Sejarah Bank Rakyat Indonesia
Hanya ada satu bank nan nisbi sehat wal afiat ketika krisis moneter mengguncang Indonesia pada 1998. Padahal, sebagian besar bank lain kelimpungan sebab kekurangan likuiditas. Bank nan satu ini tetap tegar sebab tak banyak berhubungan dengan konglomerat, melainkan lebih sering berinteraksi dengan orang-orang kecil, seperti petani, peternak, dan nelayan. Bank Rakyat Indonesia atau BRI, demikian nama bank tersebut.
Sesuai dengan namanya, bank ini memang sangat dekat dengan rakyat kecil. Hanya bank ini pula nan punya lebih dari seribu unit di perkampungan terpencil di seluruh Indonesia. Pemerintah sejak awal merencanakan BRI sebagai banknya masyarakat kelas menengah bawah.
Sejarah Bank
Istilah bank sudah tak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Istilah bank berasal dari bahasa Itali, yaitu banque atau banca , nan artinya bangku. Pada zaman Renasissans, para pekerja bank atau bankir Florence melakukan transaksi dengan duduk di belakang meja buat melakukan penukaran uang. Hal tersebut berbeda dengan pekerjaan nan lain, nan kebanyakan tak bisa melakukan pekerjaan di belakang meja mereka sambil duduk.
Di Indonesia, ada peraturan perundang-undangan nan spesifik buat mengatur perbankan. Pada tanggal 10 November, di dalam UU RI nomor 10 tahun 1988 tentang perbankan, disimpulkan bahwa kegiatan nan berkaitan dengan usaha perbanan bisa dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana ini ialah kegiatan pokok suatu bank. Kegiatan bank lainnya, yaitu memberikan jasa hanya sebagai kegiatan pendukung di dalam bank tersebut.
Kegiatan pokok bank dengan menghimpun dana tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, simpanan giro, atau deposito. Untuk menarik perhatian nasabahnya, bank memberikan kembang dan hadiah bagi para nasabahnya nan ingin menyimpan dana di bank tersebut.
Kemudian, kegiatan bank dalam menyalurkan dana dilakukan dengan memberikan pinjaman kepada masyarakat, tentu saja dengan syarat-syarat tertentu. Untuk pemberian jasa-jasa nan lainnya, perbankan memberikan dukungan buat melancarkan kegiatan pokok bank tersebut.
Di Indonesia ini, bank pertama kali didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin, SE. Bank mempunyai manfaat, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Berikut ini beberapa kegunaan perbankan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
- Bank merupakan model investasi, seperti buat transaksi derivatif nan merupakan bentuk investasi jangka pendek.
- Bank merupakan suatu forum nan bisa melindungi nilai uang, nan berarti melalui transaksi derivatif, maka bisa melindungi nilai atau risk management .
- Bank bisa memberikan informasi mengenai harga barang komoditi eksklusif dikemudian hari.
- Bank juga berfungsi sebagai spekulatif terhadap nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri.
- Bank berfungsi sebagai manajemen produksi berjalan nan baik dan efisien. Bank bisa memberikan citra kepada manajemen produksi dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar pada masa nan akan datang.
Fungsi-fungsi tersebut merupakan fungsi primer perbankan. Terlepas dari fungsi tersebut, tujuan bank secara filosofis juga perlu diketahui oleh masyarakat luas.
Hal tersebut tercermin dalam peraturan perundang-undangan pasal 4 UU Nomor 10 tahun 1998, nan berbunyi, “Perbankan Indonesia bertujuan menunjang aplikasi pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.
Dalam klarifikasi tersebut, maka kegiatan usaha bank juga harus didasarkan atas sistem pemerintahan di Indonesia, yaitu sistem demokrasi ekonomi nan menggunakan prinsip kehati-hatian. Hal tersebut tercermin sebab secara filosofis, bank mempunyai fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa ini.
Bank mempunyai sejarah nan cukup panjang, sehingga bisa terus berdiri sampai sekarang ini sebab kebutuhan usaha ini sangat krusial di dalam kehidupan manusia. Pada tahun 1690, bank pada umumnya pertama kali didirikan dengan bentuk sebuah firma.
Pada waktu itu, kerajaan Inggris berencana buat membangun kembali kekuatan armada lautnya nan bertujuan buat bersaing dengan kekuatan armada bahari negara Perancis.
Akan tetapi, pada waktu itu, pemerintah Inggris tak mempunyai dana buat mendanai armada lautnya. Kemudian, William Paterson memberikan sebuah gagasan, nan kemudian direalisasikan oleh Charles Montagu, dengan membentuk sebuah forum intermediasi keuangan. Tujuannya ialah buat memenuhi dana pembiayaan dan hal tersebut akhirnya bisa tercapai selama dua belas hari.
Di dalam sejarah, kegiatan perbankan dikenal pada zaman kerajaan dulu di daratan Eropa. Kemudian, kegiatan usaha perbankan ini mulai berkembang di Asia Barat nan dibawa oleh para pedagang.
Perbankan di bawa ke daerah Asia, Afrika, dan Amerika oleh bangsa Eropa, ketika mereka melakukan penjajahan ke negara-negara tersebut, baik di Asia, Afrika, atau Amerika.
Jika ditelusuri sejarahnya, perbankan dimulai dengan adanya jasa penukaran uang. berdasarkan hal tersebut, arti bank lebih dikenal sebagai meja loka penukaran uang, seperti nan sudah dijelaskan sebelumnya.
Pada zaman kerajaan, kegiatan penukaran uang dilakukan antara kerajaan nan satu dengan kerajaan nan lain. Pada saat ini, penukaran uang tersebut dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing atau Money Changer .
Setelah mengalami perkembangan, kegiatan operasional perbankan kemudian berkembang menjadi sebuah forum penitipan uang atau disebut sebagai simpanan.
Kegiatan perbankan semakin berkembang dengan bertambahnya kegiatan bank tersebut, yaitu peminjaman uang. Uang nan disimpan oleh masyarakat, dikelola lagi oleh pihak bank dan dipinjamkan kepada masyarakat nan membutuhkannya.
Jasa perbankan akan terus berkembang sinkron dengan perkembangan zaman nan menuntut kebutuhan manusia semakin banyak. Dengan adanya perbankan ini, kebutuhan manusia semakin dipermudah.
Contohnya, dengan adanya produk bank berupa kartu debit atau kredit, manusia tak usah membawa uang terlalu banyak buat bertransaksi. Cukup dengan kartu tersebut, manusia sudah bisa melakukan transaksi finansial.
Sejarah Bank Rakyat Indonesia
Cikal bakal BRI bukan dari rakyat miskin dan terbelakang. Bank tersebut justru dibesut oleh para kaum priyayi (bangsawan) pribumi di Jawa Tengah, tepatnya di kota Purwokerto pada 1895. Menilik tahun kelahirannya, sudah niscaya BRI merupakan bank tertua di Indonesia. Saat itu, kaum priyayi di Jawa butuh loka buat menyimpan uangnya.
Namun, dalam perkembangannya, bank milik kaum priyayi tersebut diambil alih oleh pemerintah Indonesia, nan secara resminya dimulai pada 1946. Sejak saat itu, BRI mengalami berbagai perubahan fungsi dan status.
Mulai dari perubahan nama, pergantian fungsi hanya buat petani dan nelayan, sampai pada peleburan dengan bank lain. Sebagai bank milik pemerintah, tentu BRI tidak dapat menolak berbagai perubahan tersebut.
Barulah pada masa Orde Baru, tepatnya sejak 1968, pemerintah menetapkan BRI sebagai bank umum. Namun, tetap harus fokus buat melayani kalangan menengah bawah. Tugas utamanya ialah membantu mengembangkan perusahaan kecil dan menengah.
Caranya, dengan menyalurkan kredit kepada mereka. Angka kredit BRI buat UKM setiap tahun selalu meningkat, mulai dari ratusan miliar sampai puluhan triliun.
Hebatnya, angka kredit macet BRI termasuk nan terrendah dibanding bank lain. Ternyata, konduite para pengusaha kecil dan menengah serta masyarakat kelas bawah, jauh lebih baik dibanding tindak tanduk debitur kakap dan konglomerat nan punya hobi mengemplang utang. Itulah sebabnya, pada saat krisis moneter, BRI nisbi tenang dalam menghadapinya.
Meski sudah terbukti sehat sebab mengelola dana masyarakat kelas menengah bawah, namun BRI tak pernah berpuas diri. Sejak beberapa tahun silam, BRI mulai melirik kaum priyayi lagi seperti awal sejarahnya. Tanda-tanda lirikan BRI tersebut terlihat dari gencarnya mereka memasarkan kartu kredit.
Kartu tersebut jelas bukan buat kebanyakan nasabah BRI nan petani, nelayan, peternak, atau pengusaha UKM, tetapi buat orang-orang nan bermukim di kota. BRI termasuk bank nan terlambat meluncurkan kartu kredit sebab selama ini, nasabah mereka memang tak membutuhkan kartu tersebut.
Langkah tersebut tampaknya menuai hasil. Sejak awal 2009, gambaran BRI mulai bergeser dari bank nan hanya mengurusi masyarakat bawah dan pedesaan, menjadi bank nan juga peduli terhadap masyarakat kota.
Pemerintah sebagai pemegang 100 persen saham bank tersebut niscaya berharap, apa pun langkah nan diambil manajemen, tetap menjadikan BRI sebagai bank terbesar nan selalu sehat wal afiat setiap saat.
Demikian sekilas mengenai sejarah bank di global dan Bank Rakyat Indonesia atau BRI nan semakin berkembang sampai saat ini. Semoga uraian tersebut menambah wawasan Anda.