Gunung Api

Gunung Api



Jenis Gunung

Gunung berapi aktif dan tak aktif berdasar bentuknya dibagi menjadi :

1. Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) : seperti perisai
2. Gunung berapi strato
3. Gunung berapi maar : Gunung berapi nan meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti,yang tinggal hanya kawahnya saja.



Gunung Berapi Masih Ada

Macam macam gunung berapi terdapat banyak menyebar di seluruh penjuru dunia. Dan banyak pula dari sebagian nan aktif itu menjadi tak aktif lagi bahkan mati. Gunung berapi nan wafat itu ada kemungkinan magma nan terkandung di dalamnya telah habis.

Lokasi gunung berapi nan paling dikenali ialah gunung berapi nan berada di sepanjang busur Cincin Barah Pasifik. "Pacific Ring of Fire". Busur Cincin Barah Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik (teori tektonik lempeng).

Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit buat menentukan keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.



Gunung Api

Gunung barah ialah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi loka keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial nan dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung. Bisa juga didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) nan memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material nan dikeluarkan pada saat dia meletus.

Aktivitas gunung barah merupakan karena primer adanya sebaran panas bumi, terutama hidrotermal. Batuan pemanas dari aktivitas vulkanisme akan berfungsi sebagai sumber pemanasan air. Panas nan ditimbulkan oleh konvoi sesar aktif kadang-kadang berfungsi pula sebagai sumber panas. Seperti sumber-sumber mata air panas di daerah sekitar gunungapi di sepanjang jalur sesar aktif Palu - Koro, di Sulawesi.

Contoh gunung barah di Indonesia nan bisa dijumpai di antaranya : nan berada di daratan ialah Gurung Slamet di Jawa Tengah, Gunung Merapi di Yogyakarta, sedangkan gunung barah di bahari misalnya, Gunung Krakatau di Selat Sunda.

Selain gunung barah nan masih aktif juga terdapat gunung nan tak aktif atau ada nan menyebut gunung “tidur”, artinya gunung tersebut sudah tak mengeluarkan lagi material vulkan baik padat maupun cair. Contoh : gunung nan tak aktif ialah Gunung Ciremai di Jawa Barat, Gunung Lawu di Jawa Tengah, dan Gunung Salak di Bogor.



Letusan Gunung Berapi

Letusan gunung berapi sangat menakutkan, dan menjadi gejala alam nan dihindari manusia sebab awan panasnya nan sangat berbahaya. Untuk itu mari mengenal macam-macam letusannya.

Letusan Gunung Berapi Tipe Hawai

Letusan ini terjadi sebab semua lava nan keluar langsung berbentuk cairan. Sehingga penyebarannya, berpencar ke segala arah. Bentuknya nan keluar dari dalam perut bumi pun seperti perisai atau tameng. Sebagai contoh ialah gunung Maona loa, Maona kea dan Kilauea di hawai.

Letusan Gunung Berapi Tipe Stromboli

Letusan ini sifatnya ialah spesifik. Letusan-letusan nan keluar terjadi secara interval atau tenggang waktu nan hampir sama. Letusan tipe ini bisa memuntahkan material, bom, lapili, dan abu setiap 12 menit sekali. Sebagai contoh ialah Gunung Vesuvius (Italia) dan Gunung Raung (Jawa).

Letusan Gunung Berapi Tipe Vulkano

Letusan ini bisa mengeluarkan material berbentuk padat. Letusan ini keluar dari dalam perut bumi berdasarkan atas kekuatan erupsi dan kedalaman dapur magmanya. Contoh dari gunung ini ialah Gunung Vesuvius dan Gunung Etna di Italia. Selain itu, ada juga Gunung Semeru di Jawa Timur.

Letusan Gunung Berapi Tipe Merapi

Tipe letusan seperti ini sangat berbahaya sekali sebab lava nan keluar sangatlah kental, sehingga bisa menyumbat mulut kawah. Oleh sebab itu, tekanan gas nan terdapat di dalam perut bumi semakin bertambah kuat dan bisa memecahkan sumbatan lava.

Sumbatan tersebut kemudian terdorong ke atas, nan berakhir pada terlemparnya lava ke mana-mana. Lava ini menuruni lereng gunung, selain itu keluar pulalah awan panas nan lebih sering dikenal sebagai wedhus gembel atau awan panas.

Letusan Gunung Berapi Tipe Perrey atau Plinian

Letusan tipe ini juga sangat ditakuti masyarakat sebab semburannya nan bisa mencapai ketinggian 80km dan sangat merusak lingkungan. Letusan tipe ini bisa melemparkan kepundan atau membobol puncak gunung, sehingga dinding kaldera melorot. Contoh: Gunung Krakatau nan meletus pada tahun 1883 dan St. Helens nan meletus pada tanggal 18 Mei 1980.

Letusan Gunung Berapi Tipe Pelee

Letusan tipe ini biasanya terjadi sebab terdapat penyumbatan kaldera di puncak gunung berapi dan bentuknya seperti jarum. Karena sumbatannya kecil, maka tekanan dari dalam perut bumi semakin besar, sehingga jika penyumbatan tersebut tak bisa dibendung lagi, maka gunung tersebut bisa meletus.

Letusan Gunung Berapi Tipe Sint Vincent

Letusan ini keluar bersamaan dengan air danau kaldera dan mengakibatkan air danau tumpah bersama lava. Laharnya nan berbahaya sangat membahayakan manusia. Sebagai contoh ialah Gunung Kelud nan meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent nan meletus pada tahun 1902.



Proses Terjadinya Letusan Gunung Berapi

Dalam beberapa letusan, gumpalan awan besar naik ke atas gunung, dan sungai lava mengalir pada sisi-sisi gunung tersebut. Dalam letusan nan lain, abu merah panas dan bara barah menyembur keluar dari puncak gunung, dan bongkahan batu-batu panas besar terlempar tinggi ke udara. Sebagian kecil letusan memiliki kekuatan nan sangat besar, begitu besar sehingga bisa memecah-belah gunung.



Penanggulangan Bala Gunung Berapi

Dalam penanggulangan bala letusan gunungapi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan sesudah terjadi letusan.

Sebelum terjadi letusan dilakukan : Pemantaun dan pengamatan kegiatan pada semua gunungapi aktif, Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bala dan Peta Zona Resiko Bahaya Gunung barah nan didukung dengan dengan Peta Geologi Gunung api, Melaksanakan mekanisme tetap penanggulangan bala letusan gunung api, Melakukan pembimbingan dan pemberian informasi gunung api, Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan geokimia di gunung api, Melakukan peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya seperti peningkatan wahana dan prasarananya.

Setelah terjadi letusan : Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan, Mengidentifikasi daerah nan terancam bahaya, Memberikan saran penanggulangan bahaya, Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang, Memperbaiki fasilitas pemantauan nan rusak, Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun, Melanjutkan pemantauan rutin.

Setelah Anda mengenal macam macan gunung berapi dengan berbagai letusannya di atas, mudah-mudahan semakin meningkatkan kewaspadaan akan bala alam nan sewaktu-waktu bisa terjadi.