sangat serius terutama semua hal nan berbau petani dan pertanian pada umumnya.



Manuver Politik Jenderal Suharto

Berbagai manuver politik dalam dan luar negeri serta program jangka pendek dan jangka panjang pembangunan disusun sedemikian rupa sehingga Indonesia dapat berswasembada pangan dan pendidikan dasar diselenggarakan di seluruh Indonesia melalui sekolah dasar-sekolah dasar negeri Inpres.

Persatuan Indonesia benar-benar berusaha dipertahankan oleh Jenderal Suharto. Lima sila Pancasila didoktrinkan sedemikian rupa kepada anak-anak Indonesia sehingga rasa kebangsaan dan nasionalisme terlihat jelas. Pengertian Bhinneka Tunggal Ika diajarkan secara terus-menerus.

Kestabilan keamanan dan pertahanan nasional ini memang harus diciptakan buat memberikan rasa kondusif kepada para investor luar negeri. Demi keberhasilan stabilitas keamanan ini, Jenderal Suharto mengambil kebijakan nan terasa tak adil bagi beberapa masyarakat di beberapa daerah, seperti, Aceh dan Papua (dulu Irian Jaya).

Pemberlakuan sebagai daerah DOM, membuat banyak rakyat tidak berdosa menjadi korban. Jenderal Suharto juga tegas dan kadang ekstrem bila sudah menyangkut rasa kondusif ini. Petrus (penembak misterius) ialah salah satu cara Jenderal Suharto memberantas para partikelir nan sudah sangat meresahkan masyarakat Indonesia.

Jenderal Suharto juga terkenal berani dan tak ingin Bangsa Indonesia diinjak-injak di luar negeri. Indonesia keluar dari IGGI (negara-negara nan memberi hutang ke Indonesia) hanya sebab Belanda dianggap oleh Suharto terlalu belagu dan menyinggung harkat dan prestise bangsa.

Saat akan mengadakan kunjungan kenegaraan ke Belanda, RMS berulah. Tapi Jenderal Suharto tetap pergi. Suharto tak takut gertakan RMS. Bersama Jenderal Suharto, Indonesia benar-benar disegani. ASEAN menjadi salah satu indikator betapa pemimpin negara lain begitu menghargai dan menghormati Suharto.

Kekuasaannya sebagai seorang presiden benar-benar dimanfaatkan oleh Jenderal Suharto buat membangun Indonesia nan sangat dicintainya. Kelembutan nan tampak di luar, seringkali menipu orang lain. Jenderal Suharto sangat tegas dan sangat melindungi anak buahnya.

Buktinya, hingga kini pun semua kesalahan nan terjadi selama 32 tahun kepemimpinannya, semua berada di pundaknya. Itulah Jenderal Suharto. Laki-laki kuat nan tidak kuasa melawan kesedihannya ketika istri tercinta meninggalkannya buat selamanya. Banyak cerita nan terasa tidak masuk akal di sekitar kehidupan Suharto.

Sepuluh tahun keenam dalam kehidupannya, masyarakat Indonesia semakin mengagumi Jenderal Suharto walaupun sudah ada sebagian rakyat Indonesia nan berani mengkritiknya. Sepuluh tahun ketujuh dalam kehidupannya, Jenderal Suharto tampak semakin tua dan semakin tertatih menghadapi rakyat Indonesia nan semakin terdidik dan berpikiran modern.

Mungkin ini ialah buah dari program pendidikan nan telah dicanangkan oleh dirinya. Akhirnya, Jenderal Suharto tidak menghabiskan sepuluh tahun ketujuh dalam kehidupannya sebagai seorang presiden.

Sepuluh tahun ke delapan dalam kehidupannya, Jenderal Suharto lebih banyak berdiam diri dan berusaha memahami makna kesendiriannya tanpa istri tercinta. Hujatan dan rasa sakit fisik nan dialaminya semakin membuatnya lemah. Hingga akhirnya Jenderal Suharto menghadap Sang Pencipta.

Walau apapun nan telah dilakukan oleh Jenderal Suharto, sepertinya sebagian rakyat Indonesia tetap merasa berat buat memberikan gelar kepahlawanan kepadanya. Rasanya Jenderal Suharto juga tak peduli lagi dengan hal tersebut. Dia sudah sibuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di global ini di hadapan Sang Khalik (semoga beliau diampuni. Amin).

Yang niscaya adalah, Jenderal Suharto telah membuat semua rakyat Indonesia belajar banyak hal, baik nan lurus maupun nan bengkok. Tak mudah menghapus kegetiran dari kebijaksanaannya, tapi juga tidak mudah menolak menghargai kebaikan nan pernah beliau berikan buat bangsanya.



Jenderal Suharto Tutup Usia

Jenderal Suharto meninggal pada tanggal 27 Januari 2008. Ketika itu, jenazah Jendral Suharto diberangkatkan dari Rumah Sakit Pertamina ke rumah duka di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulan nan membawa jenazah Jenderal Suharto diikuti oleh kendaraan-kendaraan kerabat, keluarga, dan para pengawal. Para wartawan pun mendekati kediaman Jendral Suharto saat rombongan nan membawa jenazah Pak Harto tiba di rumah duka.

Presiden SBY saat itu menyampaikan belasungkawa nan mendalam atas kepergian mantan Soeharto. Minggu Sore, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, menuju ke Cendana buat melayat.

Pada hari Senin, 28 Januari 2008, jenazah Jenderal Suharto dibawa menuju Bandara Halim Perdana Kusuma dari Cendana pukul tujuh pagi. Dari bandara ini, jenazah lalu diterbangkan ke Solo dan setibanya si sana, jenazah dimakamkan di Astana Giri Bangun, Solo pada pukul 12.15 WIB. Pemakaman ini dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.



Karier Militer Jenderal Suharto

Jenderal Soeharto muda diterima sebagai seorang siswa disekolah militer di Gombong, Jawa Tengah pada tanggal 1 Juni 1940. sesudah enam bulan mengikuti latihan dasar, Jenderal Suharto muda sukses tamat sekolah militer sebagai lulusan terbaik dengan menerima pangkat kopral. Jenderal Suharto muda terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong dan resmi menjadi anggota TNI pada tanggal 5 Oktober 1945.

Ketika Perang Global II berlangsung pada 1942, Jenderal Suharo waktu itu bergabung dengan pasukan kolonial Belanda, KNIL. Jenderal Suharto muda dikirim ke Bandung sebagai tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu. Setelah pangkatnya menjadi sersan tentara KNIL, Suharto lalu menjadi hulubalang peleton, hulubalang kompi PETA, hulubalang resimen dengan pangkat mayor, dan hulubalang batalyon dengan pangkat letnan kolonel.

Pada tanggal 1 Maret 1949, Jenderal Suharto saat itu ikut dalam agresi generik nan berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam. Tindakan ini diambil berdasarkan saran dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman nan menyuruh Brigade X pimpinan Jenderal Suharto (saat itu masih berpangkat Letkol) secepatnya melakukan agresi umum. Agresi generik ini buat menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam dan sebagai bukti bahwa Republik Indonesia masih ada.

Pada tanggal 2 Januari 1962, Brigadir Jenderal Suharto menjabat Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Mayor Jenderal Suharto kemudian diangkat menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat dan membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) beserta ormas-ormasnya.

Itulah kisah perjalanan Jenderal Suharto. Semoga bermanfaat!