Tokoh-tokoh Geografi Abad Pertengahan

Tokoh-tokoh Geografi Abad Pertengahan

Mungkin kata nan cocok buat menggambarkan geografi saat ini ialah "Malang". Benar! Nasib geografi saat ini malang sekali. Sempat didera isu akan dihapus pada kurikulum 2004 menjadikan geografi semakin terpuruk. Ditambah, menjadikan geografi satu bidang studi dengan ekonomi dan sejarah di taraf SMP menjadikan geografi semakin jauh dari generasi muda.

Namun, nasib geografi ternyata 180 derajat berbeda pada abad sebelumnya. Tidak tanggung-tanggung, geografi menjadi kajian populer nan melahirkan tokoh-tokoh geografi dengan penemuan-penemuan nan mengagumkan. Bagaimana ini bisa terjadi? Lalu, siapakah jenius-jenius geograf ini? Artikel ini akan mencoba mengulasnya lebih lanjut.



Identitas Geografi

Siapakah Mother of Sciences atau Induk Ilmu Pengetahuan? Percaya atau tidak, geografi lah nan menyandang gelar ini. Mengapa? Geografi ialah ilmu nan mempelajari persamaan dan disparitas kenyataan geosfer (atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer, antroposfer, dan pedosfer) melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan (Hasil Semlok, 1988).

Dengan luasnya kajian geografi tersebut maka ilmu ini menjadi perpaduan antara ilmu eksak, noneksak, alam, sosial, murni, dan terapan. Geografi juga menjembatani antara ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan alam.

Selain itu, kenyataannya pengkajian dan observasi ilmu-ilmu lain diambil dari bagian-bagian permukaan bumi (geo)—yang merupakan wilayah geografi. Kajian ilmu geografi juga telah lama dikenal. Bahkan, telah ada berdampingan dengan kajian filosofi zaman Herodotus pada 480-430 sebelum masehi.

Jadi, tak bisa dipungkiri bahwa geografi telah menjadi kajian nan menarik bagi para pendahulu kita. Bahkan, mampu menjadi magnet bagi para ilmuwan buat melakukan perjalanan bermil-mil guna menguak kenyataan nan ada di bumi. Lalu, siapa saja mereka?



Tokoh-tokoh Geografi - Para Peletak Dasar

Siapa tokoh-tokoh geografi awal nan mencetuskan istilah "geografi"? Tidak tahu?. Baiklah, lalu pernahkah Anda mendengar nama Erastothenes? Ya, dialah pencetus istilah geografi, seorang ilmuwan pada zaman Yunani. Istilah ini dia perkenalkan pada abad ke-1. Menurut Eratothenes, geografi berasal dari geographica , yaitu geo nan berarti bumi dan graphica nan berarti tulisan atau penggambaran mengenai bumi.

Abad ke 2, geografi semakin diperdalam dengan terjunnya Claudius Ptolomeus. Cladius terkenal sebagai pakar geografi, astrolog, dan astronom nan tinggal di Roma. Dia memulai perjalanannya mengelilingi bumi dan menghasilkan peta nan diberi nama "Atlas Ptolomeus".

Uniknya, peta ini memuat wilayah "Barus". Wilayah nan diyakini sebagai kota tertua di Indonesia. Barus terletak di pesisir pantai barat Sumatra. Wilayah ini disebutkan sebagai jalur strategis perdagangan internasional sehingga menjadi pintu masuk agama Islam sekitar 627-643 M.



Tokoh-tokoh Geografi Abad Pertengahan

Tidak ada nan memungkiri bahwa umat muslim memiliki sumbangsih besar bagi ilmu pengetahuan saat ini. Tidak terkecuali pada bidang Geografi. Meskipun kenyataannya, biografi dan sumbangsih mereka sering ditutup-tutupi dalam jejak sejarah.

Namun, ini seolah tak berlaku bagi seorang Rusia, seperti Kratchokovsky. Dia rela menghabiskan waktu 40 tahun buat menelusuri jejak tokoh geografi muslim beserta inovasi mereka nan mengagumkan. Hasilnya, setidaknya 260 biografi tokoh geografi muslim sukses dia bukukan.

Jumlah dan inovasi nan mengagumkan dari para tokoh geografi muslim ini tak terlepas dari agama mereka nan mendorong mereka buat melakukan perjalanan di muka bumi. Seperti nan termaktub dalam Al Quran, surat Ali Imran ayat 137:

"Sungguh telah berlaku sunnah Allah SWT (hukum Allah SWT) maka berjalanlah kamu di muka bumi dan lihatlah bagaimana dampak (perbuatan) orang-orang mendustakan ayat-ayat-Nya."

Bukan itu saja, bahkan di dalam Al Quran sendiri, banyak ayat nan menjelaskan tentang kenyataan alam seperti terjadinya hujan (Al A'raaf: 57), penciptaan bumi (Al Fushilat:11 dan 12, At Thalaaq:12), gempa bumi (An Naml: 88, Al A'raaf 78 dan 91), peredaran bumi (Yunus:5), gunung (Al Fathir: 27, An Naba: 7) , awan (Ar ruum: 48) dan masih banyak lagi. Hal ini menjadi magnet nan menarik para tokoh geografi muslim buat semakin mengembangkan geografi.

Diawali dari permintaan Khalifah Al Ma'mun (813-833 M) buat mengukur jeda bumi. Para geograf muslim justru menemukan hal nan lebih luarbiasa. Mereka mampu menghitung volume dan keliling bumi. Inovasi berikutnya ialah penggunaan ukuran mil buat jeda nan sampai saat ini digunakan.

Berangkat dari inovasi tersebut, Khalifah kemudian memerintahkan buat membuat peta dunia. Hasilnya, Al Khawarizmi dan 70 geograf lainnya sukses membuat globe pertama. Dari puluhan tokoh geografi muslim tersebut, nan tersohor dengan karyanya ialah Al Khawarizmi.

Beliau dengan bukunya Surah Al Ard (Morfologi Bumi) mengoreksi karya Ptolomeus nan masih belum seksama dari sisi letak. Contohnya, sebuah wilayah seharusnya berada di barat, tapi diletakkan di sebelah timur. Lalu, menyusul berikutnya, Al Kindi mencetuskan kitab keterangan tentang bumi.

Tidak berhenti sampai di situ. Geograf lainnya, Al Idris menciptakan peta global dari perak seberat 400 gram. Bahkan para pelajar menyebutnya sebagai pakar kartografi (ilmu tentang peta). Hal ini sebab taraf keakuratan perhitungan luas bumi dan peta nan dibuat Al Idris. Bukan hal nan aneh sebab Al Idris bekerja keras dengan penjelahannya ke berbagai benua dan negara.

Karya Al Idris menjadi pedoman para pelaut Eropa. Hal ini menjadikannya terpilih sebagai pembuat peta pesanan Raja Roger II dari Secilia. Hebatnya! Al Idris menyanggupinya dengan syarat Secilia ditulis sebagai salah satu wilayah nan pernah menjadi kekuasaan umat islam sebelum Raja Roger II. Hasilnya, peta itu dinamakan Kitab Al Rujari (Roger's Book) nan dilengkapi dengan data pegunungan, jalur perdagangan, dataran, bandar utama, dan sungai-sungai.

Jika Barat selama ini berusaha menutup-nutupi jasa ilmuwan muslim, khususnya di bidang geografi. Namun, tak begitu halnya dengan Gustav Le Bon. Dia bahkan secara gamblang mengatakan bahwa penemu kompas ialah ilmuwan muslim bukan orang China.

Adalah Ibn Majid. Seorang pelaut ulung nan mengikuti jejak kakek dan ayahnya mengarungi samudera-samudera di dunia. Ibn Majid ialah keturunan Yaman nan mampu menghasilkan tulisan tentang kelautan dengan detail dan bahasan nan luas.

Karyanya ialah Al Fawaid fi usul ilm al Bahr wa Al Qawaid (Pedoman dasar ilmu kelautan), Hawiyah Al Ikhtisar fi Usul Ilm Al Bihar (Rangkuman Ilmu Kelautan). Kehebatan Ibn Majid terbukti sangat menonjol saat sukses menciptakan kompas dengan 32 arah mata angin. Bahkan, pelaut portugis memujinya denga mengatakan bahwa mereka tak pernah melihat kompas ini sebelumnya.

Berikutnya jika Anda ditanya, kajian apa nan paling menarik bagi tokoh geografi muslim? Boleh jadi jawabannya ialah Astronomi. Benar! Hal ini tak lepas dari banyaknya pakar astronomi muslim.

Mereka antara lain ialah Al Khawarizmi, Al Fazari, Thabit Ibn Qurrah, Al Batani Ibn Abdillah, Abu Hamed Al Ustrulabi, Al Sufi, Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed, Abu Wafa Muhammad Al-Buzjani, Al Majrett'ti Abu al-Qosim, Abu Rayhan Al-Biruni, Ibn Sina, Ibn Yunus, Al-Zarqali (Arzachel), dan masih banyak lagi.

Jasa-jasa mereka nan bisa kita nikmati saat ini, bahkan Barat berutang kepada para tokoh ini, ialah inovasi mereka tentang alhidade , azimuth , almucantar , alamanac , denab , zenit , nadir , dan vega . Inovasi ini bahkan disebut sebagai "Ratu Sains".

Tokoh astronom sekaliber Al Khawarizmi sukses membuat tabel-tabel buat menghitung bulan baru, terbit dan terbenamnya matahari, bulan, planet, dan terjadinya gerhana. Tidak kalah juga, Al Battani memberikan sumbangsihnya dengan perhitungannya nan seksama tentang ukuran 1 tahun.

Al Battani sukses mengukur perjalanan matahari nan dikalkulasikan dalam 1 tahun yaitu 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Perhitungan nan mengkoreksi temuan Ptolomeus.

Lebih mengagumkan, peta nan kita lihat saat ini dengan warna-warna nan mewakili ketinggian suatu tempat, telah diawali pembuatannya oleh Ibn Batuta. Dalam bukunya Al Taqasim Al Maa'rifat Al Aqalim nan diterbitkan 985 M, beliau menuliskan hasil penjelajahan pada hampir semua loka di dunia. Tidak tanggung-tanggung, salah satu tokoh Barat, Kramers, mengakui kejeniusanya. Kramers berujar bahwa Ibn Batuta telah menciptakan ilmu geografi secara total.

Dalam geografi modern saat ini nan membahas wilayah dari segi keruangannya ternyata telah diawali terlebih dahulu oleh tokoh geografi muslim. Adalah Al Yaqubi dalam kitabnya Al Buldan menjelaskan suatu wilayah dari segi nama wilayah dan negaranya, karakter penduduknya dan pemimpin, kondisi topografi, sumber air, pembedaan karakteristik kota dan desa. Konsep geografi seperti lokasi dan diferensiasi saat ini telah digunakan berabad-abad nan lalu oleh Yaqubi.

Kehebatan tokoh Yunani sebagai peletak dasar geografi maupun tokoh geografi muslim nan melakukan penemuan-penemuan nan sangat penting, menjadi cermin bagi kita di abad ini. Tak pelak ini menjadi renungan, mengapa generasi muda kita seolah tak memiliki gairah buat melakukan penemuan, berkarya, menulis buku, dan mendalami ilmu pengetahuan?

Yah, apa pun faktornya, nan niscaya kita mengakui bahwa para pendahulu kita ialah orang-orang nan luar biasa. Akhirnya, jika kita ingin meninggalkan jejak seperti mereka atau setidaknya orang lain, ingat bahwa kita pernah ada, tak ada kata lain kecuali berkarya. Seperti para tokoh geografi masa sebelum kita.