Tokoh Lukisan Naturalis

Tokoh Lukisan Naturalis

Pernah mendengar nama Anna Maria Sybillia Merian? Nama ini cukup terkenal di negara Jerman. Ia ialah seorang pelukis naturalis. Karya lukisan naturalis nya diminati oleh banyak orang sebab sangat latif dan begitu mirip dengan gambar aslinya.

Sebenarnya, Merian lebih dikenal sebagai pakar serangga dan tumbuh-tumbuhan. Keahliannya melukis hanya buat menunjang obsesinya sebagai seorang peneliti. Dengan lukisan naturalisnya, siapa sangka kegiatannya sebagai peneliti malah menjadikannya sebagai seorang pelukis beraliran naturalis.

Karena saat itu kamera foto belum ditemukan, maka banyak sekali peneliti nan mengabadikan hasil mengamatannya lewat media gambar, tentu saja mereka harus melukis sinkron aslinya, sehingga gambar hasil penelitian itu bersifat naturalis.



Pecinta Serangga

Anna Maria Sybillia Merian lahir pada 1647 di Jerman. Merian sangat menyukai tumbuh-tumbuhan dan serangga. Dia melakukan penelitian sendiri buat mengamati perkembangan kehidupan serangga dan bunga-bunga serta tumbuh-tumbuhan.

Saat itu, orang-orang percaya bahwa serangga terlahir dari lumpur busuk dan sesuatu nan kotor. Namun, Merian membantah asumsi tersebut. Dia mengumumkan hasil penelitiannya pada khalayak ramai bahwa serangga itu lahir dari telur dan bermetamorfosis.

Tentu saja anggapannya bertentangan dengan asumsi umum. Merian terancam dihukum wafat sebab tindakannya dianggap sebagai kegiatan sihir. Merian tetap bersikeras. Dia kemudian bercerai dengan suaminya nan tak mau mengerti tentang penelitiannya. Dia menghidupi kedua putrinya dengan mengajar melukis.



Pergi Mengembara

Merasa tak puas dengan kegiatannya, Merian memutuskan pergi mengembara di usianya nan sudah kepala lima. Dia mengarungi lautan luas sendirian dan terus meneliti flora dan fauna hutan tropis Suriname di Amerika Latin.

Merian nan jago melukis mengabadikan semua nan dilihatnya ke dalam buku sketsa. Setelah kembali ke tanah air, dia menerbitkan hasil gambar penelitiannya ke dalam sebuah buku nan berjudul “ Metamorphosis Insectorum Surinamensiu ”.

Buku tersebut ternyata diminati oleh kaum bangsawan dan orang-orang kaya di Jerman sehingga laku keras dan jadi best seller . Dia juga mengabadikan gambar-gambar indahnya ke dalam bentuk keramik dan kerajinan sulam tangan. Hidupnya penuh dengan energi. Rasa ingin tahunya nan besar telah menciptakan sebuah karya nan indah.

Merian mengembuskan napasnya nan terakhir pada 1717, tepat diusianya nan ketujuh puluh tahun. Dia memberi banyak kontribusi bagi penelitian serangga dan tumbuh-tumbuhan, terutama nan ada di Amerika Latin. Konon, kumpulan bukunya pun dihargai ratusan ribu dolar, nan kalau di rupiahkan dapat ratusan juta rupiah. Anda tertarik membelinya?



Tokoh Lukisan Naturalis

Lukisan naturalis merupakan salah satu jenis genre nan ada dalam seni lukis. Dalam genre naturalis ini, artis nan membuat lukisan akan berupaya menggambarkan segala sesuatu nan dijadikan obyek dalam global nyata, mirip dengan aslinya dalam kanvas.
Dengan demikian lukisan naturalis ini akan menciptakan sebuah bentuk nan memiliki taraf kecenderungan tinggi dan mendekati bentuk orisinil dari obyek tersebut. Dengan demikian, setiap pelukis nan menggeluti genre ini harus memperhatikan setiap detail dari obyek tersebut. Sehingga dalam lukisan nan dibuat tak ada bagian nan tertinggal nan mengakibatkan lukisan kehilangan nyawanya.

Lukisan naturalis ini memiliki karakteristik khas nan menjadikannya berbeda dibandingkan dengan jenis genre lukisan lain. Karakteristik khas ini ialah penggunaan teknik degradasi warna. Degradasi rona sendiri merupakan sebuah pemanfaatan rona nan disusun dari rona nan lebih tua pada rona nan lebih muda. Dapat juga sebaliknya, dari rona nan berwarna terang menuju rona nan lebih gelap.

Ciri khas ini muncul karena dalam lukisan naturalis ini harus dibuat mendekati obyek konkret nan ada di alam. Itulah mengapa, sudut datangnya sinar harus diperhitungkan dengan seksama. Karena sudut daatangnya sinar ini akan menimbulkan sebagian obyek berwarna terang dan sebagian obyek lagi berwarna gelap sebab tak mendapatkan sorotan cahaya.

Pada bagian nan mendapatkan penyinaran lebih banyak, akan dilukis dengan memberikan rona nan lebih terang dibandingkan bagian nan tak terkena sorotan sinar. Teknik gradasi ini merupakan teknik dasar nan harus dipelajari dan dikuasai oleh seseorang nan ingin belajar teknik melukis dengan genre naturalis tersebut.

Aliran lukisan naturalis sendiri sudah muncul sejak abad 19. Genre ini berkembang sebagai sebuah wujud reaksi pada kemapanan genre romantisme nan sudah muncul sebelumnya.
Tokoh genre naturalis global ialah seorang pelukis dari Amerika yaitu Wiliam Bliss Baker. Baker nan menggemari melukis pemandangan, mampu menciptakan komposisi lukisan nan mendekati estetika obyek orisinil dari pemandangan tersebut. itulah mengapa, lukisan pemandangan dari William Bliss Baker dianggap sebagai salah satu lukisan naturalis terbalik dunia, melalui lukisan pemandangannya.



Raden Saleh

Indonesia sendiri memiliki tokoh nan dianggap sebagai salah satu maestro lukis global nan menggeluti genre naturalis ini. Salah satu dari banyak pelukis Indonesia tersebut ialah Raden Saleh. Kemampuannya dalam membuat lukisan naturalis itu banyak diasah semasa Raden Saleh tinggal dan belajar ke Belanda.
Kesempatan buat belajar ke negeri Belanda ini didapatkannya setelah seorang mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda nan bernama Payen mengetahui bakatnya.

Payen tertarik dengan teknik melukis Raden Saleh, terutama dengan menggunakan media cat minyak. Akhirnya, Payen mengajak Raden Saleh muda buat menemaninya berkeliling Jawa, guna mendapatkan model buat dijadikan obyek melukis. Dalam kesempatan itu, Payen menugasi Raden Saleh buat menggambar berbagai macam jenis manusia nan dijumpainya di setiap wilayah nan mereka singgahi.

Karena kekaguman Payen pada Raden Saleh inilah, akhirnya Raen Saleh diusulkan buat menimba ilmu ke Belanda. Usulan dari Payen ini mendapat dukungan dari Gubernur Jendral G.G.G.Ph. van der Capellen nan pada waktu itu berkuasa di Indonesia. Dukungan ini diberikannya, setelah melihat secara langsung hasil karya dari Raden Saleh nan dianggapanya memang memiliki talenta khusus.

Pada tahun 1892, Raden Saleh berangkat ke Belanda atas biaya dari Capellen. Selain buat memperdalam kemampuannya melukis, Raden Saleh juga diiberikan tugas lain. Tugas tersebut ialah mengajari Indpektur Keuangan Belanda, yaitu de Linge mengenenai adat istiadat dan konduite nan biasa dilakukan masyarakat Jawa. Termasuk di dalamnya ialah mengajari tentang bahasa Jawa dan juga bahasa Melayu. Hal ini menunjukkan bahwa Raden Saleh tak hanya memiliki kepiawaian di bidang melukis, namun juga mempunyai ketrampilan dalam hal kebudayaan.

Di Belanda, kemampuan Raden Saleh mengalami perkembangan nan pesat. Itulah mengapa, dirinya sempat dianggap sebagai pesaing pelukis muda asal Belanda lainnya. Mereka pun berusaha dengan berbagai macam cara buat dapat menunjukkan bahwa kemampuan melukis nan dimiliki Raden Saleh masih di bawah kemampuan para pelukis muda asal Belanda tersebut.

Dalam suatu kesempatan, para pelukis muda itu membuat lukisan kembang nan nampak hidup. Akibatnya, beberapa kumbang dan kupu-kupu terkecoh dan hinggap di atas lukisan tersebut. Hal inilah nan membuat mereka mengejek dan mencemooh Raden Saleh. Akibatnya, Raden Saleh merasa marah dan terhina sehingga kemudian memilih pergi mengasingkan diri.

Selama beberapa waktu, Raden Saleh kemudian tak pernah muncul lagi. Hal ini membuat para pelukis muda Belanda berpikir bahwa Raden Saleh berbuat nekat sebab merasa terhina atas ulah mereka beberapa waktu lalu saat memamerkan lukisan bunga. Dan akhirnya mereka memutuskan buat menyambangi kediaman Raden Saleh.

Di loka itu, kediaman Raden Saleh nampak sepi. Akhirnya, mereka memutuskan buat mendobrak pintu tersebut hingga jebol. Ketika pintu terbuka, terkejutlah mereka mendapati sosok mayat Raden Saleh terkapar di lantai dengan darah bercucuran. Sontak, suasana menjadi panik sebab mereka terkejut melihat pemandangan tersebut.

Ketika kepanikan terjadi, tiba-tiba Raden Saleh keluar dari sebuah ruangan. Sembari keluar, Raden Saleh berkata bahwa para pelukis Belanda dapat menipu kupu-kupu dan kumbang. Namun, Raden Saleh dapat menipu manusia melalui lukisannya. Akhirnya, para pelukis Belanda menyadari kesalahannya dan mengakui kemampuan Raden Saleh dalam melukis. Akhirnya, mereka pun pergi meninggalkan rumah Raden Saleh tersebut.

Separuh dari hayati Raden Saleh, dihabiskan di luar negeri buat mempelajari berbagai macam ilmu nan berkembang di global Barat. Selain di Belanda, Raden Saleh sempat juga menetap di Jerman, Prancis dan Aljazair.

Tahun 1851, Raden Saleh memutuskan kembali ke Indonesia bersama istrinya nan merupakan warga negara Belanda. Di Indonesia, tak begitu banyak karya nan dihasilkannya. Salah satu catatan krusial dalam perjalanan Raden Saleh di Indonesia ialah perceraiannya dengan istrinya nan merupakan warga negara Belanda. Selanjutnya, Raden Saleh menikahi seorang gadis nan masih berdarah ningrat dari Kraton Solo.

Setelah menikah buat nan kedua kalinya, Raden Saleh memutuskan tinggal di Batavia atau Jakarta. Kawasan nan dipilih sebagai kediamannya ialah daerah Cikini. Di loka tersebut, Raden Saleh membangun sebuah rumah nan dibuat berdasar imajinasinya sebagai seorang pelukis. Rumah ini sendiri berada di atas tanah nan ukurannya sangat luas.

Demikian luasnya, sehingga Raden Saleh memutuskan memberikan sebagian halaman rumahnya pada pengelola kebun binatang. Hal ini menunjukkan bahwa Raden Saleh memiliki rasa cinta nan sangat besar pada alam dan lingkungannya. Saat ini, kawasan tersebut masih dapat dijumpai dan diberi nama Taman Ismail Marzuki. Sedangkan rumah kediaman Raden Saleh sendiri sekarang beralih fungsi menjadi rumah sakit Cikini, Jakarta.

Tahun 1875, Raden Saleh pergi lagi ke Eropa bersama istrinya. Selama tiga tahun Raden Saleh mengunjungi beberapa negara dan baru kembali ke Indonesia pada tahun 1878. Raden Saleh menghabiskan masa tuanya di daerah Bogor dan menetap di loka itu hingga akhir hayatnya pada 23 April 1880.

Saat meninggal, terdapat beberapa isu nan menyertai kepergian maestro lukis global tersebut. Salah satunya ialah warta bahwa kematian Raden Saleh dampak diracun salah seorang pembantunya nan dituduh mencuri lukisan milik Raden Saleh. Namun, dari hasil otopsi nan dilakukan tim dokter disimpulkan bahwa kematian Radeh Saleh disebabkan sebab adanya trombosis atau pembekuan darah.