Persiapan Indonesia Menghadapi Pasar Bebas
Di zaman Orde Baru, Indonesia ialah salah satu negara nan sukses mengantar sektor pertanian menuju swasembada. Hal ini terjadi dampak revolusi hijau nan digalakan pemerintah. Kebijakan pemerintah Orde Baru mengenai pasar bebas dianggap telah menjerumuskan Indonesia dalam kemiskinan dan jauh dari sejahtera. Ini ialah akibat revolusi hijau nan membuat Indonesia bergantung pada input pertanian modern.
Kesalahan Merancang Produk Untuk Hadapi Pasar Bebas
Suatu usaha dapat saja sukses atau pun tak berhasil. Begitu pun dengan suatu prediksi. Ketika Indonesia merasa konfiden menghadapi sistem perekonomian global nan skan semakin bebas dengan memperkuat pertahanan pangan, sebenarnya Indonesia telah berada di jalur nan benar. Konsepnya ialah apabila rakyat kenyang dengan produksi pangan sendiri, maka Indonesia akan kuat.
Konsep dan teori tersebut mengarahkan pemerintah kepada pembukaan huma buat persawahan. Persiapan dan pengendalian huma gambut sejuta hektar pun menjadi satu sasaran nan terdengar begitu logis. Konsep itu mungkin saja dapat sukses dengan kejayaan Indonesia di bidang pangan. Ternyata para ‘tikus’ negara menghapuskan mimpi itu. Dengan kerakusan dan keserakahan dan tak melihat betapa kekayaan Indonesia itu seharusnya dinikmati oleh seluruh bangsa, mereka sunat dan sedot semua dana sebesar-besarnya buat kepentingan sendiri. Yang terjadi ialah huma gambut sejuta hektar itu tidak dapat bernapas dengan lancar. Huma gambut itu mengalami penderitaan asma nan akut.
Dana habis dan rakyat nan menjadi korban. Mereka harus berusaha sendiri mencari penghidupan di huma nan penuh harapan. Mereka terluntah. Mereka telah membayangkan pergi ke tanah harapan. Orang-orang nan kebanyakan berasal dari Pulau Jawa itu bertekad bertransmigrasi dengan janji muluk dan asa semu nan dihadirkan oleh para penyelenggara negara nan korup. Kejam. Sangat kejam. Keinginan pemerintah nan hebat itu harus kandas di tangan kerakusan. Kini proyek itu tidak pernah usai dan tidak pernah mampu menopang agar Indonesia tetap mampu menghidupi dirinya sendiri dan tidak tergerus persaingan dunia nan niscaya akan masuk dan merasuki negeri ini.
Indonesia akhirnya harus mengimpor beras. Upaya membuat rakyat tidak makan nasi saja, juga belum terlalu berhasil. Nasi masih menjadi menu utama. Impor beras itu tentu saja menjadi salah satu kelemahan Indonesia dalam berhadapan secara langsung dengan pasar nan semakin bebas. Hal ini ditunjang dengan pengelolaan negara nan semakin tak karuan. Indonesia semakin terpuruk digempur oleh semua negara nan telah bersiap diri menghadapi pasar bebas .
Negara-negara itu lebih siap sebab mental para penyelenggara negaranya tak buruk dan tak silau dengan memenuhi kepentingan sendiri. Mereka sadar bahwa tanpa adanya konsep nan bagus dan cara mewujudkan konsep itu dengan baik, mereka akan kalah dan negara akan mereka akan diserbu produk dari negara lain. Mereka tak mau rakyatnya menjadi korban. Itulah mengapa dengan sepenuh hati dan jiwa, mereka menyiapkan segala infrastruktur dan mental rakyatnya agar siap bersaing di pasar global. Indonesia membutuhkan para penyelenggara negara nan seperti ini. Berjuang demi rakyat sebab memang mereka nan lebih paham. Rakyat banyak nan tak tahu dengan semua permainan dan semua hal nan berhubungan dengan pasar nan begitu bebas.
Pertanian Indonesia cenderung monokultural, terutama bergantung pada beras, dan penggunaan teknologi di bidang pertanian nan merugikan. Misalnya, penggunaan pestisida, pupuk kimia, dan lain-lain, juga memperburuk kondisi persiapan menghadapi persaingan dengan negara lain. Penggunaan pestisida ini mengakibatkan kerusakan tanah dan air sehingga produktivitasnya menurun. Akhirnya, hasil panen menurun. Indonesia terpaksa mengimpor beras dari luar negeri dan pertanian di Indonesia kualitas serta produktivitasnya ikut menurun.
Jika kualitas suatu produk rendah, produk ini tak akan laku di pasaran sehingga membuat kinerja bisnis menurun dan kesejahteraan pekerja ikut menurun. Kesejahteraan nan rendah biasanya membuat kinerja SDM pun ikut menurun dan mengakibatkan kemiskinan.
Sekarang, beberapa orang nan berpikiran maju dan tetap optimis bahwa Indonesia dapat bangkit, berusaha memperkenalkan metode pertanian nan lebih sehat dan lebih bersahabat dengan alam. Walaupun tanaman padi masih dijadikan tanaman utama, cara bertani nan lebih alami telah membuat produksi beras organik meningkat secara signifikan. Rasa nasi nan lebih enak, lebih sehat, dan lebih mahal, telah memberikan motivasi tersendiri di kalangan para petani buat terus berupaya dan bersabar dengan mengelolah tanah persawahannya mereka agar dapat ditanami padi organik.
Berbagai kalangan juga mulai tergerak mendorong terciptanya gerakan memacu pertumbuhan produksi nan bermutu agar produk Indonesia dapat menembus pasar global. Bila Indonesia mempunyai produk andalan, maka produk andalan itu dapat menjadi satu posisi tawar nan baik agar produk itu dapat dibeli oleh negara nan selama ini mempunyai interaksi dagang dengan Indonesia. Pemerintah sendiri tentunya tak selamanya dapat berjuang memberikan perlindungan kepada produk Indonesia. Bila hal ini terus dilakukan, maka bangsa indonesia siap menghadapi persaingan pasar bebas dengan keadaan apapun.
Keunggulan Moral Pasar Bebas
Sistem ekonomi nan berlaku pada pasar nan bebas menjamin keadilan dengan agunan perlakuan nan sama bagi seluruh pelaku ekonomi. Ini memang menjadi satu sistem nan baik walau beberapa negara tetap memberikan perlindungan kepada beberapa produk andalan negerinya. Kalau tak ada proteksi, dikhawatirkan rakyat akan semakin menderita. Tidak ada satu negara pun nan menginginkan hal itu terjadi.
Aturan pada pasar nan bebas jelas dan etis. Anggaran di dalam pasar bebas dilakukan secara transparan dan objektif. Ini juga ialah kondisi nan sangat ideal. Dalam beberapa hal, kondisi ini memang berlaku dan sangat ketat. Masyarakat semakin cerdas dan mereka tak peduli satu produk berasal dari mana, nan krusial produk itu murah tetapi berkualitas. Pemerintah terkadang juga mencoba menghadang tumbuhkembangnya satu produk nan elbih baik dari satu negara demi pertumbuhan produk nan sama dari dalam negeri walaupun kualitasnya kurang.
Pasar bebas memberi peluang nan optimal serta persaingan bebas nan sehat dan wajar. Pasar nan bebas akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi. Siapa pun dapat bersaing dan tak melihat latar belakang keluarga atau latar belakang politik. Asalkan ia mempunyai produk nan bagus dengan pelayanan dan harga nan bersaing, ia dapat ikut dalam pertempuran di sasana pasar nan bebas tersebut.
Pasar bebas bisa memberi peluang optimal buat mewujudkan kebebasan manusia. Hal ini juga nan menyebabkan begitu banyak orang mendorong terwujudnya pasar seperti ini.
Persiapan Indonesia Menghadapi Pasar Bebas
Untuk menghadapi era pasar bebas, Indonesia harus mempersiapkan kemampuan infrastruktur teknis sehingga bisa meningkatkan mutu barang dan jasa nan sinkron dengan keinginan pasar. Mutu barang dan jasa ialah faktor primer dalam keberhasilan dan kelancaran perdagangan antarnegara.
Standar Mutu
Indonesia harus meningkatkan kualitas suatu produk buat memenuhi baku mutu nan sudah ditetapkan. Baku suatu produk nan ditetapkan wajib diuji mutunya di laboratorium penguji maupun laboratorium kalibrasi nan kompeten. Kompetensi laboratorium ini digambarkan dari pemenuhannya terhadap persyaratan baku laboratorium nan berlaku secara internasional (ISO IEC 17025:2000).
Sertifikasi Ekolabel
Selain baku mutu, sertifikasi ekolabel merupakan syarat suatu produk bisa mesuk ke pasar bebas. Sertifikasi ini sangat krusial sebagai produk ramah lingkungan. Nilai positif dari sertifikasi ekolabel terhadap negara produsen ialah baku produk dan baku lingkungan nan terjamin. Sementara itu, akibat negatifnya ialah terjadi monopoli nan dilakukan negara-negara maju dan pendistribusian produk sangat ketat. Hal ini menyebabkan produk nan tak berekolabel tak bisa dipasarkan.
Sebuah perusahaan harus mendaftarkan perusahaannya pada tim audit ekolabel buat mendapatkan sertifikasi ekolabel. Kemudian, dilakukan inspeksi bahan baku, proses, dan limbah pabrik (mencemari lingkungan atau tidak). Di indonesia, sertifikat ekolabel dikeluarkan oleh LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia).
Standar Kehalalan
Standar kehalalan hanya dikenal di kalangan umat Islam dan bukan menjadi masalah kehidupan secara umum. Menurut Al quran, halal ialah semua makanan nan baik dan bersih. Dalam pasar bebas, label halal menjadi sesuatu nan krusial di negara-negara muslim. Umat Islam akan menolak barang nan tak halal.
Untuk meyakinkan para konsumen, biasanya dalam kemasan barang ditulis logo halal dalam bahasa Arab. Selain itu, label halal harus bisa dipertanggungjawabkan dan sine qua non forum nan mengeluarkan fatwa halal tersebut. Ini semua dilakukan agar tak merugikan konsumen. Saat ini, beberapa negara nan mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah mencantumkan label halal pada produk nan dihasilkan.
Indonesia niscaya dapat bersaing di pasar bebas kalau Indonesia terus berkarya dengan penemuan nan tiada henti.