Kitab Pencerita Tanda-tanda Kematian
Sudah menjadi kepastian bahwa dalam kehidupan di global ini ada kelahiran ada pula kematian. Ada tanda-tanda kematian di sana, jika kita orang nan berpikir. Dalam sehari, dapat saja ribuan bayi terlahir ke dunia. Namun, kematian manusia juga akan berbanding lurus dengan hal itu. Mungkin ada manusia nan berumur hingga ratusan tahun, namun kematian niscaya akan mengakhiri hidupnya di dunia.
Apa sebenarnya kematian itu dan bagaimana tanda-tanda kematian itu? Definisi kematian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perihal mati. Mati itu sendiri dalam KBBI ialah sudah kehilangan nyawanya, tak hayati lagi dan tak bernyawa. Kematian bisa pula didefinisikan sebagai proses biologis nan terjadi pada individu saat fungsi-fungsi organ tubuh individu secara fisiologis tak berfungsi lagi atau tak bernyawa lagi dan kondisi ini tak bisa pulih kembali. Hal ini juga merupakan salah satu tanda kematian.
Kematian Itu Konkret Adanya
Ada sebagian besar orang nan bertanya-tanya tentang apa saja tanda-tanda kematian itu? Apakah memang ada tanda-tanda kematian? Apakah dapat dilihat bagaimana orang nan akan meninggal? Sehingga, orang dapat mempersiapkan dirinya dalam menghadapi maut itu?
Mungkin dari global kesehatan, kedokteran, psikologi atau lainnya, banyak ahli atau pakar dari bidang-bidang tersebut nan akan bisa memberikan jawabannya, nan bisa menyebutkan bagaimana tanda-tanda kematian. Semisal, kita seringkali mendengar ada orang dengan penyakit eksklusif kemudian oleh dokter nan merawatnya divonis akan meninggal beberapa bulan lagi. Dengan demikian, tentu dokter tersebut telah melihat tanda-tanda kematian pasien tersebut secara medis.
Ada lagi, bila kita ingin mengetahui tanda-tanda kematian dan mencarinya di internet, akan dengan mudah kita temukan tanda-tanda kematian dari 100 hari sebelum meninggal sampai sehari sebelum meninggal.
Namun dalam tulisan ini tentu saja penulis tak bisa menjelaskan seputar tanda-tanda kematian seperti contoh di atas, sebab kita akan membaca perihal tanda-tanda kematian dilihat dari sudut pandang Islam nan sebenarnya.
Bila kita mencari keterangan mengenai kematian dalam Islam, tentu nan dirujuk ialah Alquran dan sunah (hadis). Alquran sebagai kalam Allah telah menerangkan bab kematian dalam beberapa ayatnya. Tidak kurang dari 145 ayat dalam Alquran nan menyebut atau membahas tentang kematian.
Misalnya, dalam QS. Al-Ankabuut ayat 57, Allah berfirman: “Tiap-tiap nan berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” Demikian juga dalam QS. Al-Anbiyaa ayat 35, “Tiap-tiap nan berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
Kedua ayat ini Allah telah menjelaskan bahwa setiap ciptaan-Nya nan berjiwa, baik itu manusia, hewan, ataupun tumbuhan akan merasakan mati. Allah nan telah menciptakan makhluk-makhluk-Nya, memberikan mereka kehidupan di global dan kepada-Nya pula makhluk-makhluk itu akan kembali. Ini ialah kepastian sebab nan ada di dalam Al-Qur’an ialah mengenai kepastian, kebenaran absolut, pun mengenai hal ghaib seperti kematian ini.
Kitab Pencerita Tanda-tanda Kematian
Lalu, kembali kepada pertanyaan di awal tadi, apakah ada tanda-tanda kematian, setelah Allah menjelaskan tentang kepastian kematian itu sendiri?
Mari kita simak dahulu firman-firman Allah dan hadis berikut ini.
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: 'Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.'” (QS. Al-Israa: 85)
Kematian menyangkut terpisahnya ruh dengan badan dan tak ada nan tahu banyak tentang roh, kecuali Allah.
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng nan tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: 'Ini ialah dari sisi Allah', dan kalau mereka ditimpa sesuatu bala mereka mengatakan: 'Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).' Katakanlah: 'Semuanya (datang) dari sisi Allah.' Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tak memahami pembicaraan sedikitpun?' (QS. An-Nisaa’: 78).
Kebaikan dalam ayat tersebut maksudnya ialah kemenangan dalam peperangan atau rezeki. Sementara pembicaraan nan dimaksud ialah pelajaran dan nasihat-nasihat nan diberikan. Bisa kita pahami bahwa kematian itu dapat menyergap kita di mana pun kita berada, sekalipun kita bersembunyi dalam benteng nan tinggi lagi kokoh.
“Katakanlah: 'Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.'” (QS. Al-Ahzab: 16)
Kematian tidak dapat dihindari, meskipun kita lari sekencang mungkin buat bisa menghindarinya.
“Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu nan ditentukan. Sesungguhnya, ketetapan Allah apabila telah datang tak bisa ditangguhkan, kalau kamu mengetahui." (QS. Nuh: 4)
Menangguhkan di sini maksudnya ialah memanjangkan umur.
Tidak pula dapat ditangguhkan kematian itu apabila Allah telah menghendakinya.
“Dan tiada seorang pun nan bisa mengetahui (dengan pasti) apa nan akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun nan bisa mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34).
Tak ada seorang pun nan mengetahui kapan ajalnya tiba.
"Dari Jabir bin ‘Abdullah r.a., katanya: 'Satu jenazah lewat di hadapan Nabi saw., lalu beliau berdiri. Kami pun berdiri pula mengikuti beliau. Kemudian kami berkata, 'Ya, Rasulullah! Itu jenazah orang Yahudi.' Sabda beliau, 'Kematian itu mengejutkan. Karena itu, bila kamu melihat jenazah (lewat) berdirilah!'" (HR. Muslim).
Kematian itu mengejutkan. Tentang waktu kematian ialah misteri Allah semata. Tidak ada nan tahu kapan, di mana, dan bagaimana seseorang akan mati.
Dari beberapa poin di atas telah cukup jelas, bahwa dalam Alquran dan hadits-hadis nan benar tidak ada satu pun nan menyebut atau menerangkan tanda-tanda kematian . Adapun dalil Alquran dan hadis nan menyinggung tanda-tanda orang nan akan meninggal ialah saat seseorang dalam kondisi sekarat (sakaratul maut) atau di ambang kematian. Berikut tanda-tandanya:
1. Terpejamnya mata
Hadisnya ialah sebagai berikut: "Rasulullah memasuki rumah Abu Salmah dan menutup mata Abu Salmah kemudian berkata, 'Sesungguhnya, roh itu apabila tertahan (maksudnya meninggal) maka ia diikuti oleh mata.'”
2. Bertautnya betis
Allah berfirman: “Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan).” (QS. Qiyamah: 29)
Karena hebatnya penderitaan di saat akan wafat dan ketakutan akan meninggalkan global dan menghadapi akhirat.
Bila demikian adanya, tidak ada tanda-tanda nan Allah berikan kepada manusia tentang datangnya kematian. Lalu, apa nan dapat kita lakukan buat menyambut kematian nan dapat kapan saja datang menjemput kita? Beberapa ayat Al-Qur’an di bawah ini dapat dijadikan renungan, instropeksi diri dan buat terus beramal sholeh.
- “Dan peliharalah dirimu dari (azab nan terjadi pada) hari nan pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian, masing-masing diri diberi balasan nan paripurna terhadap apa nan telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-baqarah: 281)
- “Hai orang-orang nan beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa nan telah diperbuatnya buat hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa nan kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
- “Dan belanjakanlah sebagian dari apa nan telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: 'Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu nan dekat, nan menyebabkan saya bisa bersedekah dan saya termasuk orang-orang nan saleh?'" (QS. Al-Munaafiquun: 10)
- "Dari Ibnu Umar ra., berkata Rasulullah saw., memegang pundakku lalu bersabda, 'Jadilah engkau di global ini seperti orang asing atau penyeberang jalan.' Ibnu Umar ra., berkata, 'Jika engkau berada di waktu sore janganlah engkau menunggu datangnya pagi; dan jika engkau berada di waktu pagi jangan menunggu datangnya sore; pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum engkau mati.'” (HR. Bukhari)
Jadi, konsistensi diri dalam beramal saleh itu sangat penting. Selalu istiqomah dalam syariat Allah. Terus bergerak maju dalam beribadah, sehingga selalu siap bila ajal menjemput. Bukannya baru memperbanyak amal saleh setelah tanda-tanda kematian diketahuinya, padahal itu ialah hal nan mustahil.