Wanita Muslimah Ikut dalam Peperangan
Siapa bilang wanita itu lemah dan penakut? Para wanita di zaman Rasulullah, banyak nan merelakan diri ikut maju ke medan perang demi membela Rasullah dan agamanya, yaitu Islam. Perjuangan wanita di medan perang kebanyakan sebagai tenaga medis. Hal ini jelas menunjukkan peran dan keberanian para wanita Muslim nan cukup besar.
Penyebaran Islam Zaman Rasulullah
Islam ialah agama nan memiliki alamiah buat disebarkan. Hal ini mencontoh seperti apa nan telah dilakukan oleh Rasulullah saat beliau pertama kali mendapatakn selebaran Islam dan juga wahyu kenabian. Seketika itu juga, Rasul mendakwahkan Islam kepada istri dan juga kerabat terdekat. Hal ini menunjukkan bahwa memang islam ialah agama nan ditujukan buat seluruh umat manusia agar bisa mengenal ajaran agama ini.
Dalam masa penyebaran Islam ini tentunya ada sebagian orang nan telah memahami kebenaran dari Islam nan kemudian disebarkan kepada sebagian manusia lain nan belum mengenal dan memahami ajaran Islam. Dalam menyebarkan atau mendakwahkan Islam ini tentunya akan ada reaksi dari orang nan menerima dakwah Islam tersebut. Ada sebagian pula nan kemudian menolak ajaran ini dengan berbagai alasan penolakan.
Dari reaksi penolakan nan ada, tentunya menghasilkan sebuah reaksi lain nan lebih dari dari sebuah penolakan biasa. Itulah nan terjadi di dalam peperangan memperjuangkan islam. Memang jalan perang ini ialah salah satu jalan dalam menyebarkan Islam ke daerah, di mana masih terdapat kendala fisik bagi Islam buat masuk ke daerah tersebut.
Di dalam peperangan, tentu akan banyak sekali nan dikorbankan. Seperti halnya tenaga, harta, dan juga nyawa. Peperangan ini pun melibatkan golongan wanita muslimah. Inilah nan kemudian dikenal dengan adanya perjuangan wanita muslimah di masa peperangan menyebarkan Islam.
Jalan Perang ialah Jalan Penyebaran Islam
Metode penyebaran Islam nan dilakukan oleh Rasul ketika berada di Madinah ialah dengan mengirimkan surat kepada para pemimpin negara nan ada di sekitar wilayah Madinah. Isi dari surat tersebut ialah ajakan agar pimpinan negara dan juga seluruh rakyatnya mau buat menerima ajaran Islam dan juga menerapkan ajaran Islam di dalam setiap sendi kehidupannya.
Namun, ketika memang ditunggu setelah beberapa saat tak diterima respons nan positif, yaitu tetap terjadi penolakan dalam menerapkan ajaran islam, maka jalan dakwah nan akan ditempuh ialah jalan perang. Dalam menggunakan kata perang ini, tentunya haruslah benar-benar dipahami bagaimana disparitas dari makna dan fakta perang nan ada di dalam perang di masa Rasul dan para sahabat dengan perang nan ada di masa sekarang ini.
Perang nan ada di masa Rasul ialah buat menghilangkan kendala fisik berupa kendala negara dan penguasa nan tidak mau menerapkan dan menerima hukum Islam. Sehingga, rakyat dari negara tersebut memiliki kesempatan buat menerima dan memahami ajaran Islam. Sehingga, ajaran islam bisa dikenal dan dipahami oleh rakyat nan ada di dalam negara tersebut. Sementara kebanyakan dari perang nan dilakukan saat ini ialah buat mengambil atau mengeruk kekayaan alam atau sumber daya alam nan dimiliki oleh daerah taklukan.
Selain itu, fakta tentang perang nan terjadi di zaman dulu pun berbeda. Perang pada saat ini banyak terjadi di area pemukiman warga dan sering kali menjatuhkan korban di pihak warga sipil nan sejatinya tidak punya andil di dalam perang. Sementara perang nan terjadi di zaman penyebaran Islam dulu dijalankan di sebuah loka tersendiri.
Pada loka itulah terjadi peperangan antara tentara atau pasukan Islam melawan pasukan musuh. Dalam peperangan tak boleh sampai membunuh wanita, orang tua, anak-anak, bahkan menghancurkan tanaman. Semuanya dilakukan dengan tetap menjaga keadaan nan ada di sekitar medan perang.
Wanita Muslimah Ikut dalam Peperangan
Wanita muslimah nan ikut di dalam peperangan kebanyakan ialah sebagai tenaga medis. Karena tentunya akan banyak sekali korban di dalam proses perang nan terjadi. Di sinilah kemudian dimainkan peran dari kaum wanita muslimah buat mengurusi dari para korban perang nan ada. Walaupun tak memungkiri fakta bahwa memang ada beberapa wanita muslimah nan mengikuti proses perang secara langsung.
Berikut ialah beberapa perjuangan wanita muslimah atau nan lebih dikenal dengan sebutan para shahabiyah di dalam medan perang.
1. Asma’ binti Abu Bakar
Perjuangan Asma’ binti Abu Bakar telah menorehkan sejarah di dalam global Islam. Beliau terkenal sebagai kalangan wanita pertama nan masuk ke dalam Islam dan turut memperjuangkan Islam di kalangan para kafir Quraisy nan menentang penyebaran Islam oleh Rasul di Mekkah.
Pada saat Rasul mendapatkan wahyu buat melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah, Asma’ dengan begitu sangat berani menunjukan kualitas keimanan nan amat tinggi. Ia telah berani buat menyelipkan makanan di sabuknya, di mana makanan tersebut diperuntukan bagi Rasul dan ayahnya, Abu Bakar, nan sedang di dalam kejaran para kafir Quraisy sebab telah meninggalkan Mekkah .
Kemudian, beliau dikenal dengan sebutan Dzaatin Nhiqatain nan memiliki arti wanita dengan dua sabuk nan menunjukan bahwa sabuk nan beliau pakai salah satunya ialah buat membawa makanan bagi rasul dan Ayahnya.
Apa nan dilakukan oleh Asma’ tentunya ialah sebuah keberanian. Karena dapat jadi, ketika kafir Quraisy mengetahui apa nan ia lakukan maka mereka tidak akan segan buat membunuh dirinya seperti apa nan telah banyak dilakukan oleh mereka terhadap banyak orang nan telah memeluk Islam di Mekkah.
2. Ummu Khanza
Nama orisinil dari Ummu khanza ini ialah Al-Khnaza Binti Amru. Ia kemudian dikenal dengan sebutan ummu Syuhada. Sebutan ini tentunya bukan sebab alasan inheren pada dirinya. Ia memiliki empat putra nan pada suatu saat sedang melakukan perundingan tentang siapa nan akan ikut dalam berperang. Dalam perundingan itu, Ummu Khanza kemudian mendatangi keempat putranya dan mengatakan kepada mereka agar pergi berperang semua dari putranya tersebut.
Ketika memang satu per satu dari putra Ummu Khanza ini mati dan syahid di medan perang maka nan dirasakan Ummu Khanza bukanlah sebuah kesedihan sebab ditinggal oleh keempat putranya nan telah meninggal di medan perang. Namun ialah perasaan senang sebab dapat mendapatkan anugerah anak nan wafat dalam keadaan syahid di jalan Allah.
3. Ummu Athiyah
Ummu Athiyah ialah salah satu wanita muslimah dari kalangan kaum Anshar. Telah banyak perang nan diikuti oleh Ummu Athiyah ini. Bahkan ada sumber nan mengatakan bahwa beliau telah mengikuti tujuh kali peperangan bersama Rasul .
Salah satu perang nan diikuti oleh Ummu Athiyah ialah Perang khaibar, di mana di dalam peperangan tersebut beliau telah memasakan banyak makanan buat pasukan kaum muslimin, sehingga tidak mengalami kelaparan. Beliau juga mengobati luka dari pasukan nan mengalami luka serta merawat siapa saja nan sakit ketika perang tersebut.
Wanita dikenal dengan hatinya nan lemah lembut. Namun dengan keimanan nan dimilikinya kepada Allah Swt ., sebagai Pencipta dan Pengatur hidupnya, maka kalangan wanita muslimah ini tidak akan gentar buat maju di medan perang membantu pasukan kaum muslim nan sedang berperang. Itulah bagaimana perjuangan wanita muslimah di medan perang.