Tahapan dan Tips Menulis Puisi
Kalau menulis puisi sebenarnya kita tak memerlukan tips apapun. Kenapa begitu? Karena dalam menulis sebuah puisi, sejak dari huruf pertama nan ditulis, apapun isinya ialah terserah kepada kita. Kebebasan sepenuhnya milik kita. Bahkan bukan tidak mungkin, eksperimen dalam bentuk paling musykil pun bisa tertuang di sana.
Pertanyaan perlukah tips menulis sebuah puisi itu bisa terjawab dengan melihat dan mempelajari karya puisi-puisi nan sudah ada. Coba saja, Anda tengok puisi-puisi karya Sutardji Calzoum Bachri, nan terkadang hanya terdapat satu kata mulai dari awal sampai akhir, atau hanya berisi tanda baca nan mempunyai makna-makna eksklusif bagi sang penyair.
Tapi, ada juga puisi-puisi lirik seperti milik Goenawan Mohammad, Sapardi Djoko Damono, Soni Farid Maulana. Yang diksinya sangat bagus, terpilih, enak dibaca dan terasa indah. Ada pula puisi-puisi nan patriotik atau mempunyai kekritisan terhadap masalah-masalah sosial,seperti tema-tema nan selalu dikemukakan oleh Wiji Thukul, sang aktivis buruh nan hilang diculik dan tak kembali hingga hari ini.
Tips menulis sebuah puisi nan hendak dituliskan disini, lebih banyak menyangkut pada teori. Sebab apabila aku memberikan tips-tips praktis justru ditakutkan akan menghambat kebebasan anda dalam mengekspresikan diri anda dalam tulisan.
Pengertian Puisi
Puisi ialah salah satu jenis karya sastra nan memiliki susunan kata atau kalimat nan paling terpilih dan biasanya kemudian disusun sebaik-baiknya atau seindah-indahnya.
Unsur-unsur puisi terdiri dari ide, emosi, nada atau irama, imajinasi, susunan kata,pemikiran, dan kepekaan rasa nan menjadi satu kesatuan dan terungkap dalam tiap karya puisi.
Secara teori, puisi bisa dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
- Puisi Lama, puisi nan terikat aturan-aturan baku, seperti banyaknya baris dalam tiap bait, banyaknya kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam tiap baris, rima dan irama. Semua anggaran itu harus dipatuhi dalam puisi lama. Contoh puisi lama ialah sajak, gurindam, pantun, soneta
- Puisi Baru, puisi nan tak terikat oleh aturan-aturan tertentu. Puisi-puisi baru inilah nan pada saat sekarang banyak dibuat oleh para penyair masa kini, sebab mereka tidak mau terikat oleh macam-macam aturan.
Sebab bagi mereka puisi ialah ungkapan jiwa nan terunik. Kata-kata dalam puisi tak hanya sebagai alat penghubung antara penyair dan pembaca tetapi juga merupakan pendukung dan penyampai rasa atau khayalan sang penyair kepada pembacanya.
Menulis sebuah puisi baik puisi lama maupun baru semuanya bergantung pada selera kita. Jika menganggap puisi baru sangat tak cocok dengan diri kita maka dapat memilih puisi lama nan dapat dianggap cocok dan mewakili karakter diri. Semua itu ialah boleh saja bergantung pada diri kita sendiri.
Tahapan dan Tips Menulis Puisi
Menulis sebuah puisi tidaklah dapat langsung jadi jika menginginkan sebuah hasil nan baik, tetapi pengertian dari baik itu sendiri masih relatif. Berikut ini ialah beberapa tahapan nan biasa dilalui buat menulis sebuah puisi.
1. Cari tahu dulu, apakah puisi itu
Cari dimana saja, pengertian tentang puisi, dari buku, internet ataupun bertanya langsung pada orang nan sudah pakar dalam bidang puisi. Tentu saja pengetahuan ini sangat diperlukan agar kita dapat membedakan mana nan termasuk puisi dan mana nan bukan puisi atau prosa.
Jika kita tak dapat membedakan mana puisi dan mana nan prosa maka dapat jadi karya nan ditulis akan menjadi tak jelas. Semisal kita berniat buat membuat sebuah puisi tetapi sebab tak tahu bentuk dari puisi maka dapat jadi nan kita tuils malah menjadi sebuah prosa semacam cerita pendek.
Oleh sebab itu, pengetahuan tentang puisi itu masih diperlukan bagi mereka nan ingin menulis sebuah puisi.
2. Banyak membaca, khususnya puisi
Menjadi sebuah kewajiban bagi seorang penulis buat banyak membaca. Sebab kalau tak membaca, lalu apa nan dapat anda tuliskan?
Membaca merupakan suatu kegiatan nan bertujuan buat menyerap sebanyak-banyaknya ilmu nan ada. Dari membaca pula kekayaan intelektual kita akan semakin bertambah dan tanpa adanya membaca maka kekayaan intelektual kita akan tetap seperti itu dan bahkan berkurang sebab otak sporadis digunakan.
Seseorang nan getol sekali membaca tentu memiliki sebuah gaya bicara dan gaya bahasa nan berbeda dengan mereka nan kurang membaca. Bahkan dapat jadi mereka nan kurang membaca memiliki sebuah sikap nan kurang berpendidikan.
Jika kita ingin menjadi seorang penulis puisi nan baik maka hendaknya kita memiliki sebuah Norma membaca nan baik pula. Kegiatan membaca tak hanya berguna pada saat ini tetapi juga di masa nan akan datang.
3. Temukan inspirasi dan berimajinasilah
Inspirasi datang dari mana saja, anda cukup berimajinasi. Dan...bimsalabim, lalu datanglah segerombol kata buat menulis sebuah puisi. Namun terkadang insipirasi juga tak dapat muncul begitu saja tetapi memerlukan sebuah pancingan agar inspirasi tersebut dapat muncul.
Ada hal sederhana nan dapat dilakukan agar inspirasi tersebut dapat muncul yakni dengan menentukan tema nan akan kita muat dalam puisi tersebut. Tema dapat saja berbincang soal percintaa, kondisi sosial masyarakat nan ada di sekitar, atau bahkan tentang estetika alam tentang loka tinggal kita.
Semua itu dapat dijadikan menjadi sebuah puisi nan latif yang elok buat didengar dan dituliskan menjadi sebuah puisi. Oleh sebab itu, tiada kata sulit mencari inspirasi tat kala di hati kita ada kemauan buat memancing inspirasi tersebut keluar dari persembunyiannya.
4. Bawa catatan kecil kemanapun Anda pergi
Siapa tahu, ada inspirasi nan menuntut buat ditulis, atau khayalan nan muncul tiba-tiba di saat tidak terduga. Tak mau kehilangan itu semua, maka berjagalah dengan kertas dan pena di tangan.
Catatan kecil sangatlah krusial buat dibawa-bawa guna mencatat setiap kejadian nan terjadi di sekitar ktia. Keterbatasan kemampuan kita akan memanggil memori nan tersimpan di otaklah nan membuat Norma ini perlu buat dilakukan. Apalagi dengan mencatat juga akan mengasah kemampuan kita buat berpikir.
Dengan adanya catatan tersebut juga akan memberikana kekhasanahan ilmu pengetahuan nan kita peroleh. Dengan demikian, puisi nan dihasilkan nantinya juga akan menjadi lebih baik dari nan sebelumnya sebab kaya akan kata-kata.
4. Baca lagi, revisi lagi
Setelah menulis sebuah puisi, cobalah buat membacanya. Niscaya akan berjumpa rasa nan berbeda dengan saat membuatnya. Ketika itulah kita dapat merasakan ulang, apakah sudah tepat kata-kata dalam puisi nan kita untuk dengan maksud awal menulis. Atau justru setelah membaca, diksi baru dapat muncul. Sehingga menjadikan puisi kita lebih baik.
Ada baiknya memang jika kita mengkaji ulang setiap tulisan nan telah kita buat. Ada kalanya apa nan kita pikirkan tak sejalan dengan apa nan dituliskan. Oleh sebab itu, dengan pembacaan ulang maka akan memperkecil terjadinya hal tersebut.
5. Ujicoba-kan puisimu
Setelah menulis, bacakan atau tunjukkan pada orang-orang di dekat anda. Atau jangan ragu, langsung kirim saja ke media massa. Terima dan renungkan masukan, cemoohan, pujian, kritikan atau apapun, bahkan termasuk honor penulisan bila dimuat.
Adanya cemoohoan atau kritikan merupakan cambuk nan ampuh bagi diri kita buat dapat menulis nan terbaik. Jangan jadikan semoohan atau pun kritikan tersebut sebagai batu ganjalan nan menghentikan langkah kita buat menjadi semakin baik.
Buktikan pada mereka nan telah mencaci maki karya kita bahwa kita dapat menjadi lebih baik dan bukan nan seperti mereka katakan. Oleh sebab itu, dengan mempublikasikan karya kita tersebut merupakan langkah awal buat menjadi semakin baik.
6. Simpan saja sebagai pengingat kenangan
Tak mau ditunjukkan, tidak mau dikirimkan. Sah-sah saja bila hanya ingin menyimpannya. Menyenangkan bukan tatkala kita membaca ulang sebuah puisi nan penuh memori tersendiri.
Menulis sebuah puisi tidaklah lagi memerlukan tips praktis. Puisi nan ingin Anda tulis, silakan langsung ditulis saja. Jangan sulit memilih kata, sebab tiap kata dalam puisi niscaya bermakna. Inti dari tips menulis sebuah puisi ialah, bebaskan diri anda dan menulislah dengan hati tentang apa saja nan ingin anda tulis, dan jangan lupa puisi takkan pernah dapat disalahkan.
Puisi ialah pu, i, dan si
puisiku ini bukan puisimu
puisi hanyalah puisi
bukan luka, bukan senyuman
Lalu apa?
mana puisimu…