Skinhead dalam Film Popular
Saat ini di keseharian niscaya sering menyaksikan sekelompok anak-anak muda di jalanan nan mempunyai penampilan “di luar kebiasaan”. Potongan rambut ” njegrak ” dengan rona mencolok, kaus hitam dan jeans ketat nan lusuh, hampir seluruh tubuhnya dipenuhi aksesoris dan sepatu boots.
Kadang banyak di antara masyarakat nan mencemooh kebaradaan mereka, nan memang seringkali berbuat di luar kewajaran menurut pikiran orang 'biasa'. Mereka seringkali terlibat tawuran nan mematikan dan hal-hal ” nyleneh ”. Mereka menyebut diri sebagai anak punk. Adakah keluarga atau anak-anak Anda sendiri nan menjadi bagian dari mereka?
Tak kenal maka tidak sayang, mungkin itulah hal perlu dilakukan saat ini. Mengenal mereka dan mau tahu sedikit tentang siapa mereka. Setelah itu ialah hak Anda buat bersikap bijak atas keberadaannya.
Sejarah Munculnya Punk Skinheads
Skinheads muncul di Inggris pada pertengahan sampai akhir tahun 60-an. Mereka lahir dari anak-anak muda kelas pekerja nan memiliki sebuah budaya kasar dan brutal. Mereka memotong rambut menjadi cepak atau bahkan botak dan menentukan fashion khas nan menurut mereka dianggap efisien dan cocok ketika mereka tawuran di jalanan.
Akhirnya mereka menamakan diri dengan skinheads nan kemudian berseberangan dengan kelompok anak muda nan berpenampilan rapi (disebut Mods ).
Skinheads seringkali muncul di lapangan sepak bola dan mensupport tim kebanggaan mereka. Support dan kebanggaan nan fanatik inilah nan memicu konfrontasi dengan suporter pihak lawan. Skinheads tidak lain ialah hooligan (bonek) beringas Inggris dan mereka nan mengawali ”legenda kerusuhan sepak bola”.
Kegiatan malam hari Skinheads ialah nongkrong di klab-klab kecil daerah East End London dengan baju terbaik mereka. Berdansa dengan musik nan dibawa oleh imigran Jamaika, mulai dari ska, soul, bluebeat, blues Jamaika dan juga rocksteady. Mereka mabuk dan bercanda dengan sesamanya serta imigran Jamaika.
Mereka ini seringkali disebut sebagai Rudies (Rude Boy/Girl). Penggunaan kata rude di Jamaika berarti liar, kejam dan tak peduli akan segala akibatnya. Setelah hampir 40 tahun dengan segala perkembangannya, kelompok ini sudah menyebar ke seluruh global termasuk Indonesia sejak era 80-90an.
Idealisme dan Jalan Hayati Punk Skinheads
Do It Yourself itulah prinsip kelompok ini. Kandungan kalimat itu ialah paham Anarki, sebab menurut mereka anarki ialah suatu paham ideal nan hampir semuanya terkait tentang pemberontakan menuju persamaan (derajat, jenis kelamin), kemanusiaan, feminisme nan menghormati segala bentuk kehidupan ini.
Punk ialah kelompok nan menentang multi-nasionalisme dimana orang suka mengeksploitasi sesuatu, polusi dan penderitaan sesamanya. Punk berfikir sebagai gerakan perubahan sosial nan berjuang hanya buat kehidupan nan merdeka, selaras dan buat sebuah alternatif gaya hidup, merdeka, tanpa negara, tanpa bendera, tanpa panji-panji dan tanpa batas.
Mereka menyatakan diri sebagai kemarahan nan lahir dari kehidupan sekitar nan penuh pandangan seksisme (pengistimewaan /pelecehan terhadap jenis kelamin tertentu), rasialisme, penindasan, kelaparan, penderitaan, kapitalisme dan perusakan lingkungan hayati nan tak pernah dibicarakan oleh media dan orang-orang kebanyakan.
Skinhead dalam Film Popular
Penggambaran Skinhead secara popular diperlihatkan dalam sebuah film Amerika nan berjudul “American History X” film itu sendiri sarat dengan masalah rasial nan memang menjadi tema primer di dalam film tersebut. Tema kekerasan rasial nan diangkat dalam film ini secara khusus disajikan dalam selubung pandangan Punk Skinhead. Film ini bukan jenis film Box Office nan meraih perhatian banyak orang, , tetapi film ini bisa dikatakan signifikan memberikan pelukisan nan cukup utuh mengenai kaum Skinhead Neo Nazi, modus operandi, bentuk kegiatan, klasifikasi dan struktur organisasinya.
Film ini bisa menjadi salah satu data buat surat keterangan mengenai Skinhead Neo Nazi dan pergerakannya. Di Indonesia sendiri film ini, menjadi buah bibir par remaja Indonesia, tertutama bagi mereka nan terbiasa hayati dalam lingkungan ‘underground’, menjadi salah satu acuan buat memberontak, bahkan akar kekerasan dalam suporter sepak bola di mulai semenjak maraknya kalimat ‘lets kick out racism out of football’ tertera dalam setiap games permainan sepak bola, tersaji sebelum pertandingan riil sepak bola, menjadikan khalayak menyadari keberadaan rasisme lebih jauh dari sekedar pandangan SARA (Suku, Ras, Agama, Antargolongan) semata. Rasisme lebih kompleks, tak sekedar disparitas rona kulit dan bahasa, melainkan menjadi sebuah ekses sosial nan berkepanjangan. Menyikapi rasisme ialah memperkenalkan kekerasan gaya baru, sebab simbol-simbol nan tumbuh dari rasisme modern ini dipakai tak lagi berakar pada ideologi loka asalnya. Melainkan mengalami masa simulakra (jadi imitasi, tercerai dari tujuan asal), rasisme telah menjadi gaya hidup).
Rasisme, bagi sebagian anak muda merupakan watak nan digandrungi, dan semua in iberawal dari penggambaran film. Mereka nan mencoba identik dengan skinhead selalu menyisipkan cerita tentang betapa ‘kerennya’ film “American History X”, sebab merasa terwakili darah mudanya akan gagasan tentang kekerasan massal atas nama ‘rasisme’ gaya baru.
Film hollywood ini tak menjadi buah bibir umum. Tidak mendapatkan Oskar, walau pemerannya Edward Norton merupakan pemain muda nominator Oskar dalam film “Primal Fear”, nan bintangnya masih terang dalam beberapa dasawarsa ke depan. Namun film ini mendapatkan perhatian lebih dari para kritikus film, nan memang awalnya hanya ingin mengomentari penampilan Edward Norton. Namun rating film ini di mata para netter lebih tinggi dibanding film 90-an dengan bujet tinggi seperti “Independence Days”, “Titanic”, bahkan film baru nan menyedot kontroversi tak perlu seperti “2012”, IMDB menempatkannya pada posisi 37 dari 200 film terbaik sepanjang masa Dan film ini lebih baik satu taraf dibandingkan film peraih puluhan Oskar “Forrest Gump”. Ini artinya ideologi Skinhead telah di akui keberadaannya di masyarakat luas.
Gaya Hayati atau ideologi
Punk Skinheads juga menyatakan diri sebagai gaya hidup, memperjuangkan idealisme nan mereka yakini, mencari pelarian, menikmati alkohol dan musik nan fun.
Perlu diperhatikan ialah landasan konduite kelompok ini, yaitu:
- Rebeis with a Cause (skinheads identik dengan violence, fight dan pemberontakan)
- Bovver / Aggro (skins identik dengan ”jika kata-kata tak dapat menyelesaikan maka kepalan tangan dan boot nan bicara”)
- Get a Life (skins harus berkeyakinan kuat, optimis pada nan dilakukan dan inginkan, berjuang buat bertahan hayati dan dinamis)
- Crucilied Skins (tindakan mentato tubuh dengan lambang crucilied skins sebagai tanda keberhasilan menjadi skinheads selama 3-5 tahun dan telah berjuang mati-matian menghadapi hayati nan banyak tantangan, agresi dan cemoohan)
Rudies mendukung sejarah, cita-cita, penampilan dan nilai-nilai kultur orisinil skinheads serta menyesuaikan dengan lingkungan kebudayaan dan nasionalisme negara loka mereka berada.
Skinheads is all about pride for your country, pride for your town and pride for yourself. Skinheads is all about have a fight, listening to good music, going to football matches, drinking and have some fun and laugh.
Demikian sedikit pengetahuan tentang siapa sekelompok anak muda nyentrik nan seringkali di jumpai. Itu jalan hayati nan mereka pilih dengan idealisme nan digenggam kuat.
Terlepas apakah itu pilihan salah atau benar, semua kembali pada Anda buat bijak bersahaja memahami keberadaan mereka. Jika itu sebuah pilihan salah menurut Anda, tentunya bukan hanya cemoohan nan dapat dilontarkan pada kelompok punk ini, tetapi apa nan dapat dilakukan buat mereka.
Juga tak dapat disalahkan ketika mereka berpikir bahwa pilihan mereka itu benar. Bersama marilah kita menengok kedalaman hati masing-masing buat memandang segalanya dengan jernih.
Sekelumit Sejarah Punk Rock
Sejarah punk? Mungkin nan langsung terlintas di dalam benak kita ialah soal dandanan nan asal-asalan, rambut jingkrak ala landak, piercing , dan tato di mana-mana, juga hentakan musik keras nan memekakan telinga. Punk memang identik dengan semua itu.
Sebenarnya, jika berbicara soal punk, definisinya sangat rumit. Punk dapat berupa gaya hidup, gerakan, budaya, ideologi, dan jenis genre musik. Punk dapat berarti ideologi nan hayati di ranah politik dan sosial. Punk dapat berarti gerakan subkultural nan dilahirkan di London.
Punk pun dapat berarti sebuah aliran musik. Nah, nan akan dibahas di sini bukan soal gaya hayati ala punk, tapi tentang musiknya nan khas dengan sayatan gitar, dentuman drum, dan vokalis nan terkadang tidak jelas bernyanyi.
Bicara soal punk rock, bagi sebagian orang mungkin terasa mengganggu telinga di saat mendengar musiknya. Tapi, bagi penikmatnya, gaya bermusik ala punk rock itu menyenangkan.
Dalam sebuah grup musik punk rock, biasanya terdiri dari satu drum nan memiliki satu snare drum, satu tom-tom, satu floor tom, satu bass drum, hi-hats, satu atau dua simbal, dan satu ride simbal; satu atau dua gitar elektrik; satu bass elektrik, dan vokal. Lalu, bagaimana sejarah punk rock ini?
Sejarah Punk Rock: Hentakan Keras dari Inggris
Sulit buat menelusuri secara niscaya kapan dan di mana sejarah punk rock muncul pertama kali. Namun, beberapa informasi mengarah ke Inggris, tahun 1970-an. Saat itu, sebuah grup musik Inggris melakukan pertunjukan dengan dihadiri gerombolan anak muda nan dandanannya “nyeleneh”. Band nan juga kerap memainkan musik berisik dan terkesan asal-asalan, dengan dandanan semaunya itu ialah Sex Pistols.
Band nan beranggotakan Johnny Rotten (vocal), Steve Jones (gitar), Glen Matlock (bass), Paul Cook (drum), dan Sid Vicious (bass) ini memainkan pertunjukan pertamanya di St. Martin’s School of Art di London pada 1975, dan melanjutkan berpentas di sekolah dan kampus-kampus. Musik dan liriknya memiliki gambaran nan vulgar dan penuh kritik sosial.
Punk rock menitikberatkan pada peluapan curahan hati dan energi, bukan pada teknik bermusik. Oleh sebab itu, banyak musisi punk rock nan tidak terlalu jago bermain musik. Misalkan saja Sid Vicious, bass Sex Pistols. Ia tak mahir bermain bass, namun ia tidak lantas diremehkan. Banyak penggemar punk rock malah mengidolakannya.
Kondisi perekonomian dan banyaknya pengangguran di Inggris pada 1970-an, turut membangkitkan gerakan punk. Kebencian, kemarahan, kekecewaan, tidak puas hati, dan sifat-sifat memberontak ini kemudian mereka masukan ke dalam bentuk musik dan fashion. Dalam termin ini, lahirlah punk rock.
Di Inggris, punk rock diterima secara luas. Namun, tak di Amerika Serikat. Di sana penerimaan tidak "seramah" di Inggris. Di Amerika, band-band punk rock macam The Ramones dianggap terlalu ekstrem. Jika ditelisik, memang sebenarnya sejarah punk rock ini berasal dari Amerika. Ini di awali serbuan grup musik dari Inggris pada awal tahun 1960-an, seperti The Beatles.
Melihat perluasan grup musik asal Inggris ini, anak-anak muda di Amerika sadar kalau mereka pun dapat bermain musik dan dapat berdikari dalam bermusik. Akhirnya, mereka mendirikan studio kecil di garasi rumah mereka. Anak-anak muda, nan mayoritas masih sekolah itu, bermain musik tak terlalu mahir. Maka, musik-musik nan dihasilkan pun terlihat simpel dengan karakteristik keras dan mengobarkan semangat.
Banyak orang menyebut genre musik mereka dengan istilah garage rock. Di sini, rona musik punk rock muncul dan berkembang. Rona musik punk rock era awal ini sebenarnya mirip dengan rock 'N roll. Namun, kesan kerasnya lebih menonjol. Nah, sejarah punk rock menemukan bentuknya pada 1970-an awal. Di masa ini, kesan pemberontak, aksi anjung nan serba tidak karuan, dan dandanan nan “semau gue” mulai terlihat jelas.
Karena mencirikan sebagai musik perlawanan, punk rock terasa pas dengan kondisi perekonomian di Inggris nan saat itu sedang buruk. Para anak muda nan kecewa dengan sistem ekonomi dan sosial Inggris nan dianggap menindas, mengekspresikan dirinya lewat gaya hidup, pakaian, dan tentu saja musik. Sex Pistols, nan dianggap “nenek moyangnya” band punk rock, sendiri banyak menyindir kerajaan dalam lirik-lirik lagunya, seperti God Save The Queen.
Judul lagu ini mirip lagu kebangsaan Inggris, tetapi sebenarnya isinya soal insinuasi terhadap sistem monarki Inggris nan dipimpin ratu. Sistem monarki dianggap menindas. Itulah sebabnya, mengapa Sex Pistols dan musik punk rock Inggris dianggap sebagai pencetus sejarah punk rock dunia.
Musik punk rock lebih terdengar sebagai demonstrasi. Mereka tidak pernah memainkan nada-nada berteknik tinggi, dan lagu melankolis tentang percintaan. Lirik-liriknya disusupi unsur rasa kemarahan, frustasi, kekecewaan, kejenuhan, protes sosial, dan kritik terhadap penguasa. Sex Pistols merupakan salah satu band punk rock nan berhasil memasukkan unsur itu. Tidak heran, bersama The Clash, Sex Pistols dianggap mewakili jeritan hati kaum muda saat itu. Dari mereka, lalu bermunculan band-band punk rock masa kini, seperti Green Day, Blink 182 nan sudah bubar, The Offspring, Sum 41, dan lain-lain.
Sejarah Punk Rock di Indonesia
Menyoal sejarah punk rock di Indonesia, sepertinya sulit buat ditelusuri. Namun, kemungkinan sejarah punk rock ini diawali dengan masuknya musik bergenre grunge, seperti Nirvana, dan dirilisnya album Kiss This milik Sex Pistols pada 1992.
Pada masa awal ini, di Jakarta muncul Pestol Aer dari komunitas Young Offender nan sering memainkan lagu-lagu miliki Sex Pistols, lengkap dengan busananya nan berciri punk, seperti rambut mohawk. Pestol Aer benar-benar mencerminkan pola piker kaum punk, dengan musik nan menghentak, aksi anjung nan slengean, dan lirik lagu nan sinis.
Pestol Aer juga tidak dapat dibilang sebagai band punk rock pertama di Indonesia, sebab pada 1989 ada Antiseptic nan kerap memainkan lagu-lagu milik Black Flag, The Misfits, dan Sex Pistols. Ada pula The Idiots nan muncul di awal 1990 di Jakarta, dan sering memainkan lagu-lagu The Exploited.
Mungkin, awal 1990-an menjadi masa suburnya musik punk rock di Indonesia. Pada 1990-an ini komunitas punk pun banyak berdiri di Jakarta. Jika disebutkan, ada komunitas South Sex di Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M, dan SID Gank di Rawamangun.
Konon, malah di Bandung, sejarah punk rock sudah ada sejak tahun 1980-an. Namun, baru sedikit orang saja nan meminati. Mereka, dahulu, kerap berkerumun di area belakang Bandung Latif Plasa (BIP). Pada 1990-1994, punk di Bandung mengalami perkembang, dan memunculkan berbagai komunitas. Lalu, pada 1996, komunitas punk berkembang pesat. Sebuah label bernama Riotic Records didirikan sebagai wadah bagi band-band punk rock nan ingin unjuk gigi.
Di kota-kota besar lainnya, seperti Malang, Yogyakarta, Surabaya, dan sebagainya, punk rock berkembang juga. Di sana, pada 1990-an pun muncul berbagai komunitas, distro, label indie, dan band bergenre punk rock.
Saat ini, kita mengenal Netral dan Superman Is Dead, sebagai band punk rock nan menasional. Bahkan, Superman Is Dead nan terbentuk di Bali pada 1995 dan sudah mengeluarkan banyak album, dapat bergaung di global internasional dengan musik punk rock-nya.
Pada perkembangannya, punk rock bermutasi menjadi beberapa aliran lagi. Punk rock nan berkembang di Inggris pada 1970-an berciri rona musik rock n roll nan masih kental, ada melodi, dan berbusana jaket kulit, sepatu boots, serta rambut jabrik.
Lalu, muncul street punk nan berdistorsi kasar, beat cepat, lirik vulgar, busana berjaket kulit, aksesoris paku, celana jeans ketat, rambut jabrik, boots. Kemudian ada skinhead nan punya karakteristik sepatu boots dan lirik nan menyuarakan kaum minoritas. Selain itu, ada pula nazi skinheads, anarcho punk, crust punk, glam punk, the oi, dan lain-lain.
Sejarah punk rock mengajarkan kita, bahwa dalam bermusik bukan estetika harmonisasi dan ketampanan paras saja nan penting. Lirik lagu nan menggugah, semangat perlawanan terhadap ketidakadilan, dan protes sosial, juga kemandirian itu juga penting.
Sebagai sebuah seni, punk rock menghadirkan itu semua ke dalam musiknya nan simpel dan beringas. Nah, di masanya latah-latahan boy band dan girl band sekarang ini, apakah punk rock masih bergigi?