Manusia Makhluk Sosial
Sosiolog Abu Ahmadi, menyatakan bahwa ciri karakteristik masyarakat nan primer ialah sebuah kerumuman atau sekumpulan banyak orang dapat dikatakan sebagai masyarakat apabila sekumpulan banyak manusia telah menetap di satu daerah eksklusif dalam jangka lama, sehingga dari hubungan antara banyak orang tersebut muncullah aturan-aturan baik tertulis maupun tidak, nan fungsinya buat mengatur tata kerja dan tata kelola buat kepentingan dan tujuan bersama.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka ada beberapa karakteristik ciri masyarakat. Secara singkat karakteristik ciri masyarakat menurut Abu Ahmadi ialah sebagai berikut.
- Ada sekumpulan banyak orang,
- Menetap di daerah eksklusif dalam jangka waktu lama dan,
- Ada anggaran nan fungsinya mengatur kelompok manusia itu.
Berbeda dengan Abu Ahmadi, sosiolog lain, seperti Abdul Syani dalam hasil penelitiannya nan dipublikasikan pada 2003, ciri-ciri primer sekumpulan manusia dikatakan sebagai masyarakat, apabila ada interaksi, ada pola tingkah laku nan sama nan bersifat mantap, dan kontinyu dalam masyarakat tersebut, serta adanya rasa bukti diri terhadap kelompoknya.
Abu Ahmadi lebih menekankan pada aspek hubungan antara masing-masing individu sebagai karakteristik primer masyarakat. Sehingga dampak dari hubungan tersebut akan muncul pola tingkah laku nan khas dalam masyarakat tersebut dan adanya rasa bukti diri terhadap kelompoknya nan dimiliki masing-masing anggota masyarakat tersebut.
Misalnya saja, ketika berbicara masyarakat Sunda nan hayati di pesisir pantai. Maka, di daerah pesisir pantai tersebut terdapat sekumpulan orang nan berinteraksi satu sama lain. Dampak dari hubungan tersebut, kemudian muncul pola tingkah laku nan sama, seperti menjadi nelayan atau bagaimana sikap masing-masing masyarakat pesisir terhadap keberadaan laut.
Masing-masing individu nan saling hubungan dan memiliki pola tingkah laku nan sama tersebut, akan memiliki ikatan rasa bukti diri sebagai masyarakat Sunda pesisir.
Kemudian seorang nan datang ke daerah tersebut, lalu terjadi interaksi, maka pendatang tadi belum dapat dikatakan sebagai anggota masyarakat Sunda pesisir, jika belum memiliki pola tingkah laku nan khas dan memiliki rasa bukti diri terhadap kelompok masyarakat Sunda pesisir tersebut.
Interaksi Masyarakat
Realitas dari ciri karakteristik masyarakat tadi, yakni adanya interaksi, memiliki kepentingan bersama dan membuahkan hasil reka cipta masyarakat tersebut buat menopang keberlangsungan dan mempertahankan hidup, menarik buat diperhatikan. Pada sisi inilah kemudian muncul ilmu sosiologi nan tugasnya mempelajari bagaimana konduite masyarakat, pola hubungan antara manusia dengan manusianya.
Ketika pada awal abad ke-20 terjadi gelombang besar-besar imigran berdatangan ke Amerika Utara, telah memunculkan majemuk gejala, seperti pertumbuhan penduduk sangat pesat, kriminalitas meningkat, dan gejala masyarakat lainnya. Hal ini menarik perhatian dan menggugah para sosiolog Amerika buat meneliti gejala-gejala nan terjadi di masyarakat tersebut.
Para ilmuwan itu berpikir keras buat menemukan pendekatan baru nan dapat menanggulangi berbagai macam gejala sosial nan tumbuh seiring terjadinya gelombang imigran secara besar-besaran tersebut. Karena itulah, sosiologi modern tumbuh pesat terutama di Amerika Serikat, bukan di Eropa loka kelahiran para sosiolog, seperti Aristoteles, August Comte bapak Sosiologi nan pencetus istilah Sosiologi buat pertama kalinya pada tahun 1842.
Manusia Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial maksudnya ialah manusia itu selalu membutuhkan hubungan dan pengenalan dengan orang lain dalam menjalani kehidupannya.
Manusia ialah makhluk sosial, sehingga manusia memerlukan pengenalan dengan orang lain. Pengenalan ialah proses di mana seseorang mempelajari cara hayati masyarakat buat mengembangkan potensinya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok, sinkron dengan nilai, norma, dan Norma nan berlaku dalam masyarakat tersebut.
Proses tersebut dimulai dari lingkungan nan paling kecil, yaitu lingkungan keluarga. Manusia ketika lahir dunia, akan menyesuaikan dirinya dari lingkungan keluarganya.
Seiring dengan pertumbuhannya, dia akan menyesuaikan dengan lingkungan nan lain nan lebih luas, sampai pada lingkungan nan luas lagi. Selama proses penyesuaian tersebut, manusia sebagai seorang individu belajar menjadi seseorang nan mempunyai kepribadian unik.
Melalui sosialisasi, seseorang akan berkembang menjadi pribadi atau makhluk sosial. Kepribadian merupakan suatu kesatuan integral dari sifat-sifat individu nan berkembang melalui proses sosialisasi. Bisa dikatakan bahwa kepribadian mengacu pada seluruh ciri-ciri khas dan sifat-sifat nan mewakili sikap atau tabiat.
Manusia pada dasarnya bukanlah organisme nan bereaksi secara otomatis atas rangsangan dari lingkungan dan badannya, melainkan seorang pribadi nan berpikir tentang apa nan akan dibuat, mempertimbangkan tindakannya, dan akhirnya memutuskan apa nan akan dilakukannya.
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut buat bisa bekerjasama dengan orang lain, baik buat kepentingan pribadi atau orang lain, buat terciptanya kehidupan nan kondusif dan damai. Berikut ini beberapa pendapat para pakar mengenai manusia ialah makhluk sosial.
Dr. Johannes Garang menyebutkan bahwa nan disebut sebagai makhluk sosial ialah makhluk nan hidupnya berkelompok dan makhluk tersebut tak bisa hayati secara individu atau sendiri.
Selain itu, Aristoteles menyebutkan bahwa makhluk sosial disebut juga sebagai zoon politicon. Maksudnya manusia itu dikodratkan buat hayati secara bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain.
Dari pendapat para pakar tersebut, bisa ditarik simpulan bahwa manusia sebagai makhluk sosial sebab dalam kehidupannya manusia tak bisa terlepas dari hubungan dengan orang lain dan manusia bukan makhluk nan individu atau menyendiri.
Interaksi sosial nan dilakukan oleh manusia banyak ragamnya. Tergantung kebutuhan manusia itu sendiri, apakah membutuhkan hubungan dengan invidu lagi atau dengan kelompok lain.
Bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut, membuktikan bahwa manusia ialah makhluk sosial. Tidak akan terjadi hubungan apabila salah satu keduanya tak ada nan memulai buat berinteraksi. Hubungan sosial biasanya didasari atas berbagai faktor. Berikut beberapa faktor nan mempengaruhi hubungan sosial.
1. Imitasi
Proses imitasi ialah proses peniruan. Individu pertama kali melakukan imitasi pada waktu masih kecil, di dalam lingkungan keluarga. Anak biasanya akan meniru tindakan orang tua, seperti cara bicara, cara makan, cara berpakaian, dan sebagainya. Berikutnya, proses imitasi di lingkungan luar.
Proses imitasi dapat sebab beberapa kemungkinan. Semakin kompleks suatu masyarakat dan tingginya interaksi, maka akan mengakibatkan dorongan proses imitasi pada masyarakat.
Proses imitasi bisa terjadi sebab rasa tertarik, kagum kepada seseorang, sehingga individu tersebut melakukan peniruan. Imitasi dapat mengarah pada hal-hal nan bersifat negatif dan positif. Agar tak terjadi akibat dan imbas negatif, maka perlu ditanamkan kebiasaan dan anggaran di masyarakat.
Bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut bisa dilihat dari manusia sejak lahir, dimulai dari lingkungan nan paling kecil, yaitu keluarga. Semakin bertambah usianya maka bentuk-bentuk interaksinya semakin luas dan lingkungannya pun semakin luas.
2. Identifikasi
Proses identifikasi sama dengan proses pada imitasi. Namun, pada proses identifikasi ini bukan hanya peniruan fisik dan kelakuan, tapi dapat sampai proses kejiwaan. Bagaimana seseorang sudah menganggap dirinya sama seperti nan diidolakan.
Contohnya seorang individu mengidolakan seorang penyanyi. Ia melakukan proses imitasi sampai dengan pengidentifikasian dirinya sama dengan sang artis. Seorang anak nan dekat dengan salah satu orang tuanya, suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan nan diidolakannya.
Bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut biasanya dilakukan manusia semenjak masih kecil juga, sama dengan proses imitasi. Keduanya saling berkaitan.
3. Sugesti
Sugesti ialah rangsangan atau stimulus nan diberikan oleh seseorang, sehingga individu nan diberi sugesti menurut dan mengikuti apa nan dikehendaki. Bentuk sugesti dapat berupa saran, pendapat, atau pertanyaan.
Contohnya, sugesti dapat dari individu ke individu, individu ke kelompok, dan kelompok ke kelompok lainnya. Sugesti dapat juga sebab dipengaruhi oleh iklan-iklan di televisi, majalah, dan sebagainya. Sugesti cenderung bersifat irasional.
Bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut membuktikan bahwa manusia sebagai makhluk sosial sebab sifat alamiah manusia itu sendiri. Manusia membutuhkan sugesti dalam hidupnya.
4. Motivasi
Motivasi hampir mirip dengan sugesti. Namun, motivasi lebih cenderung positif, saran, atau stimulus nan diberikan dan dilakukan secara kritis, rasional, dan penuh dengan tanggung jawab.
Bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut sama dengan sugesti. Manusia dapat berinteraksi dengan orang lain sebab ada motivasi buat melakukan interaksi.
5. Simpati
Simpati ialah proses kejiwaan, di mana seorang individu merasa tertarik dengan seseorang atau sekelompok orang sebab sikap, penampilan, perbuatan, dan wibawanya. Perasaan simpati seorang pria kepada wanita tak akan menutup kemungkinan benih-benih cinta bersemi.
Bentuk-bentuk hubungan sosial tersebut dilakukan sebab manusia memang membutuhkan simpati dari orang lain, baik dari individu atau dari kelompok lainnya.
6. Empati
Empati mirip dengan simpati. Akan tetapi, bukan hanya perasaan kejiwaannya saja, ikut merasakan dibarengi dengan respon tubuh. Misalnya, jika orang tua mitra meninggal dunia, maka duka nan mendalam ikut dirasakan, sama-sama merasa kehilangan.
Demikian klarifikasi mengenai ciri karakteristik masyarakat sebagai makhluk sosial nan berinterkasi dan berkumpul. Semoga informasi tersebut bermanfaat dan menambah wawasan Anda.