Peduli dari Pemerintah Jogjakarta

Peduli dari Pemerintah Jogjakarta

Jogjakarta itu gudangnya seniman. Mulai dari artis tari nan cukup terkenal seperti Didi Nini Thowok, artis ketoprak, artis lukis, artis wayang hingga artis musik baik musik tradisional maupun musik pop.

Para artis Jogjakarta mempunyai majemuk komunitas. Ada komunitas jazz, ada komunitas musik lainnya. Orang Jogjakarta memang merasa nyaman bila dapat berkumpul dengan banyak orang. Apalagi berkumpul dengan orang-orang nan satu ide.



Inspirasi Tak Terputus dari Jogjakarta

Kesederhanaan hayati mereka berbeda jauh dengan karya mereka nan begitu spektakuler. Dapat dikatakan bahwa Jogjakarta tak pernah berhenti melahirkan begitu banyak artis nan ikut juga mewarnai derap langkah perkembangan seni di Indonesia. Jogjakarta itu memang sebuah kota pelajar nan terus belajar menyelami kehidupan dan penghidupan.

Tidak sedikit artis nan begitu terkesan selama belajar di kota gudeg ini. Jogjakarta selalu mampu menorehkan guratan ide nan tidak terputus. Setiap sudut kota nan semakin berkembang ini ialah inspirasi. Siapa nan tak mengenal Jogjakarta dengan Tugu Putih-nya? Siapa nan tidak ingin makan di loka lesehan? Siapa nan tidak ingin melihat kehidupan malam Jogjakarta di sekitar alun-alun Selatan? Siapa nan tidak ingin menikmati sate klatak nan lezat?

Bayangkan hanya dengan baluran garam, sate nan dipanggang dengan besi itu mampu menarik minat begitu banyak artis buat melewatkan malam menikmati kekhasan Jogjakarta.

Memang bukan gaya hayati nan sehat dengan makan daging di waktu malam. Tapi itulah kenyataan kenikmatan masakan nan coba dilahap oleh para artis Jogjakarta. Lewatkan malam sambil berbagi kisah hayati ternyata dapat memberikan penyegaran ide kepada banyak otak-otak kreatif nan tidak henti berkarya.

Kehidupan kurang sehat ini berdampak kepada kesehatan para artis Jogjakarta di hari tua mereka. Banyak di antaranya nan tidak mampu mengobati penyakitnya baik sebab ketiadaan dana maupun sebab penyakit nan sudah tidak terobati lagi.

Apa pun kisah di balik hiruk-pikuk kota nan tak terlalu besar tersebut, Jogjakarta tetap menjadi salah satu tujuan mendapatkan ide segar bagi satu karya seni. Para pembuat film Hollywood-pun sudah melirik Jogjakarta sebagai loka pembuatan film. Keunikan dan sumber daya manusia nan mendukung, membuat Jogjakarta siap menyambut para artis dunia.

Tidak hanya di bidang seni, di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya, Jogjakarta tetap dapat dikatakan sebagai gudang ilmu. Tidaklah salah kalau kota nan cukup nyaman ini tetap menjadi salah satu tujuan mengirimkan generasi penerus bangsa buat mengasah otak, hati, jiwa, raga mereka demi masa depan Indonesia nan lebih baik.



Alam Jogjakarta

Alam Jogjakarta nan begitu indah. Di sisi Utara, ada Gunung Merapi nan berdiri gagah dengan segala kebaikan dan kekurangbaikannya terhadap kehidupan masyarakat Jogjakarta. Di sisi Selatan, ada Parangtritis dengan segala rahasia dan cerita rakyatnya. Belum lagi Parakusumo dengan lapangan pasirnya nan begitu unik dan eksotik. Deretan perbukitan dengan gua-gua nan mengalir sungai di dalamnya, tentunya menambah estetika Jogjakarta.

Di sisi Timur ada Prambanan dengan candi nan menyimpan romansa tragis Roro Jongrang dan Bandung Bondowoso. Di sisi Barat ada deretan Bukit Manoreh nan membuat banyak artis terinspirasi. Gua Kiskendo dan hamparan perkebunan aneka ragam produk pertanian, benar-benar membuat Jogjakarta bagai buku inspirasi nan tak pernah habis dibaca.

Bila tinggal di daerah Sleman apalagi dekat dengan wilayah Kaliurang, udara pegunungan nan dingin dan sejuk akan selalu menjadi teman setia nan terkadang membuat tubuh tidak ingin keluar dari peraduan selimut hangat. Tapi kalau tinggal di Jogjakarta bagian selatan, hawa hangat itu berganti menjadi hawa panas pantai nan menyengat. Tapi herannya orang Gunung Kidul malah banyak nan berkulit putih bersih.

Alam Jogjakarta nan begitu majemuk dengan keadaan berbukit dan berlembah benar-benar membuat orang takjub. Dari ketakjuban itulah lahir karya seni nan dapat dinikmati oleh banyak orang. Bukti bahwa Jogjakarta ialah sumber ide ialah banyaknya penerbit buku dan penulis nan berasal dan tinggal di Jogjakarta. Walaupun mereka tak terlalu dikenal tapi karya mereka tak pernah putus.



Peduli dari Pemerintah Jogjakarta

Perkembangan seni nan begitu marak di Kota Jogjakarta tak lepas dari dukungan nan begitu besar dari warga dan pemerintahan Jogjakarta. Dapat dikatakan bahwa kecerdasan otak kiri dan kanan orang Jogjakarta itu begitu terasah dengan adanya pementasan seni dan perlombaan bidang pengetahuan nan tidak pernah habisnya.

Sebagai informasi bahwa Jogjakarta merupakan kota nan memiliki taraf asa hayati nan paling tinggi di Indonesia - 70 tahunan. Angka asa hayati nan tinggi ini membuat angka manula di Jogjakarta cukup tinggi. Demi memberdayakan manula tersebut maka dibuatlah berbagai ajang nan dapat membuat mereka tetap aktif secara mental dan fisik. Itulah ciptaan latif orang Jogyakarta dalam hal menghargai dan menghormati para penduduk seniornya.

Pemerintah Jogjakarta sangat peduli dengan para artis nan hayati di kota ini. Majemuk penghargaan dan perhatian lainnya sering diberikan kepada para artis asal Jogjakarta ini. Misalnya, adanya malam penghargaan Anugrah Budaya. Di antara artis nan pernah mendapatkan penghargaan ini ialah Djatuk Ferianto nan juga merupakan saudara dari Butet Kartaredjasa.

Di taraf nasional mungkin para artis Jogjakarta, di luar musik pop kurang dikenal. Misalnya, kalau anak muda Indonesia ditanya kenalkah dengan Djarkasi Hardjosudarmo? Mungkin saja jawabannya tak kenal. Coba tanya kenalkah dengan Sheila On 7? Jawabannya mungkin lebih banyak menyatakan kenal dengan grup band tersebut.

Tidak mengherankan kalau anak muda lebih mengenal Sheila On 7 dibandingkan Djarkasi Hardjosudarmo walaupun keduanya berasal dari Jogjakarta. Djarkasi Hardjosudarmo ialah artis karawitan nan cukup berbakat dan berprestasi. Hal ini ditunjukkan dengan penghargaan nan didapatnya dari pemerintahan Daerah Istimewa Jogjakarta pada tahun 2011 berupa Anugrah Budaya 2011.

Sheila On 7 lebih terkenal sebab mereka lebih sering tampil di televisi dan karya mereka lebih akrab di telinga para anak muda. Popularitas karawitan Jogjakarta nan masih kalah dari musik pop, membuat para artis karawitan tak terlalu dikenal oleh masyarakat nan tak akrab dengan jenis musik tradisional nan satu ini.

Selain Sheila On 7, ada juga seniman Jogjakarta lain, seperti Seventeen, Shaggy Dog nan bahkan sudah go international , Hudson dengan gaya uniknya, termasuk juga Soimah nan komedian dan penyanyi, dan masih banyak lagi.

Para musisi tersebut tetap tinggal di Jogjakarta nan dirasa lebih nyaman daripada Jakarta. Ibaratnya mereka ialah orang desa dengan rezeki orang kota. Dengan semakin terkenalnya para musisi tersebut semakin besarlah pundi-pundi dan guci-guci harta mereka. Kehadiran para artis kaya ini sedikit banyak mempengaruhi kehidupan sosial mereka.

Tapi orang Jogjakarta tak terlalu terkaget-kaget berteman dengan orang terkenal. Filosofi nan mengajarkan tak boleh terlalu tercengang-cengang dengan dengan global telah membuat mereka merasa sama saja dengan para selebritis tersebut. Selebritis Jogjakarta juga ternyata tetap hayati sederhana.

Cara orang Jogjakarta mendidik anaknya buat selalu menjadi seperti padi telah membuat para artis Jogjakarta mengartikan kepopuleran dan kekayaan mereka hanyalah sebuah titipan nan tak boleh diagung-agungkan secara berlebihan.