Cara Tembus ke Media Massa
Rubrik sastra di media cetak atau surat kabar harian/koran, sempat menjadi primadona kalangan pakar Sastra, Bahasa, atau mahasiswa jurusan kesusastraan. Namun belakangan, beberapa media cetak tak lagi mencantumkan rubrik sastra sebab dinilai sudah tak lagi populer. Namun beruntung, beberapa media cetak masih memasang rubrik bertemakan sastra ini sekali dalam seminggu.
Rubrik sastra ialah halaman spesifik pada surat kabar atau media massa online nan berisi esai atau opini mengenai kebahasaan nan mengarah pada bahasa ibu, bahasa Indonesia. Ada pul resensi buku atau novel berbahasa Indonesia. Lebih sering rubrik sastra ini berisi karya sastra seperti halnya cerita pendek/cerpen, puisi, novel pendek/novelet, atau novel bersambung.
Sama halnya dengan beberapa rubrik lain seperti rubrik gaya hidup, konsultasi, remaja, atau lain-lain tergantung baku media, rubrik sastra dimunculkan sekali dalam seminggu. Biasanya muncul pada hari Sabtu atau Minggu. Beberapa koran nan konsisten menayangkan halaman spesifik sastra ini ialah Kompas.
Di Harian Kompas, Anda akan banyak menemukan artikel kebahasaan sekira sampai empat halaman. Di sana ada cerpen, puisi, esai kebahasaan atau resensi buku. Di harian nan sama, ada pula halaman spesifik buat anak nan berisi cerpen anak atau resensi buku anak.
Beberapa media cetak lain juga melakukan hal nan sama. Lebih banyak mereka hanya memunculkan cerpen atau puis saja. Surat kabar-surat kabar itu ialah Seputar Indonesia, Jawa Pos, Republika, Koran Tempo, dan lain-lain. Beberapa surat kabar lokal juga mempunyai ajang pemublikasian cerpennya sendiri. Sebut saja Jurnal Bogor atau Lampung Post.
Penting Tidaknya Rubrik Sastra di Media Massa
Media massa, entah itu media cetak dalam hal ini koran atau surat kabar, dan media massa online, memiliki satu fungsi buat menginformasikan suatu warta atau kabar. Di dalamnya juga ada nan berupa opini pribadi atau karya seni seperti karya sastra, ilustrasi, atau fotografi. Maka dari itu begitu banyak rubrik di media massa nan tersedia. Seperti halnya rubrik ekonomi buat membahas global ekonomi, rubrik entertainment buat membahas global selebritas, dan lain-lain.
Adapula beberapa koran nan tak menyediakan halaman spesifik buat sastra dan bahasa Indonesia sebab beberapa faktor. Di antaranya ialah faktor pasar yakni ketika pembaca dalam hal ini masyarakat tak begitu memedulikan bahasa dan sastra nan mereka kenakan. Beberapa harian nan dulu giat menerbitkan halaman spesifik buat sastra pun pada akhirnya gulung tikar.
Dalam artian, tak ada lagi rubrik sastra. Hal ini dilakukan harian terkenal Kota Bandung, Pikiran Rakyat. Jika pun ada, "penayangannya" lebih sering sekali dalam dua minggu. Atau hampir tak pernah.
Rubrik sastra ialah media strategis agar bidang sastra memasyarakat. Dengan adanya rubrik sastra, ide dan event kesastraaan dapat diketahui publik. Misalnya dalam beberapa artikel feature, acara-acara kesenian seperti teater monolog atau nan berhubungan dengan kesenian, dibuat menjadi satu artikel singkat namun utuh berisi apresiasi dan kritik.
Sementara buat orang berlatar akademik sastra, dalam hal ini dosen atau mahasiswa Sastra khususnya, menjadikan rubrik sastra sebagai tolak ukur kualitas karya mereka. Contohnya dengan adanya sastra koran. Atau sebutan buat karya-karya sastra nan dimuat di koran seperti cerpen atau puisi.
Biasanya karya nan dimuat ialah karya nan ditulis oleh seorang profesional atau nan punya jam terbang tinggi. Misalnya cerpenis di harian Kompas, datang dari penulis nan berpengalaman. Karya-karya mereka pun sebelumnya sudah dimuat di berbagai media cetak. Namun meski demikian, penulis pemula nan sering mengirimkan karya biasanya akan mendapat perhatian editor.
Bukan dengan agunan karya tersebut akan dimuat. Sebab, editor tentulah akan memberikan evaluasi objektif. Jika karya tersebut memang tak layak muat, maka karya tersebut akan bertengger di "tempat sampah". Paling tak dengan menjadi produktif, maka ekspresi akan lebih terasah.
Dan biasanya, suatu koran akan mengabarkan kalau karya cerpen/puisi nan kita kirim, tak layak muat.
Namun, lebih sering kita menunggu tanpa diberikan jawaban. Biasanya jika dalam waktu tiga bulan karya kita tak dimuat, sudah bisa dipastikan kalau karya kita memang tak lolos seleksi.
Faktor apa saja nan membuat sebuah karya sastra ditolak oleh redaktur rubrik sastra?
-
Kualitas dianggap jelek atau di bawah baku keindahan dan kualitatif. Standarnya sendiri tentu dibuat oleh redaktur nan bersangkutan dan memiliki srandar estetik nan bhineka pula. Kompas lebih mengacu pada kedalaman tema lokal, Republika mengemban misi moderat dan longgar dan terkadang Islami. Sementara Koran Tempo misalnya, lebih mengedepankan keindahan gaya bahasa.
-
Karya sastra nan Anda kirimkan tak memenuhi persyaratan teknis nan dikehendaki Misalnya cerpen Anda terlalu panjang atau terlalu pendek. Atau tipografi (tata letak) puisi Anda terlalu dominan atau terlalu minimalis. Rata-rata cerpen nan dikehendaki redaktur ialah cerpen dengan 10 ribu karakter dan puisi dengan tipografi konvensional 2 - 4 bait per judul dengan 2 - 6 baris per bait.
-
Yang paling sering terjadi ialah ketidaksesuaian tema. Misalnya, Anda tak dapat mengirim cerpen anak pada surat kabar nasional buat orang dewasa. Adapula nan menyangkut ideologi konten dalam karya sastra nan tidak boleh menyinggung visi dan misi surat kabar nan kita tuju. Misalnya kita mengirim cerpen nan mengkritisi secara radikal terhadap ajaran Islam. Kemudian, cerpen tersebut dikirimkan ke majalah Islam. Tentu Anda akan mendapatkan penolakan.
Ciri Khas Media Massa
Tiap media massa atau surat kabar memiliki keyakninan eksklusif atau ideologi nan diamini secara komunal. Artinya, kita sebagai penulis atau calon penulis harus tahu betul apa nan sebenarnya diinginka media massa bersangkutan. Ada media massa nan "konvensional" dan "terbatas/membatasi" pada karya tertentu.
Adapula media massa nan liberal dan memosisikan karya sastra sama halnya dengan aspek kehidupan lain nan tidak perlu "ditutup-tutupi". Liberalisasi ini ditunjukkan baik secara terang-terangan maupun tersembunyi demi mengungkapkan nilai-nilai sejati sastra.
Kemudian nan terjadi adalah, disparitas sikap antarmdia dalam mendekati berbagai persoalan dalam beberapa bidang tertentu, termasuk bidang sastra. K ompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia tampak memiliki paham ideologi liberal. Meski dalam hal meloloskan cerpen, tampaknya Kompas "sukar ditembus" alias seperti "hanya orang eksklusif nan bisa".
Sementara Republika misalnya, telah mengganti posisinya sebagai koran partisipan menjadi koran umum. Visi keislaman dalam Republika mengental sehingga format atau konsep tulisan mengarah pada hal-hal nan berbau Islami dengan elegan.
Dalam arti, memiliki napas kritis-apresiatif. Artinya tak seradikal kelompok nan mengatasnamakan ormas Islam dalam menyikapi sesuatu. Untuk itulah di beberapa pembahasan sosial terhadap kenyataan Inul misalnya, atau fiksi "sastrawangi" nan sempat menghebohkan ala Ayu Utami atau Dinar Rahayu, Republika memilih jalan memberikan tanggapan kritis namun tetap apresiatif.
Cara Tembus ke Media Massa
-
Ketahui karakter rubrik sastra nan bersangkutan. Pahami juga segi teknis seperti anggaran pengiriman naskah melalui jumlah halaman dan karakter. Republika misalnya, buat cerpen, Anda harus membuat cerpen dengan 8-10 ribu karakter.
Suara Pembaruan dan Kompas biasanya membutuhkan naskah cerpen atau esei 10-13 ribu karakter. Namun supaya "aman", Anda dapat meng-copy cerpen dari koran bersangkutan via web. Copy-Pastekan pada Ms. Word. Atur huruf dan spasi menjadi normal. Anda pun dapat mengetahui berapa halaman Anda harus membuat cerpen.
-
Pahami nilai estetik koran bersangkutan. Koran Tempo misalnya, menyukai cerpen-cerpen nan puitis. Penuturannya pun amat estetis. Media Indonesia lebih menyukai cerpen-cerpen eksperimental. Sementara Republika dan Jawa Pos menyukai cerpen konvensional maupun eksperimental.
-
Paham kesamaan tematik media massa nan bersangkutan. Kompas lebih menyukai tema-tema sosial dan semangat "pembebasan". Suara Pembaruan menyukai tema nan berhubungan dengan "wong cilik" dan kepincangan sosial. Sementara Republika membuka ruang terhadap tema apa pun selama pendekatan dilakukan secara Islami.
-
Kirimkan tidak hanya pada satu media. Tentu satu cerpen berarti harus dikirimkan pada satu media cetak. Jangan pernah mengirimkan satu karya nan sama sebab jika karya Anda dimuat kedua media cetak, secara tak langsung Anda sudah mencemarkan nama baik koran nan bersangkutan. JIka karya Anda ditolak, kirimkan lagi ke media massa lain. Yang krusial jangan pernah berhenti menulis.
-
Jangan terlalu banyak bertanya lewat telepon atau e-mail pada redaktur agar karya Anda dimuat. Ini dapat membuat redaktur Anda merasa malas pada Anda.
-
Buat paragraf pertama dengan kalimat nan bagus dan terkonsep. Sebab seorang redaktur dapat membuang karya Anda begitu saja hanya dari paragraf pertama, bahkan hanya dari judul.
-
Jangan gampang menyerah. Jika tak dimuat, terus membuat cerpen dan kirimkan lagi sampai dimuat. Dari seratus karya nan Anda kirim, pastilah ada satu karya nan layak muat. Redaktur kemudian akan mengenal diri Anda dari tulisan Anda. Dan lebih banyak pengarang nan berusaha keras sebelum akhirnya mereka menjadi terkenal dan masuk rubrik sastra.