Kesimpulan Tentang Gaya Hayati Masyarakat Modern
Konklusi apa nan akan Anda tarik jka membicarakan tentang global pendidikan di tanah air? Sepertinya orang akan lebih banyak merasa miris ketimbang senang dengan kondisi pendidikan di Indonesia. Bukannya terjadi peningkatan, global pendidikan tampaknya dilanda penurunan kualitas nan mengkhawatirkan.
Bagaimana kita mengambil kesimpulan seperti itu? Perhatikan saja apa nan terjadi di sekitar kita, terutama nan menyangkut tentang anak didik. Warta nan lebih sering didengar ialah warta tawuran antar anak sekolah ketimbang prestasi nan membanggakan. Warta tentang anak sekolah nan satu menherang anak sekolah lain sungguh mendominasi paras global pendidikan saat ini. Dan sepertinya frekuensinya pun meningkat.
Begitu juga dengan para pendidiknya. Sebagai guru, tugas seorang pendidik ialah memberikan pendidikan nan baik bagi para muridnya. Namun nan terjadi kemudian, para pendidik ini memberi contoh nan tak baik.
Coba perhatikan, ada berapa banyak warta nan mengangkat masalah kekerasan nan dilakukan oleh guru kepada para muridnya? Mulai dari taraf SD hingga taraf SMA. Juga warta pelecehen nan dilakukan oleh para oknum guru. Hal ini tentu saja membuat miris masyarakat. Semua ini semakin memperkuat konklusi bahwa mutu pendidikan di Indonesia memang sedang mengalami krisis.
Lalu, masalah lain ialah penyelenggaraan ujian nasional nan menjadi momok menakutkan bagai para siswanya. Banyak siswa nan tak lulus ketika menghadapi ujian ini. Pada umumnya mereka mengalami stres taraf tinggi. Menghadapi ujian nasional, anak merasa takut dan cemas.
Guru dan orangtua sepertinya tak dapat menenangkan mereka, malah membuat situasi kian rumit sebab berbagai peringatan. Anak ditekan buat mampu memberikan nilai nan terbaik. Konklusi nan di bisa anak ialah bahwa jika tak lulus akan menghadapi konsekuensi berat. Seperti malu atau dicap bodoh.
Saking takutnya ada anak didik nan tak lulus, sekolah dan murid pun terpaksa "bekerja sama" buat memastikan mendapat nilai nan memenuhi baku kelulusan. Mengapa konklusi itu dapat diambil? Lihat saja berbagai warta di televisi, terutama pada penyelenggaraan ujian nasional setingkat SMA. Guru memberikan jawaban nan benar, atau murid saling mencontek saat ujian dan pengawas bertingkah pretensi tak melihat.
Kasus seperti ini bahkan pernah menjadi isu nasional ketika ada murid nan mengadukan hal ini. Bukannya berterima kasih, anak ini malah mendapat "hukuman" dari masyarakat. Seperti dikucilkan atau bahkan diusir dari loka tinggalnya. Begitulah, masyarakat menilai begitu pentingnya angka-angka di atas kertas. Sehingga mengabaikan apa nan pantas dan apa nan tidak.
Input dan output dalam global pendidikan pun tak seimbang. Konklusi ini kita petik sebab melihat mahalnya biaya pendidikan di negeri ini. Pada berbagai tayangan di sebuah stasiun televisi nan berbasis di Inggris, beasiswa buat pendidikan anak saat memasuki perguruan tinggi dapat tercukupi dalam jumlah antara 5.000 hingga 10.000 poundsterling.
Anda dapat mengalikan jumlahnya dengan kurs nan berlaku saat ini. Bagaimana dengan biaya pendidikan di tanah air? Untuk masuk ke sebuah universitas swasta, butuh dana puluhan juta. Belum lagi biaya buku dan biaya per semesternya. Mungkin 10.000 poundsterling pun tak akan mencukupi buat biaya pendidikan di SMA berstandar internasional!
Lalu, apakah biaya nan mahal ini berbanding lurus dengan mutu pendidikan nan didapat? Belum tentu. Contoh-contoh di atas bisa dijadikan kesimpulan. Juga fakta bahwa tingginya taraf anak putus sekolah di tanah air. Saat ini, buat masuk SD saja pun sudah membutuhkan biaya jutaan rupiah, terutama di Pulau Jawa. Itu hanya buat biaya masuk. Belum lagi biaya lain nan memang dibutuhkan.
Bagaimana dengan sekolah gratis? Pada kenyataannya, sekolah perdeo hanya menggratiskan biaya bulanan. Namun biasanya terjadi pembengkakan biaya di sektor lain. Jadi, tetap saja kita berpegang pada kesimpulan bahwa pendidikan di Indonesia ialah mahal.
Kesimpulan Tentang Global Politik di Indonesia
Orang selalu bilang bahwa global politik itu kotor. Dan bahwa tak ada nan menjadi mitra atau seteru abadi. Yang ada hanyalah kepentingan abadi. Konklusi itu ternyata sangat benar. lihat saja apa nan terjadi pada para politisi saat ini.
Para politisi nan merupakan wakil rakyat justru banyak menjadi pelaku tindak korupsi di tanah air. Entah di mana letak hati nurani mereka. Analoginya, mereka membalas air susu dengan air tuba. Kepercayaan nan didapat dari rakyat tak dimanfaatkan dengan baik. Mereka malah berkhianat kepada para pemilihnya. Konklusi itu sudah menjadi misteri umum.
Televisi selama berbulan-bulan hanya memberitakan tentang korupsi nan luar biasa ini. Jumlah nan membuat kepala menggeleng tidak habis pikir. Lalu tingkah para wakil rakyat nan saling berbagi jatah uang rakyat. Sungguh suatu kondisi nan menenaskan.
Kesimpulan lain nan dapat kita ambil bahwa terjadi penurunan kualitas para pemimpin di negeri ini. Tak hanya para politisi, para pemimpin pun ramai-ramai menjadi tersangka atas kasus korupsi. Dana nan seharusnya dialokasikan buat kepentingan rakyat malah sebagian besar masuk ke kantong pribadi.
Dunia politik di Indonesia pun tampak semakin tak sehat. Saling tuding dan menjatuhkan sudah biasa kita lihat di televisi. Seakan tak ada lagi sikap saling menghargai nan seharusnya mereka tunjukkan kepada publik. Konklusi ini tentu saja membuat miris rakyat kecil. Menyaksikan warta politik di tanah air, kadang membuat kia kehilangan harapan. Sepertinya tak ada lagi hal baik nan dapat diharapkan akan terjadi pada Indonesia.
Namun, apakah konklusi ini lantas membuat kita terikut arus buat melakukan hal-hal nan merugikan orang lain? Tentu saja tidak! Sebagai manusia, kita harus melakukan hal-hal nan sahih dan tak merugikan orang lain. Sekuat tenaga, usahakan buat meminimalisir kerugian nan dapat diterima orang lain dampak tindakan kita.
Konklusi Tentang Gaya Hayati Masyarakat Modern
Kesimpulan apa nan dapat kita ambil seputar gaya hayati masyarakat modern? Yang primer ialah menurunnya rasa malu secara drastis. Remaja saat ini tak sungkan lagi mempertontonkan kemesraan dengan versus jenis di depan umum. Juga mengenakan baju minim nan meperlihatkan estetika kulit mereka. "Gaya hayati orang barat sudah diadopsi menta-mentah. Melupakan akar kehidupan bangsa ini sebagai orang timur.
Anak-anak muda selalu menarik konklusi dengan cara nan kurang tepat. Mereka mengidentikkan gaya hayati bebas sebagai bagian dari modernisasi. Kalau tak bebas malah tak modern. Sungguh membuat miris melihatnya.
Apalagi para pesohor nan banyak dijadikan panutan oleh anak muda pun memberi contoh nan senada. Mengumumkan perselingkuhan dengan orang nan sudah menikah atau memasang foto nyaris telanjang, bukan lagi hal tabu.
Baru-baru ini sebuah kelompok musik dari luar negeri mengadakan suatu pertunjukan disisipi suatu adegan nan mengerikan. Betapa tidak? Selama pertunjukan berlangsung, ada personilnya nan sengaja bercinta di atas anjung dengan pasangannya! Hal itu ditonton oleh ribuan orang nan menjadi penonton acara konser itu.
Bayangkan saja, adegan nan harusnya menjadi sangat pribadi dan dilakukan di loka tertutup, malah diumbar di depan generik dan ditayangkan di seluruh dunia! Dan nan paling konyol dari semua itu ialah alasan dilakukannya adegan memalukan tersebut. Karena kecintaan mereka terhadap hutan hujan!
Siapa orangnya nan dengan sangat cerdas mengambil konklusi bahwa adegan ranjang di anjung sangat berhubungan dengan hutan hujan nan memang butuh diselamatkan?
Beberapa hal di atas membuat kita menarik kesimpulan krusial bahwa sangat krusial buat menanamkan pendidikan agama dan moral di dalam keluarga sejak dini. Karena keduanya nan akan menjadi bekal bagi anak buat menghadapi kehidupan nan serba keras nantinya.