Gladiator

Gladiator

Terkadang kita suka galat antara film Romawi dengan film Yunani, terutama sebab latar kerajaan nan mirip dan sama-sama menganut paganisme. Sebenarnya tak terlalu sulit membedakan kedua film tersebut, lihat saja dari nama dewa-dewanya. Jika Zeus merupakan raja dari segala dewa Yunani, maka di Romawi pemimpin dewanya ialah Jupiter.

Masih ingat film dan novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari? Dia menggunakan nama Neptunus sebagai dewa lautan. Yup, Neptunus ialah dewa bahari versi Romawi, sedangkan jika di Yunani nama dewa bahari ialah Poseidon.

Jadi film-film nan berisi kisah tentang perjuangan demigod atau manusia setengah dewa bisa kita bedakan sebagai film Romawi atau Yunani berdasarkan nama nan digunakan.

Seperti kisah Perseus dalam Clash of the Titans dan Wrath of The Titans nan masing-masing dirilis tahun 2010 dan 2012, sebab dia ialah anak dari Zeus, maka dia masuk dalam golongan film Yunani. Begitu pula kisah Theseus dalam film Immortal nan dirilis tahun 2011, sebab Theseus merupakan anak dari Poseidon, berarti dia ialah masuk dalam golongan film Yunani.

Selain berdasarkan nama dewa, pada film kolosal nan menggambarkan latar kerajaan Romawi atau Yunani masa silam, kita bisa bedakan film-film tersebut berdasarkan nama raja dan wilayahnya. Seperti film Troy nan dirilis tahun 2004 dan film 300 nan dirilis tahun 2006, itu jelas merupakan film Yunani.

Hal ini bisa dilihat bahwa pada film Troy , asal muasal penyebab peperangan banyak disebabkan oleh campur tangan para dewa dan dewi Yunani serta juga melibatkan raja Sparta yaitu Menelaus. Kisah raja Sparta lainnya tertuang dalam film 300 . Terlihat bagaimana para Spartan berjuangan melawan ribuan musuh hanya dengan total jumlah pasukan 300.

Lalu mana dong film Romawi? Tenang saja, masih ingat Julius Caesar? Seorang raja Romawi nan memperluas wilayah kekuasaannya bahkan hingga ke Mesir. Begitu banyak film mengenai Julius Caesar ini, bahkan judulnya pun menyandang nama sang raja besar ini.

Film lainnya ialah Gladiator , nan bercerita mengenai perjuangan Maxiums, seorang Jendral tentara Romawi nan menuntut balas dendam sebab pembunuhan atas keluarganya nan dilakukan oleh anak kaisar Roma. Yuk kita bahas lebih rinci lagi mengenai kedua film Romawi ini.



Julius Caesar

Sebenarnya ada begitu banyak versi film Julius Caesar, tetapi nan cukup populer ialah garapan pengarah adegan Stuart Burge di tahun 1970. Kisah ini pengacu pada naskah William Shakespeare nan diadaptasi oleh Robert Furnival.

Julius Caesar sendiri diperankan oleh John Gieldud. Aktor lain nan memainkan film ini di antaranya ialah Charlton Heston sebagai Marc Antony, Robert Vaughn sebagai Servilius Casca, Jason Robards sebagai Marcus Brutus, dan Richard Johnson sebagai Caius Cassius.

Seperti halnya dengan naskah drama William Shakespeare lain nan kebanyakan diakhiri dengan tragedi nan memilukan, begitu pula film Julius Caesar ini. Kejayaan dan kekuasaan di awal terpaksa harus diakhiri dengan pembunuhan atas dirinya, nan memang dikenal sebagai Ides of March atau tanggal 15 bulan Maret. Sebenarnya seorang peramal pun telah memperingatkan Caesar mengenai akan datangnya maut ini, dengan mengatakan “ Beware the Ides of March ”.

Film ini diawali dengan kisah Julius Caesar pada tahun 44 sebelum masehi nan menang bertempur melawan musuh besarnya, Pompey nan Agung. Kejayaan demi kejayaan diraih oleh Julius Caesar. Hal ini pun membuat senat iri dan berniat membunuh Julius Caesar dalam suatu konspirasi.

Mereka pun memasukkan sahabat Caesar, yaitu Marcus Brutus dalam kelompoknya. Para konspirator percaya bahwa Brutus bisa dengan mudah digoyahkan buat bergabung dengan mereka dengan meyakinkan dia bahwa Caesar merupakan ancaman bagi kebaikan Roma.

Cassius pun mulai menanamkan bibit keraguan pada Brutus dengan cara menceritakan citra betapa lemah dan rapuhnya Caesar. Apalagi Caesar juga menikah lagi dengan seorang putri Mesir, yaitu Cleopatra. Sehingga hal tersebut membuat Caesar menjadi semakin tidak jelas dalam memegang tampuk pemerintahan Roma.

Brutus merasa bahwa dia memiliki kewajiban moral buat melindungi Roma melawan kepemimpinan seperti itu. Dan setelah melakukan beberapa pertimbangan, maka Brutus memutuskan bahwa demi kebaikan Roma, Caesar harus dibunuh sebelum masalah cukup menyebar.

Para asisten Caesar telah mencoba buat meyakinkan Caesar bahwa ada persekongkolan buat membunuhnya. Tetapi Caesar menolak buat mendengarnya, dan percaya bahwa dia tak rapuh. Maka dia pun tetap menuju ke rumah senat. Padahal saat itu permaisuri utamanya pun nan semula masih ngambek atas pernikahan Caesar dengan Cleopatra juga memiliki firasat jelek dan memperingatkan Caesar juga.

Sesampai di rumah senat, para ‘teman-temannya’ di senat pun mengelilinginya dan menikamnya hingga mati. Brutus pun ikut melakukan tikaman terakhir. Ketika dia dikenali oleh temannya nan sekarat, Caesar seperti tidak percaya, dan bertanya “Dan kau juga Brutus?”.

Pada pemakaman Caesar, Brutus mengatakan pada warga bahwa Caesar dibunuh sebab ambisinya merupakan ancaman bagi hak mereka. Dan berdasarkan reaksi mereka nan menyetujui tindakan tersebut, maka Marc Antony pun memberikan sanjungan pada Caesar dan berusaha meyakinkan kerumunan buat berbalik melawan para konspirator.

Dia mengingatkan mereka bagiamana kebaikan-kebaikan Caesar dan mengatakan bahwa Caesar meninggalkan warisan nan cukup besar bagi masing-masing dari mereka. Para tentara dari konspirator pun harus keluar dari kota demi menyelamatkan diri dari amuk massa.

Antony pun menggabungkan diri dengan para pewaris Caesar, yaitu Octavius dan Aemilius Lepidus. Ketiga pria tersebut mendeklarasikan diri mereka sebagai Tiga Serangkai Kedua dari Roma dan mengajukan buat menggabungkan anggaran dalam kebangkitan rezim Caesar. Sesegera mungkin mereka mencoba buat mengeluarkan manuver masing-masing demi memperoleh kekuatan nan lebih besar.

Mereka pun mendeklarasikan perang sipil melawan Brutus, Cassius, dan para konspirator. Pada akhirnya pembunuhan Caesar pun terbalaskan dan ketertiban di Roma kembali pulih.



Gladiator

Film nan dirilis tahun 2000 ini bercerita mengenai jenderal tentara Roma nan dikhianati dan keluarganya dibunuh oleh anak kaisar nan korup. Maka Maximus sang Jenderal pun datang ke Roma sebagai gladiator buat membalaskan dendamnya.

Film ini disutradari oleh Ridley Scott. Film ini sukses menyabet lima penghargaan dalam ajang Academy Awards ke-74. Aktor utamanya, yaitu Russel Crowe nan berperan sebagai Jenderal Maximus sukses meraih piala sebagai aktor terbaik. Selain Oscar, film ini juga meraih empat penghargaan dari BAFTA Awards, dan dua piala dari Golden Globe Awards ke-58.

Film ini bercerita mengenai Jenderal Maximus nan sukses meraih kemenangan atas pertempurannya dengan suku Germanic di Vindobona. Berkat kemenangannya tersebut, maka Kaisar Roma, Marcus Aurelius pun menyerahkan tahta kekuasaan pada Maximus ketika sang Kaisar sedang sakit. Tentu saja anak Kaisar, Commodus tak terima dan membunuh ayahnya sendiri.

Selain membunuh ayahnya, Commodus pun membunuhi keluarga Maximus. Dia pun berkhianat pada Maximus demi mengambil alih tahta kekaisaran Roma kembali. Tentu saja Maximus tidak tinggal diam, kendati sempat dijadikan dijadikan budak dan harus menjadi manusia aduan di arena Gladiator.

Pada akhirnya Maximus pun memiliki kesempatan berduel langsung dengan Commodus di arena Gladiator, ketika Commodus secara pribadi mengumbar tantangannya di depan teriakan para penonton.[]