TMC Polda Metro Jaya
Komdak ... Komdak ... Komdak .... Terdengar teriakan kernet bus di Jakarta meneriakkan jurusan atau lokasi nan dilewati oleh bus tersebut. Di manakah Komdak itu sebenarnya? Bahkan, gerbang tol pun menggunakan predikat Komdak buat menunjuk lokasi nan dekat dengan Polda Metro Jaya . Memang, kendati nama Komdak sudah lama diganti menjadi Polda Metro Jaya, namun nama Komdak nan lebih singkat dan enak disebut lebih familiar bagi warga Jakarta dan sekitarnya nan kerap melewati lokasi Polda Metro Jaya di sapta Sudirman tersebut.
Lokasinya sangat strategis, halte nan bertempat di Jalan Gatot Subroto nan berseberangan dengan halte Plaza Semanggi pun kerap disebut sebagai halte Komdak. Namun, alamat Polda Metro Jaya nan sesungguhnya ialah Jalan Sudirman No. 55.
Kini, Polda Metro Jaya pun semakin beken dengan kehadiran para polisi-polisi TMC atau Traffic Management Center nan sering tampil di televisi memberi informasi kondisi jalanan. Lucunya, fungsi Traffic Management Center Polda Metro Jaya itu hanya memberi informasi kondisi jalanan sehingga tidak pantas rasanya menyandang kata Management pada predikat nama unit tersebut. Biarlah nanti mengenai hal itu akan dibahas lebih rinci pada ulasan TMC Polda Metro Jaya.
Sekarang ini, kepolisian memang sedang naik daun bukan sebab kinerjanya nan semakin baik. Namun lebih sebab kejumawaannya memajang tampang polisi nan syahdan dibilang cantik dan tampan. Mungkin juga niat Polda Metro Jaya ingin menggantikan majalah remaja nan dahulu biasa mempublikasikan paras berparas ayu dan tampan rupawan guna menunjang karier mereka di global model.
Sebenarnya, apa saja sih layanan nan disediakan Polda Metro Jaya bagi masyarakat? Berikut ini ulasan sebagian nan akrab dengan kebutuhan kita sehari-hari. Namun sebelumnya, kita simak terlebih dahulu asal-usul nama Polda Metro Jaya ini.
Metamorfosa Nama Polda Metro Jaya
Ketika masa penjajahan Belanda dulu, nama Polda Metro Jaya ialah Hoofbureau Van Politie . Kemudian, ketika Jepang masuk dan mengambil alih kekuasaan, namanya pun diubah menjadi Jakarta Tokubestsu Shi Kaisatsu Sh o. Ketika Indonesia merdeka, Polisi Republik mengambil alih Jakarta Tokubestsu Shi Kaisatsu Sho tersebut. Namanya pun masih mengalami beberapa perubahan, tak lantas semerta-merta menjadi Polda Metro Jaya.
Pertama kali dalam pemerintahan Indonesia, nama Polda Metro Jaya awalnya ialah Kantor Besar Polisi Jakarta. Belanda pun kembali masuk ke Indonesia, dan menancapkan kuku di bumi nusantara ini. Namun, menjelang pengembalian kedaulatan ke Republik Indonesia, dibentuklah kepolisian di Jakarta nan diberi nama Kantor Polisi Komisariat Jaya disingkat menjadi Kapekomjaya. Nah, nama Komdak disandang kesatuan ini para 1965 pada masa Brigjen Raden Mas Sawarno Tjokrodiningrat menjabat sebagai Kepala Kantor Polisi Komisariat Jaya.
Komdak VII Jaya ialah singkatan dari Komandan Daerah Kepolisian VII Jaya. Pada 1967, nama tersebut diubah lagi menjadi Komando Daerah Kepolisian Metro Jaya nan disingkat menjadi Komdak Metro Jaya. Kata metro diambil setelah Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta menyatakan Kota Jakarta sebagai kota metropolitan. Tampaknya, nama metro ini terus dipertahankan hingga nantinya menjadi Polda Metro Jaya .
Dari nama Komdak Metro Jaya, sempat berubah menjadi Kodak Metro Jaya. Kemudian, pada masa kepemimpinan Mayor Jenderal Polisi Drs. Widodo Budidarmo menjabat sebagai Kadapol Metro Jaya pada 1970, nama Komdak Metro Jaya pun diubah menjadi Daerah Kepolisian Metro Jaya hingga 1979. Barulah pada tahun berikutnya, yaitu 1980 nama Polda Metro Jaya disandang, nan merupakan kepanjangan dari Kepolisian Daerah Metro Jaya.
TMC Polda Metro Jaya
Entah mengapa Polda Metro Jaya menamai salah satu ruangan pelayanan Polisi Lalu Lintas ini sebagai Traffic Management Center nan disingkat menjadi TMC. Sebab ruangan nan dilengkapi teknologi komputer ini sama sekali tak dimanfaatkan oleh awaknya sebagai pengelola atau pengaturan lalu lintas. Bisa kita rasakan sendiri, bahwa TMC hanya memberikan informasi mengenai lalu lintas dengan mengamati kondisi nan tertangkap oleh sistem nan terintegrasi tersebut.
Mungkin juga sebab kemampuan bahasa Inggris polisi nan kurang fasih sehingga alih-alih menggunakan kata Monitoring, malah memakai kata Management. Yup , menurut penulis ruangan tersebut atau layanan pada masyarakat tersebut lebih pantas dinamai Traffic Monitoring Center. Sebab para awak sama sekali tak turun tangan dalam mengatur lalu lintas nan macet atau mengatasi kecelakaan lalu lintas.
Termasuk akun Twitter TMC Polda Metro Jaya, yaitu @TMCPoldaMetro. Coba saja Anda melapor stagnasi lalu lintas, paling mereka hanya akan meneruskan informasi tersebut pada follower mereka. Pernah penulis melaporkan pelanggaran lalu lintas nan dilakukan oleh menteri dan polisi. Mereka sama sekali tak menggubris, jangankan mengatasi langsung dengan menyampaikan polisi nan sedang bertugas di lapangan, menanggapi via Twitter pun tak berani. Berbeda jika kita hanya sekadar bertanya info mengenai anggaran 3 in 1 berlaku atau tak di masa libur lebaran atau natal.
Entah mengapa, tata tertib lalu lintas nan disepelekan oleh menteri republik kita tercinta ini seolah-olah tak berani ditegakkan oleh Polda Metro Jaya. Contoh konkret ialah ketika penulis melaporkan kendaraan dengan plat nomor polisi RI 30 nan menggunakan bahu jalan di jalan tol buat menghindari stagnasi nan memang biasa terjadi di jalan tol. Selidik punya selidik, ternyata RI 30 tersebut ialah kendaraan dinas Menteri Kesehatan. Entah alasan apa nan digunakan Endang Rahayu Sedyaningsih, sang menteri kesehatan buat sok kuasa melanggar peraturan lalu lintas, sedarurat apakah kepentingannya. Mungkin jutaan rakyat Indonesia dilansir meninggal jika dia tak segera sampai loka tujuan.
Ternyata Menteri Kesehatan bukan satu-satunya menteri nan bebas menyepelekan anggaran dari Polda Metro Jaya. Sebelumnya, kendaraan dengan plat nomor polisi RI 35 pun pernah melakukan pelanggaran nan cukup signifikan. Kendaraan dinas milik Menteri Kominukasi dan Informasi, Tifatul Sembiring, pun pernah sewenang-wenang menggunakan jalur Busway. Lucu ya, orang nan harusnya mengabdi pada negara justru dapat seenaknya melanggar aturan. Tak heran rakyat Indonesia tak memiliki contoh nan baik sehingga banyak juga nan serta-merta melanggar, toh para menterinya juga melakukan hal serupa.
Jika kembali pada tujuan mulia dibentuknya TMC Polda Metro Jaya, sebenarnya tak salah jika menyandang nama Traffic Management Center. Tujuan dibentuknya TMC ialah sebagai pelayanan "Quick Respon Time" secara profesional kepada masyarakat, penegakan hukum dan pusat informasi bagi Polri dan Masyarakat.
Menilik tugas pertama dan kedua, seharusnya jika memang ada suatu stagnasi atau kecelakaan, TMC tak hanya menginformasikan kondisi tersebut pada pengguna jalan, tapi juga menanggulanginya langsung. Apalagi fungsi sebagai penegak hukum, seharusnya jika terjadi suatu pelanggaran, petugas Polda Metro Jaya bisa menindak langsung tidak peduli jabatan nan disandang oleh si pelanggar lalu lintas. Justru penegakan hukum nan tak pandang bulu, maka bisa membuat seluruh rakyat Indonesia menjadi patuh pada anggaran hukum.
Program-program dari TMC Polda Metro Jaya, yaitu pelayanan "Quick Respon Time" nan profesional kepada masyarakat, analisis pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, pusat informasi BPKB, SIM, dan STNK, pusat informasi kegiatan dan kemacatan lalu lintas, pusat informasi hilang temu kendaraan bermotor, pusat kendali patrol ranmor dalam mewujudkan keselamatan dan kamtibcar lantas, pusat informasi kualitas standar mutu udara dan pusat pengendalian lalu lintas.
Teknologi nan dimiliki TMC Polda Metro Jaya antara lain Global Positioning System (GPS), Closed Circuit Television (CCTV), Short Messaging Service (SMS), Twitter, Internet Service, Identification Service (BPKB, SIM & STNK), Traffic Accident Service (Pelayanan Informasi Kecelakaan Lalu Lintas), Law Enforcement Service (Pelayanan Penegakkan Hukum), Telekonferensi, faksimili, dan telepon bebas pulsa 112.
Setelah mengetahui tugas dasar dari TMC Polda Metro Jaya, mari kita bantu mereka buat kembali pada tiga tujuan terbentuknya layanan tersebut. Semoga TMC Polda Metro Jaya sadar kembali tujuan mereka buat melayani masyarakat, tak sekadar memajang paras para polisi mudanya nan memiliki wajah ayu dan tampan. Kembalikan fungsi buat mempopulerkan paras cantik dan tampan pada majalah remaja, bukan Polda Metro Jaya.