Tempe vs Selera Makan Anak
Masyarakat Indonesia mana nan tak mengenal tempe? Hampir semua masyarakat Indonesia akrab dengan bahan makanan nan satu ini. Terbuat dari kedelai nan difermentasikan, tempe menjadi makanan dengan kandungan nutrisi cukup banyak. Resep kuliner tempe pun sangat bervariasi di negeri ini. Tempe dapat diolah menjadi berbagai macam kudapan, bergantung taraf kreativitas seseorang dalam mengolahnya.
Tempe vs Selera Makan Anak
Kandungan primer tempe adlah protein. Dan kadar protein nan dikandung oleh tempe lebih besar dibandingkan dengan bahan-bahan makanan berprotein lainnya seperti daging atau telur. Sayangnya, tempe tak begitu digemari dibandingkan dengan bahan-bahan tersebut. Terutama di kalangan anak-anak.
Meminta anak-anak buat mau mengonsumsi tempe merupakan pekerjaan rumah bagi sebagian besar ibu rumah tangga. Melihat anak-anak lebih memilih sajian daging ayam di meja makan, dan menolak tempe nan disajikan rasanya cukup menyedihkan. Apalagi jika Anda ingat terhadap kandungan gizi tempe nan jauh lebih banyak dibandingkan daging ayam.
Tempe memang cenderung tawar. Diolah sedemikian rupa pun, rasa orisinil dari bahan makanan ini tetap saja terasa. Hambar. Dan alasan itulah nan sepertinya membuat anak-anak tak terlalu menyukai tempe. Jika dibiarkan, hal ini tak baik buat gaya hidupnya. Karena membiasakan anak buat menyukai tempe sangat baik bagi kesehatannya sekaligus gaya hidupnya saat besar nanti.
Tempe nan memang cenderung berharga lebih murah, cukup baik buat mengajarkan anak tentang bagaimana hayati secara sederhana. Bandingkan dengan anak nan terbiasa mengonsumsi daging ayam dan tak mau tempe sama sekali. Jika suatu saat, keuangan Anda kebetulan tak terlalu baik, dan hanya dapat menyajikan tempe, bisa-bisa anak Anda lebih memilih buat tak makan daripada harus makan tempe.
Selain itu, terlalu banyak mengonsumsi daging ayam juga tak baik bagi kesehatannya. Lemak pada ayam memicu berbagai penyakit nan akan muncul dikemudian hari jika dikonsumsi terlalu sering dan dalam jangka waktu nan panjang.
Berbeda dengan tempe. Tempe sudah diakui tak terlalu memiliki risiko berbahaya terhadap kesehatan, meskipun dikonsumsi dalam waktu nan lama. Justru sebaliknya, mengonsumsi tempe baik buat pencegahan penyakit-penyakit degenerative. Bahan makanan ini juga bersifat menangkal segala bentuk radikal bebas nan masuk dalam tubuh.
Jika sudah demikian, anak sama sekali tak mau makan tempe, sebagai orangtua, kreativitas ialah satu-satunya kapital nan Anda butuhkan. Anda dituntut buat sebisa mungkin menyulap tempe menjadi berbagai kudapan lezat bercitarasa tinggi.
Siasat ini tentu saja sama sekali tak bermaksud memanipulasi atau membohongi anak, ini hanya sebuah upaya tentang bagaimana caranya agar anak mulai menganggap tempe sebagai sebuah makanan yang