Kisah Nabi Sulaiman - Obrolan Antara Burung Hudhud dan Sulaiman
Keistimewaan Nabi Sulaiman
Allah Swt telah mengaruniai Dawud dan Sulaiman ilmu Syariat dan hukum-hukumnya. Kedua nabi ini menikmati kadar kenikmatan nan diberikan Allah kepada mereka, maka keduanya berkata: “Segala puji bagi Allah nan telah melebihkan kami dari banyak hamba-Nya nan beriman dan tak diberi ilmu, sebagaimana telah diberikan kepada kami.
Ketika Nabi Dawud meninggal, Nabi Sulaiman nan mewarisi kenabian kerajaan, sebab ia putra satu-satunya. Kemudian, Nabi Sulaiman memanggil para pejabat dan orang-orang pandai, buat mengingatkan pada mereka akan kenikmatan-kenikmatan Allah atasnya serta mengakui karunia-Nya.
“Allah telah memberikan keutamaan kepadaku, maka ia mengajari saya bahasa hewan dan burung, dan menjadikan saya mengerti pembicaraan mereka. Ini disamping pemberian Allah kepada saya berupa kerajaan dan kenabian. Sesungguhnya kenikmatan-kenikmatan nan besar ini berasal dari keutamaan dan kebaikan-Nya. Hal itu jelas dan tak samar bagi setiap orang.”
Pada suatu hari Sulaiman memanggil pasukannya, maka berkumpullah tentaranya berupa jin, manusia dan burung-burung nan berkumpul dengan taat kepadanya. Berangkatlah Sulaiman dengan pasukannya, hingga tiba di suatu lembah di mana banyak terdapat semut.
Maka Sulaiman mendengar seekor semut berkata kepada teman-temannya: ” Hai semut-semut, ini Sulaiman dan pasukannya berjalan menuju kalian, maka cepatlah bersembunyi di lubang-lubang, sehingga mereka tak menghancurkan dan membinasakan kalian dengan injakan mereka, sedangkan mereka tak merasakan kehadiran kalian.”
Sulaiman mendengar apa nan dikatakan semut, maka ia pun gembira atas hal itu dan ia pun merasa bersyukur atas pemberian Allah kepadanya berupa kenabian, keadilan, dan rahmat. Maka ia pun berkata kepada Tuhannya : ”Wahai Tuhanku, jadikanlah saya selalu bersyukur atas kenikmatan-Mu dan masukanlah saya dengan keutamaan dan rahmat-Mu dalam golongan orang-orang saleh nan mendapatkan keridhoan-Mu."
Kisah Nabi Sulaiman - Kenikmatan-kenikmatan nan Allah Swt Berikan pada Sulaiman
Sebagaimana Sulaiman berdoa kepada Allah Swt agar mengampuninya, ia pun berdoa kepada-Nya agar memberikan kekuasaan nan tak pernah diberikan kepada orang lain. Maka Allah mengabulkan doanya dan memberikannya sebagai berikut:
Pertama, memberi kekuasaan atas angin buat bertiup sinkron dengan perintahnya ke loka nan dikehendakinya.
Kedua, Allah menundukkan setan-setan buat melayani Sulaiman, di antara mereka ada nan dapat membangun istana-istana dan benteng-benteng. Selain itu, juga ada nan bertugas menyelam di bahari buat mengeluarkan mutiara-mutiara dan batu-batu mulia.
Kekuasaan ini semua disediakan Allah bagi Sulaiman, serta membolehkannya buat bertindak menurut cara nan dikehendakinya. Di samping itu, dia juga mendapat kedudukan mulia di sisi Tuhannya dan loka nan baik di akhirat, yaitu surga.
Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba’
Kerajaan Saba’ terletak di Yaman, kotanya bernama Ma’rib nan jeda perjalanannya tiga hari dari San’a. Negeri ini dinamakan Saba’, sebab di sana tinggal anak Saba’ bin Yasyjub bin Ya’rib Qathan. Dinamakan Saba’, sebab dia ialah raja Arab pertama nan menawan tawanan dan memasukan tawanan-tawanan keYaman.
Salah seorang pakar sejarah mengatakan; bahwa ia mendirikan kota Saba’ dan Sadd (bendungan) Ma’rib. Ketika terjadi banjir besar di Ma’riib, bercerai berailah pendudukan daerah ini dari Yaman, pergi ke segala arah, sehingga orang Arab sering membuat perumpamaan dengan mereka dalam hal bercerai berai.
Dalam kitab Perjanjian Lama , nama Saba’ disebut sebagai Syaba’, yaitu pusat perdagangan krusial nan pedagangnya banyak dari kalangan orang-orang Ibrani. Kota ini terkenal kekayaannya berupa emas. Dalam kitab Perjanjian Lama , disebutkan kisah kunjungan nan dilakukan oleh Ratu Saba’ kepada mengangkut minyak-minyak wangi dan emas nan banyak serta batu-batu mulia.
Penduduk Habasyah berpendapat, bahwa keluarga nan memerintah di sana berasal dari keturunan Sulaiman dan istrinya Ratu Saba’, nan mereka namakan Maqadah. Di dalam Al-Qur’an telah diceritakan kisah kunjungan Ratu Saba’ kepada Sulaiman tanpa menyebut nama Ratu tersebut. Hanya ahli-ahli tafsir menyebutkan bahwa ia bernama Balqis.
Kisah Nabi Sulaiman - Obrolan Antara Burung Hudhud dan Sulaiman
Pada suatu hari Sulaiman mencari Hudhud, ia tak menjumpainya. Maka Sulaiman berkata: ”Kemana gerangan burung Hudhud ini? Apakah ia telah menghilang? Bagaimana dia dapat menghilang tanpa sepengetahuanku?”
Timbul kemarahan Sulaiman, ia berniat menghukum burung Hudhud, mungkin dengan mencabut bulunya, mengurungnya di dalam kurungan atau dengan menyembelihnya. Hal itu akan dilakukan menurut kadar dosanya. Mungkin juga dimaafkan, bilamana ia datang dengan bukti dan alasan nan jelas. Tidak lama kemudian Hudhud kembali seraya berkata: “Aku telah mengetahui apa nan tak kau ketahui, saya baru saja kembali dari kerajaan Saba’ dengan membawa warta sahih dan nyata."
Aku telah mendapatkan seorang perempuan nan memerintah kerajaan ini dan memiliki kekuasaan serta berbagai macam kenikmatan. Ia mempunyai singgasana besar nan dihiasi dengan permata-permata dan mutiara-mutiara, akan tetapi mereka tak mengakui kenikmatan-kenikmatan Allah nan dicurahkan atas mereka dan tak beriman kepada-Nya serta tak menyembah-Nya, melainkan mereka menyembah matahari dan bersujud kepadanya, bukan kepada Allah.
Setan telah menyesatkan mereka, maka ia telah mengubah hati mereka dari jalan kebenaran, sehingga mereka tak mendapat petunjuk buat menyembah Allah semata-mata.
Setan telah menyesatkan mereka dan menjauhkan mereka dari sujud kepada Allah nan berhak buat disembah, sebab Dialah nan telah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan nan dikandung bumi, dan Dialah nan menurunkan hujan dari langit, Dialah nan mengetahui isi hati dan perbuatan-perbuatan manusia, Dialah Allah nan tiada Tuhan selain Dia nan memiliki singgasana nan agung.”
Ketika Hudhud selesai berbicara Sulaiman menjawab: ”Kami akan menyelidiki dan memastikan perkataanmu apakah engkau berkata sahih atau berdusta.”
Kisah Nabi Sulaiman - Surat dari Sulaiman Kepada Balqis
Untuk membuktikan kebenaran Hudhud, Sulaiman memberikan sepucuk surat dan menyuruh menyampaikannya kepada Balqis. Sulaiman berpesan supaya Hudhud mengawasinya dan mendengarkan jawaban mereka terhadap surat itu. Terbanglah Hudhud dengan surat Sulaiman menuju kerajaan Saba’, dan memberikan surat itu kepada Balqis nan menerima dan membacanya.
Kemudian ia mengumpulkan pemuka-pemuka kaumnya dan pejabat-pejabat kerajaan dan berkata kepada mereka: “Hai kaumku, saya telah mendapat surat ini dari Raja Sulaiman nan isinya sebagai berikut: “Dengan nama Allah nan maha pengasih lagi maha penyayang. Janganlah kalian arogan terhadap saya dan taatlah kalian kepadaku dan tunduklah kepada Allah saja.”
Setelah membaca surat itu, Balqis meminta nasihat orang-orang nan hadir mengenai isi surat itu. Maka berkatalah Balqis kepada mereka : “ Hai kaumku, kemukakanlah pendapat kalian mengenai urusan nan krusial ini, sebab saya tak memberi keputusan dan melaksanakan urusan, kecuali di hadapan kalian dan setelah bermusyawarah dengan kalian.”
Para hadirin menjawab: “Kita memiliki kekuatan nan hebat dan jumlah nan besar. Kita juga mempunyai persiapan nan paling paripurna buat berperang dan kami serahkan urusannya kepadamu, maka berilah perintah dan kami akan taat kepadamu.”
Kisah Nabi Sulaiman - Jawaban Balqis Atas Surat Sulaiman
Balqis merasa bahwa kaumnya cenderung buat berperang, ia memikirkan serta memperhitungkan dampak segala urusan. Maka ia ingin menjelaskan kepada mereka bahaya-bahaya perang, khususnya terhadap orang nan kalah. Maka ia berkata: “Sesungguhnya raja-raja itu apabila memasuki dusun dalam keadaan perang, mereka pun merusak bangunannya dan membinasakan isinya serta menghinakan penghuninya. Demikian pula nan akan mereka lakukan jika mereka menang atas kita,”
Kemudian Balqis menyatakan pendapatnya seraya berkata: “Aku telah memutuskan buat mengirim utusan-utusan dengan hadiah besar dan akan kita lihat pengaruhnya dalam jiwa mereka, sebab Norma raja-raja ialah jika menerima hadiah-hadiah nan baik, mereka membalasnya.
Maka apabila Sulaiman menerimanya, tahulah saya bahwa ia ialah raja nan bahagia menerima hadiah dan jika ia seorang nabi, maka ia hanya mengharapkan kita mengikuti agamanya, sebagaimana utusan-utusan ini akan kembali kepadaku membawa warta meyakinkan tentang besarnya kekuatan mereka."
Usai Balqis tiba di Palestina dengan membawa hadiah-hadiah bagi Sulaiman, maka utusan itu melihat kerajaan besar dan istana-istana serta pasukan nan bukan merupakan tandingan kerajaan Saba’. Tatkala delegasi Balqis tampil di hadapan Sulaiman dan menyerahkan hadiah, Sulaiman menolaknya, sebab ia tak mengharapkan hadiah.
Sebaliknya ia hanya mengharapkan supaya Balqis beriman kepada Allah dam mengikuti sya’riat-Nya serta meninggalkan penyembahan matahari. “Apakah kalian memberi hadiah kepadaku berupa harta, sedangkan Allah telah memberikan karunia kepadaku berupa kerajaan, menundukkan jin, manusia, serta burung sebagaimana Allah telah memberikan kenabian kapadaku. Maka saya tak mempunyai ketamakan dalam harta, akan tetapi saya petunjuk bagi kalian. Kalian tentu merasa gembira dengan hadiah nan diberikan kepada kalian, Karena kalian mencintai keduniaan, tetapi saya tak membutuhkan semua itu,” tandas Sulaiman.
Kemudian ia berbicara dengan pimpinan delegasi seraya berkata: “Pulanglah kepada kaummu dan kembalikanlah hadiah ini, beritahu kepada mereka apa nan engkau saksikan pada diri kami mengenai kerajaan dan kekuatan serta penyembahan kami kepada Allah, jika mereka beriman maka mereka selamat, dan jika mereka tetap dalam kekafirannya, maka demi Allah kami akan kirimkan kepada mereka pasukan nan tak mampu mereka melawannya. Kami akan mengeluarkan mereka dari kota Saba’ sebagai tawanan nan hina dan sebagai budak-budak."
Kisah Nabi Sulaiman - Singgasana Balqis di Hadapan Sulaiman
Delegasi Ratu Balqis kembali dan memberitahu ratunya tentang kekuatan Sulaiman dan penolakannya atas hadiah itu. Bahkan ia menegaskan sumpah Sulaiman berupa ancaman buat menyerbu, jika Balqis menolak datang kepadanya.
Ketika Balqis memahami bahwa Sulaiman ialah seorang nabi nan diutus, maka ancaman itu sahih adanya dan Balqis tak akan sanggup menentang perintahnya. Maka bersiap-siaplah Balqis bersama pemuka-pemuka kaumnya, buat pergi kepadanya. Sulaiman mengetahui perjalanan Balqis ke negerinya, maka ia pun bermaksud menunjukkan kepadanya salah satu mukjizat nan dikhususkan Allah baginya, agar hal itu menjadi bukti atas kenabiannya.
Sulaiman berkata kepada jin nan berada di sekitarnya: “Siapakah di antara kalian nan sanggup mendatangkan singgasana Balqis kepadaku buat melihat kekuasaan Allah berlangsung di hadapan mereka?” Jin Ifrit berkata: “Saya sanggup membawanya kepadamu, sebelum engkau berdiri dari loka dudukmu di mana engkau mengadili dan menghukum.”
Konon Sulaiman duduk dari pagi hingga siang setiap hari, buat memutuskan sanksi di antara orang-orang. Kemudian jin Ifrit ini menambahkan, bahwa ia sanggup membawanya dan dapat dipercaya terhadap permata-permata nan terdapat disitu. Akan tetapi salah seorang malaikat nan memiliki ilmu dari kitab-kitab samawi berkata: “Aku akan mendatangkannya lebih cepat dari kejapan mata.” Ia pun mendatangkan singgasana di hadapan Sulaiman.
Tatkala Sulaiman melihat singgasana itu berada di hadapannya, ia berkata: “Pertolongan dan dukungan Allah dengan kehadiran singgasana, itu, ialah karunia Allah atas diriku buat mengujiku apakah saya bersyukur atas kenikmatan-Nya atau mengingkarinya.”
Sesungguhnya saya bersyukur kepada Tuhanku atas kenikmatan-kenikmatan-Nya dan kegunaan syukur itu kembali kepada orang nan bersyukur, sebab syukur itu menimbulkan tambahan kenikmatan dan kekekalan. Barang siapa tdak bersyukur, maka sesungguhnya Tuhan tak membutuhkan hamba-hamba-Nya dan Dia Maha Pemurah nan memberikan keutamaannya kepada makhluk-Nya.
Kemudian Sulaiman menyuruh orang-orangnya mengubah bentuk singgasana sedikit, buat mengetahui kalau-kalau Balqis dapat mengenalinya setelah menyelidiki dan mengamatinya, atau barangkali ia tak tahu bahwa ini ialah singgasana dan kursi kerajaan. Tatkala Balqis tiba ditunjukanlah singgasananya kepadanya, maka ia pun berdiri kebingungan di depannya, sebab di sana terdapat tanda-tanda nan menyebabkan dia dapat memutuskan bahwa itu ialah singgasana.
Ditanyakan kepada Balqis: “Apakah singgasana nan engkau lihat itu menyerupai singgasana nan engkau tinggalkan di negerimu?”
Balqis menjawab: “Barangkali benar.”
Setelah ia menyelidiki, yakinlah ia bahwa singgasana itu ialah kepunyaannya sendiri. Dan kedatangan singgasana sebelum kehadirannya itu merupakan mukjizat Sulaiman, khususnya bahwa singgasana itu terkunci di dalam istananya.
Oleh sebab itu, berkatalah ia kepada Sulaiman: “Kami telah mengetahui dengan kekuasaan Allah dan kebenaran kenabianmu dari mukjizat ini, dengan penyaksian kami terhadap perbuatan Hudhud. Dan apa nan didengar dari utusan-utusan kami kepadamu berupa ayat-ayat nan menunjukan hal itu, kami pun beriman sejak itu. Adapun nan menghalangi kami buat menampakkan iman kami ialah, sebab kami berada di tengah-tengah kaum nan kokoh dalam kekafiran, dan inilah nan menyebabkan kami menyembunyikannya hingga akhirnya datang kepadamu."
Kisah Nabi Sulaiman - Balqis di Istana Sulaiman
Sulaiman menunjukkan kepada Balqis tentang tenaga teknik nan spesifik dimilikinya. Kemudian, dia pun menyuruh tenaga-tenaga pakar bangunan buat membuat bangunan nan lantainya terbuat dari kaca tipis, rata dan mulus dengan mengalirkan air di bawahnya, sehingga lantai itu tampak seperti kolam air.
Kemudian, Sulaiman duduk di tengah lantai di atas loka tidur raja dan ia menyuruh memanggil Balqis buat menemuinya di istana. Balqis dipanggil, lalu masuklah ia menemui Sulaiman, tercenganglah ia melihat lantai nan tampak seakan-akan penuh dengan air. Maka ia pun menyingkapkan betisnya supaya tak basah bajunya menurut dugaannya, dan berjalanlah ia di atas lantai.
Pada waktu itu Sulaiman memberitahukan kepadanya, bahwa lantai itu terbuat dari kaca nan tipis, mulus dan ini ialah pemandangan nan belum pernah disaksikan Balqis sebelumnya. Kemudian tatkala Balqis melihat penghormatan Sulaiman nan sangat kepadanya dan melihat kebenaran nan terang nan tadinya tertutup darinya, ia pun menuju kepada Tuhannya seraya berkata: “ Wahai Tuhanku, sesungguhnya saya telah berbuat aniaya terhadap diriku dengan menyembah matahari, sekarang saya tunduk bersama Sulaiman kepada-Mu, wahai Tuhanku pemilik sekalian alam.” (Q.S. An-Naml: 44)
Kisah Nabi Sulaiman - Kematian Sulaiman
Al-Qur’an menyebutkan kematian Sulaiman dengan firman Allah Swt:
“ Tatkala sampai ajal Sulaiman, tak ada nan menunjukkan kematian dari binatang rayap nan memakan tongkatnya. Tatkala ia roboh, tahulah jin-jin itu bahwa seandainya mereka mengetahui hal-hal nan gaib, tidaklah mereka tinggal dalam siksaan nan hina itu. ”(Q.S. Saba’:14)
Ahli-ahli tafsir memiliki banyak pendapat mengenai tafsir dari nash Al-Qur’an ini. Sebagian di antara ada nan tak masuk akal dan nan paling mendekati dengan logika adalah nan diriwayatkan oleh Abdul Wahhab An-Najjar, bahwa Sulaiman telat mati dan kematiannya tak diketahui oleh jin, kecuali manusia dan ia pun dikubur.
Kemudian putranya menggantikannya sebagai raja, dan jin-jin di tempat-tempat nan jauh tak berhenti bekerja sebab takut dihukum oleh Sulaiman. Sesudah lewat suatu masa, tahulah bahwa salah seorang jin bahwa Sulaiman telah mati ketika ia melihat tongkatnya tergeletak di atas tanah.
Jin itu mengangkatnya, ternyata tongkat itu telah dimakan rayap. Maka ia mendapat petunjuk dari bekas gigitan rayap pada tongkat itu, bahwa Sulaiman telah membiarkannya tergeletak di atas tanah buat masa nan lama. Ia tak akan membiarkannya, kecuali bila terjadi peristiwa kematian. Maka jin itu menyelidikinya, dan tahulah mereka bahwa andaikata mereka mengetahui hal-hal gaib, tidaklah mereka harus terus menjalani siksaan nan menghinakan itu.
Kemuliaan di Akhir Kisah Nabi Sulaiman as
Allah SWT telah memilih dari kelompok manusia buat dijadikan wakilnya di bumi, demikian pula dengan Nabi Sulaiman nan memiliki kisah memukau. Kisah Nabi Sulaiman menjadi bagian tidak terpisahkan dari proses pembelajaran Allah SWT kepada seluruh umatnya waktu itu dan akan menjadi bahan tauladan buat umatnya nan kemudian. Begitulah kisah hayati para nabi, nan di sisi Allah SWT diangkat derajatnya menjadi setinggi-tingginya, namun di hadapan manusia tidak sporadis harus menerima cercaan dan hinaan.
Kisah hayati para nabi dan rasul Allah di global ini, seperti juga kisah Nabi Sulaiman, seperti disitir dalam al-Qur'an, sepatutnya menjadi bahan pelajaran buat umat manusia bahwa seorang nabi menyampaikan sesuatu bukan atas dasar hawa nafsu, melainkan semua itu atas bimbingan Allah SWT.
Andaikata seluruh umat manusia menyadari pada kondisi ini, maka kisah hayati para nabi akan mulus tanpa cercaan dan hinaan. Tapi kehidupan global dengan segala seisinya, seperti dijelaskan Allah SWT dalam al-Qur'an, semata-mata hanya rekaan dan hanya kehidupan akhiratlah nan abadi, baik dan terjamin.
Kisah Nabi Sulaiman memang sepatutnya menjadi tauladan, sebab di dalamnya mengandung berbagai macam pelajaran, tentang kemuliaan, tentang kepandaian berbahasa, tentang rasa afeksi nan melampaui manusia pada umumnya.
Artinya, apabila seorang manusia memelihara dirinya agar senantiasa berada di jalan Allah, maka ia dapat meraih kemuliaan di global seperti nan pernah diraih oleh Nabi Sulaiman seperti terungkap jelas dalam kisah Nabi Sulaiman itu sendiri.
Manusia pada umumnya memiliki potensi nan telah dianugerahkan Allah SWT yaitu potensi kekuatan nurani dan cenderung pada kebaikan. Apabila potensi terus diasah, terus dikembangkan dengan mencontoh kisah hayati para nabi dan rasul Allah SWT, maka ia akan memperoleh derajat nan sama.
Bukan menjadi nabi atau rasul, sebab nabi telah ditutup oleh kehadiran Nabi Muhammad SAW. Tapi apabila potensi itu dikembangkan dengan optimal, terus selalu berusaha agar dirinya tetap berada dalam ridha dan jalan Allah SWT semata-mata, maka ia akan memperoleh derajat manusia nan mulai di sisi Allah, dan jaminannya ialah agunan seperti nan dijanjikan Allah SWT dan diberikan kepada para nabi dan rasul yaitu surga.
Kisah Nabi Sulaiman - Kemuliaan Kehidupan Nabi Sulaiman
Dalam kisah Nabi Sulaiman as. diceritakan bahwa beliau hayati di tengah-tengah kemuliaan juga kejayaan di muka bumi, dan Allah menetapkan akhir hidupnya dengan kemuliaan pula. Sebagaimana kehidupan Nabi Sulaiman nan dipenuhi dengan keajaiban luar biasa maka kematiannya pun merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT nan sangat menakjubkan.
Tak ada seorang manusia pun mendapat anugerah besar berupa kemuliaan sampai akhir hayatnya kecuali dialami oleh Nabi Sulaiman as. Tentu saja semua ini menjadi misteri Allah SWT tentang apa tujuan dan apa dampaknya bagi kehidupan.
Memang sepintas di dalam kehidupan global nan fana ini, manusia menganggap bahwa kemuliaan di hadapan manusia menjadi hal nan sangat penting, sehingga habis-habisan dikejarnya. Hal-hal nan akan menjadikan dirinya mulia di hadapan manusia siang malam terus dikejarnya.
Tapi setelah kemulian itu berada dalam genggamannya, ia belum tentu menjadi manusia nan hayati mulai di hadapan manusia dan dapat menjalankan kehidupan dengan mulia pula, sehingga akan mulia di hadapan Allah SWT. Kebanyakan dari manusia ialah sebaliknya, menjadi mulia di hadapan manusia tetapi menjadi hina di hadapan Allah SWT.
Hal kedua nan dapat dijadikan pelajaran dari kemuliaan Nabi Sulaiman as ialah bahwa dengan sekuat tenaga boleh mencari kehidupan global buat meraih kemuliaan di hadapan manusia. Tapi setelah kemuliaan ada dalam genggaman, seharusnya menjadi lebih mulia di hadapan Allah SWT.
Lewat kisah Nabi Sulaiman as ini, Allah SWT ingin menyindir manusia pada umumnya, lihat saja Nabi Sulaiman nan memiliki kemuliaan luar biasa tapi juga seorang nan bertakwa luar biasa. Mana mungkin seorang manusia nan meraih kemuliaan alakadarnya kemudian tak dapat bertakwa seperti Nabi Sulaiman as.
Kematian nabi Sulaiman dikisahkan oleh Allah dalam QS. Saba :14 dimana tak ada satu pun baik manusia maupun jin nan mengetahui saat nabi Sulaiman meninggal, dan mereka baru sadar dan mengetahui saat tongkat beliau ringkih dan habis dimakan rayap. Dari sini jelaslah bahwa bangsa jin pun tak mengetahui masalah ghaib kecuali Allah SWT.
Kisah Nabi Sulaiman - Kematian Nabi Sulaiman as. Mematahkan Fitnah
Nabi Sulaiman mampu menundukkan, memperkerjakan, dan memiliki interaksi dengan para jin, hal ini menimbulkan rekaan bahwa jin mengetahui sesuatu nan ghaib. Dan tak diketahui siapa nan mengepulkan asap rekaan apakah itu syaitan nan terkutuk atau jin nan bodoh atau manusia nan tertipu.
Isu tersebut menyebar mempengaruhi sebagian manusia dan jin, manusia melupakan bahwa ilmu ghaib hanya berada di tangan Allah SWT. Ilmu ghaib tak akan ada nan mampu menguasainya baik jin , manusia atau Rasul sekalipun. Allah merencanakan kematian nabi Sulaiman buat mematahkan isu bahwa jin mengetahui hal-hal nan ghaib.
Jin bekerja buat nabi Sulaiman selama beliau hidup, tatkala beliau mati tugasnya pun akan terbebas. Nabi Sulaiman meninggal tanpa diketahui oleh jin sehingga para jin tetap bekerja dan mengabdi buat beliau. Seandainya saja jin ada nan mengetahui hal nan ghaib ini maka jin tak akan lagi meneruskan pekerjaan mereka.
Akhir kisah Nabi Sulaiman yaitu ketika suatu hari beliau memasuki mihrabnya nan terletak di puncak gunung nan dindingnya terbuat dari permata buat beri’tikaf, beribadah dan sholat. Dan bila beliau sedang berkhalwat, maka tak ada seorang pun nan berani mengganggunya. Ketika itu Nabi Sulaiman duduk dan bersandar pada tongkatnya seperti sedang tenggelam dalam tafakur. Tongkat inilah nan menjadi satu-satunya saksi apa nan akan terjadi dengan Nabi Sulaiman as selanjutnya.
Beliau berdzikir kepada Allah hingga malaikat maut menemuinya dan Nabi Sulaiman pun meninggal. Jin menyangka bahwa beliau sedang shalat sehingga mereka tetap melanjutkan pekerjaannya. Berlalulah waktu nan sangat panjang hingga rayap datang dan mulai memakan tongkatnya Nabi Sulaiman.
Tongkat beliau pun menjadi ringkih dan keropos hingga tidak mampu lagi menopang tubuhnya, maka tubuh kudus itu pun lalu jatuh dan tersungkur. Manusia pun berdatangan mendekatinya, dan mereka baru sadar bahwa Nabi Sulaiman as telah meninggal sejak lama. Jin menyadari bahwa mereka tak mengetahui hal nan ghaib ini dan manusia pun menyadari pula hal nan sangat hakiki ini.
Dengan demikian maka berakhirlah rekaan nan selama ini berhembus amat kencang. Allah SWT telah menjaga kemuliaan Nabi Sulaiman ketika hayati begitu pun ketika mati. Dengan meninggalnya Nabi Sulaiman as seperti itu, kemuliaan beliau tetap terjaga.
Kisah Nabi Sulaiman - Burung Pun Mengantarkan Jenazahnya
Demikianlah akhir dari kisah Nabi Sulaiman as. nan meninggal dalam keadaan duduk dan shalat di mihrabnya. Warta ini segera menyebar, manusia, burung dan binatang buas mengantarkan jenazah beliau dengan diiringi kesedihan nan mendalam. Semua makhluk bersedih, sekumpulan burung pun tampak menangis.
Semenjak itu tidak ada lagi orang nan bisa memahami bahasa burung, mungkin saja burung bersedih ditinggalkan Nabi Sulaiman as sebab tak ada lagi nan mengerti tentang bahasa mereka.