Kisah Kasih Mama nan Menyentuh
Cinta buat mama ialah cinta nan suci, yaitu rasa menyayangi dan menghormati nan sangat tulus, sebab mama ialah orang nan melahirkan kita. Cinta mama ialah cinta nan tak lekang oleh waktu.
Pepatah mengatakan: "cinta anak sepanjang galah, cinta ibu sepanjang jalan". Maksud dari peribahasa itu ialah betapa mama sangat mencintai anaknya hingga kapan pun dan cinta mama tak berujung. Mama tetap mencintai anaknya walau bagaimana pun keadaan anak tersebut. Sementara cinta anak pada mamanya hanyalah sepanjang galah, atau dengan kata lain, si anak sering melawan dan membantah kepada mamanya.
Cinta mama ialah naluri, yaitu cinta nan benar-benar terpatri dalam hati. Cinta nan seperti ini ialah menerima apapun nan dilakukan orang nan kita cintai dengan rasa tulus dan lapang dada. Ketika anak sering menyakiti seorang mama, sang mama tak akan berkurang rasa sayangnya kepada anaknya, malahan semakin bertambah.
Mama ialah pahlawan bagi kita. Pahlawan tanpa tanda jasa. Semenjak dalam kandungan, mama sudah berkorban demi hayati kita. Selama Sembilan bulan mama harus membawa kita ke mana-mana sebab kita berada dalam kandungannya. Lalu ketika kita lahir, mamalah nan akan merawat kita, menyusui kita, memandikan kita, mengganti popok kita, dan lain sebagainya. Betapa sangat banyak jasa mama kepada anaknya.
Membalas Cinta Mama
Sebagai seorang anak, hendaknya kita menghormati kedua orang tua kita, terutama mama kita. Mama lebih besar pengorbanannya kepada kita melebihi siapa pun di global ini. Oleh karena itu, kita harus mencintai mama kita agar mama kita tak merasa menyesal sebab pernah melahirkan dan membesarkan kita.
Cara Kita mencintai Mama
Mencintai mama ialah hal nan sebenarnya mudah, tetapi sangat sulit buat dipraktikkan. Hal itu terjadi sebab sebagai anak, kita sering sekali membangkang perintahnya.
Mencintai mama dalam hal nan paling sederhana dapat dilakukan dengan cara mengikuti apa nan diperintahkannya dan mencegah apa nan dilarangnya. Itulah satu hal sederhana buat mencintai mama kita. Akan tetapi, hal tersebut teraasa sangat susah kita lakukan.
Ketika mama kita menyuruh kita buat membantu apa nan dikerjakannya, hendaknya kita menurut dan melakukan apa nan diperintahkan mama kita. Jika mama kita melarang kita buat tak bermain ke luar rumah, hendaknya kita menurut, barangkali mama risi akan terjadi sesuatu jika kita ke luar rumah. Itu sebab insting seorang mama sangat besar.
Selain itu, hendaknya kita mendengarkan nasihat-nasihat mama kita, lalu kita menjalankan nasihat tersebut. Nasihat-nasihat mama tentu saja ialah hal nan sangat baik apabila kita lakukan. Itulah cara sederhana buat mencintai mama kita. Cintailah mama kita sebagaimana ia mencintai kita sewaktu kita masih kecil.
Kisah Kasih Mama nan Menyentuh
Tidak semua orang mampu menghargai dan menhormati mamanya. Tidak sporadis juga orang menyakiti hati mamanya. Cinta buat mama dari seorang anak seolah-olah barang nan mahal, sementara cinta mama buat anak-anaknya tak pernah habis. Kisah berikut ini dapat kita jadikan sebagai tolak ukur seberapa besar cinta buat mama nan dapat kita berikan.
1. Mata dari Ibu
Ibuku hanya punya 1 mata, saya sangat membencinya. Dia memalukan bagi aku. Dia bekerja sebagai juru masak di SMP loka saya sekolah buat biaya hayati kami. Hari itu dia datang ke kelas dan menyapaku. Aku sangat malu, lalu mengacuhkannya dan berlari pergi.
Keesokan harinya, teman-teman mengejekku, ingin rasanya saya menghilang. Saat pulang, saya berteriak kepadanya, "Kalau kau hanya ingin membuatku jadi bahan tertawaan, kenapa kau tak wafat saja?!" Aku benar-benar marah saat itu.
Aku bertekad keluar dari rumah itu dan tak berhubungan dengan dia sama sekali. Jadi, saya belajar dengan semangat dan akhirnya mendapatkan beasiswa belajar di Singapura. Kemudian saya menikah, memiliki anak, dan senang dengan kehidupanku.
Sampai pada suatu hari, Ibuku datang ke Singapura buat menjengukku. Saat tiba di depan pintu, anak-anakku melihatnya dan ketakutan. Saat itu juga saya berteriak, "Beraninya kau datang ke rumahku, pergi dari sini, kau hanya menakuti anak-anakku!!"
Dia terkejut dan menjawab, "Maafkan saya, mungkin aku salah alamat."
Setahun kemudian, datanglah undangan reuni SMP dahulu. Aku hadir. Setelah itu, saya sempat melihat 1 rumah dimana saya pernah tinggal disana. Aku hanya ingin tahu keadaan rumahku dulu. Kata seorang tetangga Ibuku, Ibuku sudah meninggal dunia, saya tak meneteskan air mata.
Dan tetanggaku memberikan surat yg Ibuku ingin saya membacanya.
"Anakku tercinta, saya memikirkanmu setiap saat dan setiap waktu, maafkan ibumu saat datang ke Singapura dan menakuti anak-anakmu dan juga maafkan saya membuatmu malu di depan teman-temanmu dulu. Semoga kamu mengerti. Waktu kecil kamu mengalami kecelakaan dan kehilangan 1 mata. Sebagai Ibu, saya tak sanggup melihatmu tumbuh dengan 1 mata, jadi saya memberikan milikku untukmu. Aku senang sebab anakku akan memperlihatkan seluruh global untukku dengan mata itu.
***
2. Maafkan Aku Ibu
Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya.
Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.
Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tak membawa uang.
Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan.
Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tak mempunyai uang.
Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?"
" Ya, tetapi, Aku tak membawa uang", jawab Ana dengan malu-malu
"Tidak apa-apa, Aku akan mentraktirmu", jawab si pemilik kedai. "Silahkan duduk, Aku akan memasakkan bakmi untukmu".
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.
Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.
"Ada apa nona?", tanya si pemilik kedai.
"Tidak apa-apa, Aku hanya terharu", jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.
"Bahkan, seorang nan baru kukenal pun memberi Aku semangkuk bakmi !, tetapi,..ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah"
"Kau, seorang nan baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri" katanya kepada pemilik kedai
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata
"Nona mengapa Kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, Aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan Kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat Kau kecil sampai saat ini, mengapa Kau tak berterima kasih kepadanya? Dan Kau malah bertengkar dengannya"
Ana, terhenyak mendengar hal tersebut.
"Mengapa Aku tak berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk bakmi dari orang nan baru kukenal, Aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku nan memasak untukku selama bertahun-tahun, Aku bahkan tak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya sebab persoalan sepele, Aku bertengkar dengannya.
Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya buat segera pulang ke rumahnya.
Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata nan harus diucapkan kepada ibunya.
Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan paras letih dan cemas.
Ketika berjumpa dengan Ana, kalimat pertama nan keluar dari mulutnya ialah "Ana Kau sudah pulang, cepat masuklah, Aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum Kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika Kau tak memakannya sekarang"
Pada saat itu Ana tak bisa menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.
Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain disekitar kita buat suatu pertolongan kecil nan diberikan kepada kita.
Tetapi kepada orang nan sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hayati kita.
***
3. Untukmu Ibu
Tangannya menengadah. Tremor kuat sehingga orang-orang menyangkanya ia menderita ayan. Dalam terik dan hujan, ia tetap menengadah. Menanti orang lain nan berbelas kasih buat memberinya uang, walaupun hanya seratus rupiah saja.
Ia sering diusir satpam. Menganggu pemandangan para nasabah, katanya. Ah.. apa hubungannya para nasabah dengan perempuan itu? Toh perempuan itu tak masuk ke dalam bank! Kadang ia didorong, kadang ia ditendang. Enak rasanya bagi orang nan digaji satu juta setiap bulan buat tak memikirkan apakah hari ini ia akan makan atau tidak.
Langit mulai gelap disertai rintik-rintik air nan diturunkan dari langit. Aku datangi perempuan itu kemudian mengangkatnya dan membantunya berjalan menuju loka nan kondusif dari hujan.
"Berapa penghasilan hari ini, Nak?"
"Sedikit, Bu."
"Ibu juga hanya sedikit. Malam ini kita tak dapat makan nasi. Maafin ibu ya?"
Dengan tangannya nan bergetar, Ibu membelai lembut pipiku.
"Jangan meminta maaf, Bu.." Aku tersenyum.
"Aku punya sesuatu untuk ibu dari hasil tabunganku selama satu tahun."
Aku membuka kantung plastikku. Ku ambil sehelai kain putih higienis tanpa noda nan ku beli dari obralan murah di pasar baru.
"Kerudung ibu sudah rusak. Aku belikan nan baru.."
Ibu tertegun melihat kain ditanganku, seolah-olah ia melihat benda nan paling mewah seumur hidupnya.
"Alhamdulillah..", bisiknya sambil meneteskan air mata.
Aku tak takut miskin, saya tak takut diusir, saya tak takut tak makan, saya tak takut dibunuh oleh partikelir pasar, saya tak takut dirazia oleh polisi, saya tak takut apapun. Satu-satunya nan paling saya takutkan ialah melihat ibu menangis.
Kucium tangannya.
"Selamat hari ibu.."
Pejuang cantik dari surga itu memelukku erat dalam dinginnya hujan nan pekat.
***