Peran Sentral Imam Mahdi

Peran Sentral Imam Mahdi

Apa sajakah kebenaran Syiah ? Seperti nan kita ketahui, Syiah ialah kelompok nan membela Ali. Dalam sejarahnya, memang terdapat golongan nan membantu Ali bin Abi Thalib ketika menjabat sebagai khalifah. Saat itu golongan tersebut menolong Ali dalam mengatasi pemberontakan Perang Unta nan dipimpin Talhah, Zubair, dan janda nabi, Aisyah.

Syiah cenderung meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib seharusnya diangkat sebagai khalifah setelah Nabi Muhammad SAW sebab Nabi sudah mengangkat Ali sebagai pengganti dalam peristiwa Gadir Khum -meski hadits nan menyebut pengangkatan Ali ini sifatnya mutawatir.



Kebenaran Syiah di Antara Sisi “Hitam” Mereka

Kita mengenal Syiah sebagai paham nan cenderung eksklusif, menambah-nambahkan ibadah bid'ah, dan menuhankan imam-imam mereka. Kita juga mengetahui bahwa CIA sedang berstrategi buat melenyapkan Syiah.

Adapun caranya ialah dengan mengambinghitamkan mereka; menyebar warta kebohongan tentang Syiah melalui ulama-ulama Islam terkemuka; dan menyudutkan Republik Islam. Di balik sisi negatif dan pemojokan Syiah ala CIA, terdapat kebenaran primer dalam Syiah; yaitu keberanian mereka menggagas Imam Mahdi.



Pembelaan Primer Kepada Imam Mahdi

Seperti nan kita ketahui, Nabi Muhammad SAW ialah penghulu nabi. Setelah beliau, tak ada lagi nabi lain. Hal ini terbukti sahih sebab hingga 1400 tahun kemudian, belum ada orang nan mampu “menyetarai” nabi. Meskipun garis kenabian telah putus, menurut Syiah, masih akan ada “penghulu para penghulu”, yaitu al-Mahdi.

Maksudnya, akan muncul seorang imam nan memenuhi bumi dengan keadilan sebab sebelum kedatangan Al-Mahdi, bumi ini telah dipenuhi kecurangan. Keunggulan Imam Mahdi dibandingkan imam-imam Syiah lainnya diungkapkan oleh imam keenam, Jafar as-Shadiq sebagai berikut, "Barangsiapa mengakui semua imam, tetapi mengingkari Imam Mahdi, ia seperti mengakui semua nabi, tetapi mengingkari Nabi Muhammad SAW”.

Ucapan Imam keenam bukan berarti menyetarakan Imam Mahdi dengan Nabi Muhammad. Akan tetapi, menegaskan betapa berbahayanya keadaan global ketika Imam Mahdi datang.



Peran Sentral Imam Mahdi

Menjelang Kiamat, umat Islam tak lagi berpatokan pada Al-quran atau Al-hadits. Bahkan, kemungkinan umat Islam sempat menampik keberadaan Al-Mahdi. Maksudnya, umat Islam akan termakan hasutan Dajjal, mengingat terdapat hadits nan berbunyi sebagai berikut, "Sejak Allah SWT menciptakan Nabi Adam hingga hari kiamat, tak ada satu ujian pun nan lebih dahsyat daripada Dajjal".

Ketika umat Islam “terkecoh” oleh Dajjal tersebutlah Imam Mahdi muncul. Oleh sebab itu, maksud imam keenam, jika saat itu umat Islam memilih Dajjal hanya sebab tipu muslihatnya nan keji dan tak membela Al-Mahdi nan benar, umat Islam sama saja tak mengakui Islam; nan artinya mengingkari keberadaan Imam Mahdi sebagai penerus peran Nabi Muhammad SAW.



Konsistensi Syiah pada Imam Mahdi

Dibandingkan dengan Sunni, Syiah sangat loyal dengan imam-imam mereka. Bahkan, salah satu cita-cita Mahmud Ahmadinejad, presiden Iran saat ini ialah “mempercepat kedatangan Imam Mahdi sebab global sudah dipenuhi kelicikan AS dan sekutu-sekutunya”.



Konsep Imamah dan Syiah

Keyakinan akan munculnya Imam Mahdi memang diakui oleh seluruh kelompok-kelompok nan ada di dalam Islam, bukah hanya syiah saja. Namun nan diragukan kebanyakan orang tentang kebenaran Syiah ialah dalam permasalah imamah nya.

Secara umum, imamah berfungsi sebagai perangkat tinggi hukum nan mentransformasikan nilai-nilai keadilan bagi semua lapisan masyarakat. Namun dalam keyakinan Syiah, imamah merupakan diskursus teologi (akidah) nan berseberangan secara diametral dengan golongan mayoritas ulama Islam lainnya. Yaitu, ulama nan menganggap hal tersebut bagian dari diskursus parsial normatif (fikih): nan secara prosedural pengangkatan imam (khalifah) diserahkan kepada rakyat. Sedangkan dalam sekte Syiah, imamah (kepemimpinan) berdasarkan nash dan wasiat dari nabi Muhammad Saw.

Dari sini bisa dipahami, Syiah berkeyakinan bahwa agama dianggap sebagai mendasar agama, di samping kewajiban shalat, zakat, puasa dan haji. Bahkan di dalam kitab al-Kafi dicantumkan perkataan Abu Ja’far nan bernada, “Islam didirikan dalam lima pondasi. Yaitu, shalat, zakat, puasa, haji dan wilyah. Belum ada seruan buat wilayah maka manusia hanya mengambil empat pondasi pertama dan mengabaikan nan terakhir.”

Di dalam kitab “ ‘Aqaa’id al-Imaamiyah al-Itsna al-‘Asyariyah” dicantumkan oleh Zanzani bahwa kelompok Syiah imamiyah memiliki keyakinan ihwal imamah ialah kepemimpinan agama dan dunia, dan merupakan jabatan ketuhanan nan dipilih oleh Allah dengan memberikan perintah kepada Nabi Saw. buat memberi isyarat keimamahan dengan memiliki legalitas kewajiban buat mematuhinya setelah Nabi Saw.

Makanya Ahmad Haris Suhaimi menuliskan di dalam bukunya “ Tawtsiq as-Sunnah baina asy-Syi’ah al-Imamiyya wa Ahlus Sunnah fi al-Ahkaam wa Nikah al-Mut’ah”, Bila dipahami dari klarifikasi konsep imamah Syiah, maka setiap muslim nan meninggal global tanpa mengetahui imam nan lagi berkuasa di masanya, kematiannya dianggap bagaikan kematian dalam pra-Islam (jahiliyah).

Di sinilah kita menjadi paham, bahwa mayoritas ulama Syiah berpendapat bahwa pengingkaran terhadap imamah maka pelakunya dianggap kafir melebihi pengingkaran terhadap kenabian.

Keyakinan inilah nan memaksa pengikut Syiah beriktikad tentang kemaksuman imam nan menyebabkan pengakuan mereka kepada akidah al-bada’ wa at-taqiyyah . Karena empiris imamah tak sinkron dengan anggapan kemaksuman; nan apabila terjadi pertentangan dalam setiap fatwa mereka (imam); mereka mengatakan dengan al-aada’ dan attaqiyyah.

Begitu juga keyakinan terhadap akidah imamah nan menyebabkan mereka mengatakan akidah lain dengan sebutan akidah al-gha’ibah (akidah asing) dengan alasan logis bahwa setiap masa tak lepas dari alasan (hujjah) bagi Allah. Maka, keabsenan imam nan ke-12 dijadikan akidah buat beralasan bagi Allah. Lantas, masihkah kita kliam kebenaran syiah nan merasa kelompoknya paling benar?



Mengkaji Riwayat Buku Mir’atul Uqul

Tak salah rasanya bila penulis mencantumkan di dalam artikel nan mengupas tentang seperti apa kebenaran syiah ini ihwal kitab Mir’atul Uqul nan memuat hadis-hadis nan diklaim otentik oleh kelompok Syiah.

1. Al-Majlisi

Ia ialah penulis buku Mir’atul Uqul nan mengakui hadits nan dianggap lemah (dhoif) olehnya dalam buku al-Kafi, tetapi sifat kelemahan nan dimiliki oleh hadis tersebut masih dapat diaplikasikannya.

Sebenarnya al-Majlisi tak melilrik ke mata rantai periwayat an sich, sebagain bagian dari keabsahan suatu hadis, tetapi isi hadis bila sepadan dnegan akidah nan dianut, maka hadis tersebut bisa diaplikasikan.

2. Buku hadis mir’atul uqqul tak bisa digolongkan dalam buku takhrij, yaitu buku nan ditulis buat memberi klarifikasi terperinci terhadap kedudukan hadis. Karena buku hadis ini tak merinci alasan kelemahan suatu hadis. Tugas nan dilakukan al-Majlisi di sini terbatas sebagai taqiyyah buat memperlihatkan pertentangan periwayatan buku al-Kafi.

3. Di dalam Ushul al-Kafi sendiri semua periwayat bersifat mun’an’an, tanpa ada satu riwayat nan ditulis dengan haddatsana akhbarana sami’na … dan lainnya seperti nan terdapat di dalam buku-buku hadis ulama sunni.

4. Takhrij nan dilakukan oleh al-Majlisi sebenarnya mengikuti jejak langkah guru-gurunya, yaitu al-Tasturi nan memiliki buku hadis bernama al-Akhbar ad-Dakhilah dan Qadha ‘Ali . Dalam buku nan terakhir ini, penulisnya banyak memberi periwayatan dan mitos nan kontiniu sampai kepada Ali bin Abi Thalib.



Kenapa Syiah Mengagungkan Ali bin Abi Thalib?

Ali bin Abi Thalib ialah ikon nan dijadikan tentang kebanaran syiah oleh banyak para ulama Syiah. Para ulama sunni, mengakui Ali sebagai khulafaurrasyidin setelah Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ustman Bin Affan. Berbeda dengan Syiah, nan hanya mengakui Ali sebagai pengganti Rasulullah Saw. Tidak ada khalifah selain Ali bin Abi Thalib.

Bahkan ada kelompok Syiah nan mengklaim Ali setera Nabi Muhammad Saw. Bahkan sebagian besar kaum Syiah juga mengkafirkan sebagian besar pembesar-pembesar sahabat Nabi Saw. nan telah Allah muliakan derejat mereka melalui kitab suci.

“Dan para pendahulu (sahabat Rasul) dari Muhajirin dan Anshar dan orang-orang nan mengikuti mereka dengan baik, maka Allah meridhai mereka dan mereka pun ridha. Dan disediakan untuk mereka surga nan mengalir anak-anak sungai di bawahnya serta kekallah mereka di dalamnya. Demikian itu, kemenangan nan cukup besar”. (QS. At-Taubah: 100)

Tak hanya sampai di situ, bahkan sebagian mereka mengklaim salah seorang imam mereka ialah nabi terakhir dan mereka golongkan kepada ulul azmi minarrusul . Untuk lebih jelasnya baca artikel “Apa Itu Syiah? Sebuah Pertanyaan Sederhana nan Sangat Sensitif”.

Di dalam artikel tersebut Anda bakal dapat juga menakar kebenaran syiah seperti apa? Pasalnya, diungkapkan dengan dalil-dalil dan rujukan-rujukan nan bisa dipertanggungjawabkan. Semoga artikel ini bermanfaat buat sobat Ahira.