Tips Uji Kecocokan Pasangan

Tips Uji Kecocokan Pasangan

Masih ingat kasus perceraian seniman Anang dan Krisdayanti? Tak ada nan menduga kalau pasangan seniman nan sebelumnya dikenal romantis dan selalu rukun itu akan mengakhiri rumah tangganya. Tentu Anda juga kaget ketika mengetahui kabar penyanyi nan membawakan acara ‘Berpacu dalam Melodi’, Koes Hendratmo, akhirnya juga bercerai setelah puluhan tahun membangun rumah tangga. Apakah mereka melakukan uji kecocokan pasangan sebelum menikah?

Memang, mengikuti info dan gosip seniman tersebut mungkin membuat Anda dapat memakluminya. Yah, wajar saja kalau seniman sering kawin cerai. Namanya juga orang terkenal, begitu mungkin alasan Anda. Namun kalau Anda juga mencermati empiris perceraian nan terjadi di sekitar kita, mungkin Anda tak akan merasa maklum lagi.

Di negara-negara barat, jumlah perceraian nan ada lebih menakjubkan lagi. Di Amerika Serikat, sekitar 50 persen atau satu dari dua perkawinan nan ada berakhir dengan perceraian. Menariknya, dua pertiga dari jumlah keluarga nan masih bertahan ternyata juga berada dalam kondisi kritis.

Di negara kita, kenyataan perceraian tampaknya juga semakin meningkat. Yang memprihatinkan lagi, ada kesamaan jumlah perceraian nan terjadi sebab somasi dari pihak istri atau cerai-gugat justru jauh makin besar dibandingkan jumlah kasus perceraian sebab talak dari pihak suami. Padahal, selama ini banyak perceraian diwarnai jenis talak dari pihak lelaki.

Data angka tentang jumlah perceraian nan tercatat di instansi pemerintah dapat jadi nisbi kecil dibandingkan dengan fenomena nan ada. Apalagi bentuk-bentuk tidak selaras nan terjadi dan dialami suami istri sangat beragam. Begitu juga latar belakang dan penyebabnya sangatlah bervariasi. Mungkinkah kenyataan ini terjadi dampak tak adanya uji kecocokan pasangan sebelum mereka menikah?



Uji Kecocokan Pasangan

Setiap manusia di global ini dilahirkan dengan memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Tentunya dengan ini, satu manusia dengan manusia nan lain memiliki disparitas dan juga dapat memiliki kesamaan.

Seseorang nan memutuskan buat menikah dengan orang nan lain tentunya sudah didahului dengan pertimbangan. Tidak hanya sebuah keputusan nan dibuat dengan tergesa atau terburu tanpa pertimbangan. Karena menikah ialah sebuah hal nan sakral dan setiap orang tentunya mengharapkan hanya mengalami satu kali pernikahan. Ini berarti semua orang nan menikah tidak ingin mengalami kegagalan dalam pernikahan mereka.

Karena alasan inilah banyak orang nan memilih orang lain nan akan dijadikan pasangan hidupnya sebagai orang nan dianggap orang paling cocok buat dijadikan pasangan. Walau pun memang sebenarnya makna kata cocok ini sangatlah nisbi dan bisa memiliki arti disesuaikan dengan setiap pribadi nan ada.

Karena manusia memang dilahirkan dengan kekhasannya sendiri, dalam hal ini mengenai sifat, sikap dan karakter, setiap orang juga memiliki makna cocok sendiri. Cocok ialah sesuai. Pasangan nan cocok ialah pasangan nan sinkron dengan dirinya sendiri.

Satu orang mungkin bisa dikatakan cocok dengan orang nan lain. Namun juga bisa dikatakan tak cocok dengan orang nan lain. Untuk itu memang terkadang banyak orang nan mengalami kesulitan buat mendapatkan kecocokan ini.



Tips Uji Kecocokan Pasangan

Oleh sebab itu, sebelum Anda berencana membangun interaksi nan serius menuju jenjang pernikahan, berikut beberapa tips nan bisa Anda lakukan buat sekedar uji kecocokan pasangan. Tes ini tentu saja bukan merupakan penentu menyangkut jodoh sebab soal jodoh Tuhanlah nan menentukan. Apalagi manusia ialah makhluk multidimensional nan amat misterius.

Kesesuaian Spiritual. Sebagai makhluk religius, manusia menempatkan agama sebagai sesuatu nan pokok dan utama. Karena itu, kesesuaian spiritual juga akan menentukan kecocokan anda bersama pasangan. Hal inilah nan menjadi hal primer dalammembuat satu manusia dapat cocok dengan nan lainnya.

Kesesuaian spiritual ini sejatinya bisa menjadi acuan buat kecocokan nan paling bisa diandalkan. Dengan memiliki spiritual nan sinkron akan menyebabkan datangnya atau timbulnya banyak kesesuaian nan lain.

Jika terjadi disparitas nan akan menyebabkan permasalahan atau bahkan pertengkaran di dalam rumah tangga nan telah dibangun maka keduanya bisa mengacu pada tujuan religi nan memang ingin dicapai dalam mengarungi perahu rumah tangga ini. Sehingga paling tidak, kesesuaian spiritual ini bisa menekan atau bahkan mengurangi perselisihan nan mungkin timbul.

Kesesuaian Karakter. Setiap orang mempunyai karakter dasar nan berbeda-beda.Ada nan bertipikal suka bepergian dan bertualang, ada pula nan tipe rumahan. Anda akan cocok dengan pasangan bila memiliki karakter dasar nan mirip. Seorang petualang akan sulit menyesuaikan dengan pasangan tipe rumahan.

Sejatinya kesesuaian karakter ini tidaklah harus memiliki karakter nan sama anta satu orang dengan orang nan lain. Justru jika memang terjadi disparitas maka disparitas nan ada tersebut akan saling melangkapi dan menutupi kekurangan nan sanagt mungkin ada pada pasangannya.

Tapi memang harus diyakini bahwa ada beberapa karakter nan cocok dengan beberapa karakter nan lain. Sebaliknya ada beberapa karakter nan tidak cocok dan tidak dapat jika disandingkan dengan karakter nan lain. Jika memang seseorang telah memutuskan buat hayati bersama dengan orang lain maka hal nan harus dilakukan ialah berusaha buat memahami dan menerima apa pun karakter nan ada di dalam diri pasangannya.

Jikalau pada suatu hari menemukan karakter nan tidak sinkron maka hal itu haruslah cepat disadari sebagai sebuah hal nan wajar dan lumrah. Janganlah dianggap sebagai sebuah hal nan besar da menyebabkan permasalahan besar nan muncul. Kemauan dan keinginan buat mau menerima karakter pasangan apa pun itu bentuknya akan menghilangkan segala hal jelek nan terjadi. Dan itulah nan dibutuhkan buat menjadi pasangan nan dikatakan sebagai pasangan nan cocok.

Kesesuaian Budaya. Setiap orang dibesarkan dalam lingkungan dengan budaya nan berbeda-beda. Semakin besar disparitas budayanya, akan makin besar pula tantangan nan akan Anda dan pasangan hadapi. Setiap daerah memiliki adat dan budaya mereka sendiri. Dan mungkin saja disparitas nan ada antara satu budaya dengan budaya nan lain bisa menyebabkan permasalahan dan ketidakcocokan.

Kesesuaian budaya ini sejatinya ialah buat menekan adanya konflik atau benturan nan ada jika pasangan berasal dari latar belakang budaya nan berbeda. Namun jika memang disparitas budaya ini tak bisa dihindarkan maka nan bisa dilakukan ialah memahami setiap budaya nan ada. Dan berusaha melihat disparitas nan ada sebagi suatu hal nan justru akana merekatkan tali interaksi di antara pasangan.

Kesesuaian budaya terkadang memang menjadi hal krusial nan dipikirkan sebelum memutuskan buat memilih pasangan. Karena terkadang disparitas budaya banyak menyebabkan munculnya masalah. Sebenarnya masalah ini hanyalah masalah kecil namun sebab dianggap sebagai sebuah hal nan prinsip justru akan menyebabkan munculnya permasalahan nan lebih besar.

Kesesuaian Kegemaran. Apakah Anda dan pasangan Anda merupakan orang nan memiliki hobi, kegemaran, atau kegiatan nan mirip? Semakin mirip, maka akan semakin cocok Anda bersama pasangan. Namun bila sebaliknya, maka Anda harus siap menjadi penonton atau sekedar pelengkap bagi pasangan Anda.

Kesesuaian kegemaran ini akan membuat satu sama lain menjadi lebih nyaman dalam menjalankan aktivitas mereka. Karena satu sama lain akan menganggap bahwa nan dilakukan tak akan menyakiti atau membuat tidak nyaman pasangan nan lain. Lain halnya jika pasangan memiliki kegemaran nan berbeda atau bahkan bertentangan. Hal ini mungkin akan memicu sebuah percikan barah pertengkaran atau hanya akan membuat interaksi menjadi lebih kaku dan tidak harmonis.

Kesesuaian Seksual. Kecocokan ini lebih menyangkut rasa cinta dan ketertarikan. Semakin tinggi ketertarikan Anda terhadap pasangan, maka akan semakin cocok. Termasuk menyangkut masalah seksualitas setelah Anda menikah. Namun uji kecocokan pasangan menyangkut masalah seksualitas ini lebih bersifat relatif. Buktinya, dulu, para orang tua dan kakek kita umumnya menikah dengan dijodohkan tanpa proses ketertarikan seksual terlebih dahulu, namun terbukti langgeng perkawinannya.

Kesesuaian seksual ini sejatinya memang bisa dibina dan dibangun bersama antara satu sama lain setelah menikah. Dalam hal seksual, pasangan suami istri akan menemukan beberapa hal nan memang akan membuat mereka merasa cocok dan juga beberapa hal nan akan menganggu. Hal ini bisa dikomunikasiakn dengan hati nan terbuka lebar buat menghindari permasalahan nan mungkin timbul.

Nah, apakah uji kecocokan pasangan perlu menurut Anda? Atau sebenarnya cocok itu bisa lambat laun dibangun dalam rumah tangga nan telah dibina?