Pendapatan Perkapita Negara-Negara di Dunia

Pendapatan Perkapita Negara-Negara di Dunia

Kenapa sebuah negara perlu menghitung pendapat perkapita ? Salah satu kegunaan dari menghitung pendapat perkapita suatu negara, seperti juga pendapatan perkapita negara Asean misalnya, ialah buat menentukan atau mengukur taraf kesejahteraan masyarakatnya. Tapi pernahkah Anda mencoba menghitung pendapatan perkapita negara ASEAN ?

Sebelum mengukur pendapat perkapita negara Asean, Anda dapat menghitung terlebih dahulu pendapat perkapita negara Indonesia. Secara umum, selain buat menentukan taraf kesejahteraan rakyat, pendapatan perkapita suatu negara dibuat buat menentukan beberapa indikator lain seperti jumlah penduduk miskin, demikian pula dengan menentukan pendapatan perkapita negara Asean.

Indikator lainnya selain mengukur taraf kesejahteraan masyarakat sebuah negara, pendapat perkapita bisa digunakan buat mengukur antara lain taraf pengangguran, angka kematian bayi dan ibu melahirkan dan angka melek huruf.



Definisi Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita ialah jumlah pendapatan rata-rata penduduk dalam sebuah negara pada suatu periode tertentu. Biasanya, dihitung setiap periode satu tahun. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan rata-rata penduduk, pendapatan nasional dihitung dari jumlah seluruh pendapatan penduduk negara tersebut.

Dengan demikian apabila ingin mengetahui pendapat perkapita negara Asean, dapat menghitungnya dengan cara nan sama. Setelah masing-masing negara dihitung pendapatan perkapitanya, maka kita akan mengetahui perbandingan pendapat perkapita negara Asean sehingga akan mengetahui pula taraf kesejahteraan rakyat masing-masing negara Asean tersebut.

Pendapatan perkapita suatu negara seperti juga pendapatan perkapita negara Asean, jumlah penduduk praktis akan mempengaruhi jumlah pendapatan perkapita suatu negara. Dengan demikian pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah nilai barang dan jasa rata-rata nan tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode eksklusif (biasanya 1 tahun). Sangat banyak khasiatnya apabila suatu negara menghitung pendapat perkapitanya dengan jujur dan akurat.

Tapi sebaliknya, apabila dalam menghitungnya terdapat kekeliruan baik nan disengaja atau tak sengaja, akan menyebabkan angkat pendapat perkapita suatu negara menjadi bias. Hal nan sama akan terjadi apabila kita menghitung pendapatan perkapita negara Asean.



Menghitung Pendapatan Perkapita

Cara menghitung pendapatan perkapita ialah menjumlahkan pendapatan seluruh penduduk suatu negara pada tahun tertentu. Kemudian, dibagi dengan dengan jumlah penduduk negara nan bersangkutan pada periode tahun nan sama. Misalnya, jumlah penduduk suatu negara ialah 10 orang dan pendapat total seluruh penduduk ialah 100.000, maka pendapat perkapita negara tersebut ialah 100.000 (pendapat total) dibagi 10 (total jumlah penduduk) atau 10.000. Karena perhitungan pendapatan perkapita salah satu indikatornya ialah total jumlah penduduk negara tersebut dalam periode tertentu, maka angka kematian dan angka kelahiran akan mempengaruhinya.

Di sinilah letak akurasi perhitungan itu. Kalau misalnya dalam periode eksklusif jumlah angka kematian dan angka kelahiran negara tersebut tak diperbaharui, akan menghasilkan pendapat perkapita nan salah. Hal nan sama akan terjadi apabila kita akan menghitung pendapat perkapita negara Asean.

Pendapatan perkapita biasanya dihitung dari Produk Nasional Bruto (PNB) atau GDP ( Gross Domestic Product ). Suatu negara dikatakan makmur apabila salah satu indikator pentingnya, yaitu pendapatan perkapita, tinggi. Sebaliknya suatu negara dikategorikan sebagai negara miskin apabila angka pendapatan perkapitanya rendah. Angka pendapatan perkapita rendah berasal dari jumlah penduduk nan banyak sedangkan pendapatan total penduduk tersebut ialah rendah.

Ketika pendapat penduduk suatu negara secara holistik rendah sedangkan jumlah penduduk tetap, akan menunjukkan taraf kemiskinan nan besar. Selain itu dari angka pendapatan perkapita nan rendah juga dapat menunjukkan banyaknya pengangguran alias tak berpenghasilan tetap, sehingga total pendapat penduduk negara itu akan rendah. Demikian pula ketika pendapat perkapita negara Asean dikategorikan miskin, maka banyak warga negara di negara Asean ini nan miskin, tak berpenghasilan tetap atau mungkin juga disebabkan oleh tingginya angka kelahiran dan rendahnya angka kematian, sehingga akan mempengaruhi kepada angka pendapatan perkapita juga.



Pendapatan Perkapita Negara-Negara di Dunia

Bank Global mengelompokkan negara-negara di global berdasarkan tinggi rendahnya pendapatan perkapita.

  1. Low income economies . Negara dengan pendapatan rendah nan memiliki PNB perkapita ≤ US$ 520.
  2. Lower-middle economies. Negara dengan pendapatan menengah ke bawah nan memiliki PNB perkapita US$ 521-US$ 1.740.
  3. Middle economies. Negara dengan pendapatan menengah nan memiliki PNB perkapita US$ 1.741-US$ 2.990.
  4. Upper-middle economies. Negara dengan pendapatan menengah tinggi nan memeiliki PNB perkapita US$ 2991-US$ 4870.
  5. High income economies. Negara dengan pendapatan tinggi nan memiliki PNB perkapita US$ 4.871-US$ 25.480 atau lebih.


Kesejahteraan Negara-negara ASEAN

ASEAN ialah organisasi nan merupakan perhimpunan negara-negara nan berada di kawasan Asia Tenggara. Anggotanya terdiri dari semua negara nan berada di lokasi ini, kecuali Timor Leste dan Papua Nugini. Negara-negara tersebut ialah Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Philipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.

Dalam perkiraan World Bank pada Oktober 2010, pada 2010 daftar GDP ( Gross Domestic Product ) perkapita negara-negara ASEAN dalam international dollar sekitar:

  1. Indonesia: 4,380,
  1. Malaysia: 14,603,
  1. Thailand: 8,643,
  1. Singapura: 57,238,
  1. Philipina: 3,725,
  1. Brunei Darussalam: 42,200,
  1. Vietnam: 3,123,
  1. Laos: 2,435,
  1. Myanmar: 1,246, dan
  1. Kamboja: 2,086.

Indonesia menduduki peringkat ke-5. Yang paling tinggi dipegang oleh Singapura dan terendah ditempati Myanmar. Dengan mengetahui pendapatan perkapita suatu negara, Anda akan mengetahui taraf perkembangan kesejahteraan masyarakatnya. Dari angka pendapatan perkapita negara Asean tersebut, kita juga dapat menyimpulkan bahwa dua besar negara Asean paling makmur ialah Singapura dan Brunei Darussalam. Ini menunjukkan angka nan menarik.

Dari angka ini kita dapat mengambil konklusi krusial bahwa taraf kesejahteraan kedua negara tersebut memang telah makmur. Namun sekalipun sama-sama makmur, indikator pendukungnya dapat berbeda. Misalnya jumlah penduduk antara Singapura dan Brunei Darusallam tak sama, namun total pendapat masyarakat di kedua negara tersebut juga tinggi. Ini dapat menunjukkan taraf kesejahteraan antara rakyat Singapura nan jumlah penduduknya lebih banyak, jauh lebih sejahtera dibanding dengan penduduk Brunei Darusallam.

Dari angka-angka tersebut juga dapat ditelusuri sejauhmana rakyat masing-masing negara Asean mendapat kesempatan dalam setiap perkembangan pembangunan dan ekonomi di masing-masing negara.

Kesejahteraan masyarakat berusaha dicapai oleh pemerintah lewat pembangunan. Dengan pembangunan di berbagai sektor, diharapkan akan meningkatkan output berkualitas dalam bentuk barang dan jasa. Dengan demikian, bila terjadi peningkatan pendapatan nasional nan berarti juga peningkatan pendapatan perkapita.

Akan tetapi, tentu peningkatan pendapatan perkapita harus seiring dengan distribusi pendapatan nan merata. Bila tingginya pendapatan nasional merupakan sumbangan dari sebagian besar masyarakatnya, bukan sebagian kecil, pendapatan perkapita bisa dijadikan indikator buat menilai kemakmuran suatu negara. Begitu pula dengan pendapatan perkapita negara Asean.

Tapi sebaliknya, bila angka pendapatan nasional masyarakat itu ternyata sumbangan dari sebagian kecil masyarakatnya, maka pendapatan perkapita negara itu juga mengindikasikan jauhnya disparitas antara nan kaya dan nan miskin.

Banyak hal nan dapat ditelusuri dari angka pendapata perkapita suatu negara. Tapi sekali lagi hal ini dapat dijadikan angka krusial apabila dalam menghitungnya tak ada kekeliruan atau terjadi penyimpangan. Namun sebaliknya, bila terjadi kekeliruan atau terdapat banyak penyimpangan, sebenarnya akan menyulitkan negara itu sendiri sebab akan salah dalam memberi jalan keluar agar pendapat perkapita periode selanjutnya meningkat.