Penjahit Pertama Bendera Merah Putih

Penjahit Pertama Bendera Merah Putih

Bendera Merah Putih atau Sang Saka Merah Putih merupakan sebutan keagungan buat bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bendera Merah Putih inilah nan mewakili atau melambangkan Indonesia di kancah internasional sekaligus simbol kebanggan masyarakat Indonesia.



Bentuk dan Ukuran Bendera Merah Putih

Secara kasat mata, Bendera Merah Putih berbentuk persegi panjang dengan ukuran lebar dua pertiga atau dua berbanding tiga (2:3) ukuran panjang. Bagian atas bendera berwarna merah dan bagian bawah bendera berwarna putih. Kedua bagian merah dan putih ini memiliki bentuk serta ukuran nan sama persis.



Kapan Bendera Merah Putih Mulai Dikibarkan?

Bagi para siswa, Bendera Merah Putih merupakan bendera nan selalu dikibarkan serta dihormati setiap Senin pagi. Selain setiap Senin pagi, Bendera Merah Putih selalu gagah dikibarkan dalam upacara hari-hari besar nasional lain. Misalnya, saat hari kemerdekaan Indonesia nan jatuh pada 17 Agustus setiap tahun. Bahkan, Bendera Mera Putih tetap dikibarkan setengah tiang ketika ada tokoh negara nan meninggal dunia.

Akan tetapi, tahukah Anda kapan Bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan? Tidak salah lagi, pengibaran atau pemakaian pertama Bendera Merah Putih ialah pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta, ketika proklamasi kemerdekaan dilaksanakan. Akhirnya, 17 Agustus pun ditetapkan sebagai hari kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak saat itulah, Bendera Merah Putih selalu berkibar dalam setiap seremoni hari besar nasional.



Penjahit Pertama Bendera Merah Putih

Bendera pusaka, Sang Merah Putih, dibuat oleh istri Presiden Soekarno, yaitu Ibu Fatmawati. Bendera Merah Putih pertama kali dibuat pada 1944, satu tahun prakemerdekaan Indonesia. Bendera Merah Putih protesis Ibu Fatmawati berbahan katun jepang. Namun, adapula nan mengatakan bahwa bahan Bendera Merah Putih tersebut ialah kain wool dari London nan didapatkan dari seorang berkebangsaan Jepang.

Saat itu, katun jepang atau wool london memang merupakan bahan nan dipakai spesifik buat membuat berbagai bendera negara di dunia. Alasan pemilihan bahan ini sebab terkenal sangat awet. Keawetan itu pulalah nan mendasari pemilihan bahan pembuatan Bendera Merah Putih.

Sejak 1946 hingga 1968, Bendera Merah Putih protesis Ibu Fatmawati itu hanya dikibarkan setiap setahun sekali. Yaitu, saat upacara kemerdekaan Indonesia saja. Akhirnya, sejak 1969, bendera tersebut tak pernah dikibarkan lagi. Hingga kini, Bendera Merah Putih hasil jahitan Ibu Fatmawati hanya disimpan di Istana Merdeka.

Sang Saka Merah Putih itu pun sempat terkoyak dengan dua sobekan pada kedua ujungnya. Ujung bendera nan berwarna merah sobek sebesar 15 x 47 cm, sedangkan ujung bendera nan berwarna putih memiliki sobekan sebesar 12 x 42 cm.

Selain sobek, Bendera Merah Putih ini pun dihiasi dengan bolongan-bolongan kecil dampak gigitan serangga dan jamur. Terdapat pula beberapa noda berwarna kecoklatan, putih, dan hitam. Karena terlalu lama disimpan dalam keadaan terlipat, akhirnya lipatan tersebut sobek serta mengakibatkan pudarnya rona di sekitar lipatan.

Karena keadaan Bendera Merah Putih nan orisinil sudah rusak, setelah 1969, Bendera Merah Putih nan selalu dikibarkan setiap seremoni hari kemerdekaan Republik Indonesia ialah bendera duplikatnya. Bendera Merah Putih duplikat ini terbuat dari bahan sutra.

Sebenarnya, bendera pusaka atau Bendera Merah Putih nan orisinil pun selalu hadir dalam setiap upacara hari kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, bendera pusaka tersebut hanya menyaksikan seluruh prosesi upacara dari balik kotak atau peti penyimpanan.



Sejarah Bendera Merah Putih

Pengambilan merah dan putih sebagai rona bendera negara Indonesia bukanlah tanpa alasan. Terdapat sejarah nan patut kita ketahui di balik pengambilan rona merah dan putih. Sebenarnya, rona merah dan putih diambil dari rona Kerajaan Majapahit, meskipun bukan hanya Majapahit nan memakai kedua rona tersebut sebagai lambang kebesaran.

Kerajaan Kediri pun sebenarnya sudah menggunakan panji-panji merah putih jauh sebelum Majapahit. Selain Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Kediri, Sisingamangaraja IX dari tanah Batak telah menggunakan rona merah dan putih sebagai bendera perangnya.

Bedanya, bendera perang tersebut memiliki gambar pedang kembar berwarna putih dengan rona dasar merah menyala dan putih. Kedua pedang kembar dalam bendera perang Sisingamangaraja melambangkan piso gaja dompak, yaitu pusaka raja-raja Sisingamangaraja I hingga XII.

Selain itu, masih banyak penggunaan rona merah dan putih dalam bendera perang, umbul-umbul, maupun panji-panji. Di antaranya, bendera perang pejuang Aceh, simbol kekuasaan dan kebesaran Kerajaan Bugis Bone, dan panji-panji perang Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa (1825-1830) dalam upaya melawan Belanda.

Pada awal abad ke-20, rona merah dan putih kembali dihidupkan oleh kalangan mahasiswa sebagai aktualisasi diri nasionalisme terhadap Belanda. Akhirnya, Bendera Merah Putih pun digunakan pertama kali di Jawa pada 1928. Namun, pemerintahan kolonialisme Belanda melarang penggunaan Bendera Merah Putih itu.

Kemudian, sistem tersebut diadopsi sebagai bendera nasional sejak 17 Agustus 1945. Bertepatan dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak saat itulah, Bendera Merah Putih digunakan sebagai bendera kebangsaan Republik Indonesia.



Kemiripan Bendera Merah Putih dengan Bendera Negara Lain

Warna merah dan putih ternyata bukan hanya digunakan sebagai rona bendera Indonesia. Ada beberapa negara di global nan juga menggunakan kedua rona tersebut sebagai rona bendera negaranya. Di antaranya, Monako, Singapura, Polandia, Belanda, dan Jepang.

Meskipun cukup banyak bendera negara nan memiliki kemiripan dengan Bendera Merah Putih, bisa dipastikan bahwa semuanya mempunyai filosofi berbeda-beda. Apalagi, dengan penambahan gambar pada bendera maupun penyertaan rona lain, selain merah dan putih, seperti pada bendera negara Belanda (merah, putih, biru).



Arti Rona Bendera Merah Putih

Bendera kebangsaan Indonesia, yaitu Bendera Merah Putih, mempunyai makna filosofis nan cukup mendalam. Merah dalam hal ini diartikan 'berani' dan putih diartikan 'suci'. Merah digunakan buat melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih sebagai lambang jiwa manusia. Kedua rona ini berperan saling melengkapi serta menyempurnakan negara Indonesia.

Berdasarkan sejarah, kedua rona tersebut memang memiliki makna nan suci. Rona merah hampir sama dengan rona gula aren atau gula jawa, sedangkan putih seperti rona nasi. Gula aren dan nasi merupakan bahan primer nan digunakan dalam kuliner Indonesia, terutama kuliner khas Jawa. Tidak heran jika rona merah dan putih dipilih sebagai rona bendera Indonesia.

Sejak dahulu, orang Jawa telah menggunakan rona merah dan putih dalam prosesi upacara selamatan kandungan saat berusia 4 bulan. Hal itu dibuktikan dengan adanya bubur merah dan bubur putih nan selalu menjadi pelengkap dalam upacara selamatan kehamilan ini.

Orang Jawa begitu mempercayai bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah dan putih. Unsur merah digunakan buat melambangkan ibu, yaitu darah nan mengalir saat melahirkan sang bayi. Sementara itu, unsur putih digunakan sebagai lambang ayah, yaitu nan ditanam di rahim ibu.

Setelah mengenal sejarah serta filosofi rona Bendera Merah Putih, kita diharapkan semakin mencintai kebesaran dan keagungan bangsa ini. Bendera Merah Putih pun bisa dijadikan sebagai perenungan buat mengingat perjuangan kemerdekaan nan telah dilakukan para pahlawan nasional.

Merah ialah berani dan putih ialah suci. Semoga simbolisasi kedua rona ini bisa membentuk generasi-generasi bangsa nan jujur dan berani menegakkan keadilan di Bumi Pertiwi buat menjaga keangungan Bendera Merah Putih.