Teknik Membuat Kompendium Sebuah Novel
Mulai Dari Meringkas
Membuat ringkasan novel itu dapat menjadi batu loncatan membuat novel sendiri. Bukannya ingin menjiplak. Tidak semua orang dapat menjadi penulis novel dengan sendirinya. Tidak semua orang dapat membuat cerita nan menarik dengan rangkaian alur nan menantang buat dibaca. Ada beberapa orang nan harus memulai menjadi seorang penulis novel dari belajar secara teori mengenai hal-hal intrinsik nan ada di novel. Lalu ia mulai mempelajari banyak novel nan bagus buat diringkas.
Dengan belajar dari awal itu, ia mulai menuliskan ide-idenya. Ia menulis dengan hatinya dan memberikan bumbu khayalan kepada cerita nan sedang ditulisnya itu. Dari kompendium nan dibuatnya ia mengerti bahwa setiap novel itu mempunyai satu alur kisah nan melingkupinya. Alur kisah ini memang merupakan alur kisah utama. Dalam alur kisah primer itu ada beberapa alur kisah nan lain nan membuat alur kisah primer menjadi sangat menarik disimak. Karakter nan kuat dalam novel harus ditonjolkan walaupun tak boleh menjadi tokoh nan sangat super.
Tokoh primer bukanlah tokoh nan tak ada celanya. Tokoh primer ini akan menjadi pusat perhatian walaupun tak ditonjolkan dalam setiap epidodenya. Banyak dan berlikunya alur itulah nan membuat sebuah novel menarik disimak. Penulis nan mengerti tentang hal ini tentu akan mudah memindahkan perhatian pembaca dari satu alur ke alur lainnya. Oleh sebab itulah, tak ada salahnya membaca banyak novel bagus, membandingkannya, sambil membuat ringkasannya.
Novel bagus itu misalnya ditulis oleh para penulis angkatan Pujangga Lama atau penulis nan terkenal dengan dedikasi nan baik dalam global tulis-menulis. Penulis nan baik ini selalu mempunyai misi nan baik dan selalu menyelipkan berabgai nilai kehidupan nan baik dalam setiap tulisannya. Untuk mengetahui penulis nan baik, dapat langsung ‘berpetualang’ membaca sebanyak mungkin novel atau mencari resensi tentang novel-novel.
Dari resensi itu juga dapat diketahui bagaimana alur cerita dan sedikit cerita tentang penulisnya. Dengan membaca resensi ini juga dapat membuat pembaca lama-lama paham bagaimana membuat resensi sebuah novel. Jadi, sekali merengkuh dayung, dua, tiga pulau terlampaui. Menulis novel itu memang tekniknya berbeda dengan membuat tulisan lain. Begitu juga dengan membuat kompendium sebuah novel. Intinya, ketika memang ingin membuat sebuah novel nan bagus dan tak hanya diniatkan membuat karya nan laku, belajar tetap sangat dibutuhkan.
Dengan mempunyai pengetahuan nan luas tentang apa dan bagaimana membuat novel, nantinya novel nan akan dibuat itu mempunyai alur yangh latif dengan gaya tulisan nan ringan walaupun penuh dengan nilai-nilai nan latif bagi kehidupan nan menginspirasi banyak orang. Akan sangat berbeda membaca tulisan seorang penulis nan cerdas dalam memahami kehidupan dengan penulis nan menuliskan kisah secara asal-asalan.
Salah satu karakteristik bahwa tulisan itu bagus ialah ketika selesai membaca karya itu, pembaca tak hanya merasa terhibur tetapi juga merasa harus melakukan sesuatu agar dapat menjadi seperti nan dirasakan oleh tokoh-tokoh dalam novel nan baru saja ia baca. Setiap bacaan itu akan dapat mempengaruhi pembaca. Otak mereka akan merekam dengan baik apa nan ada di dalam tulisan tersebut. Itulah mengapa penulis harus berhati-hati dalam membuat sebuah karya.
Misalnya, sebuah karya tentang homoseksual. Hal ini ternyata sangat mempengaruhi meningkatnya jumlah orang yanjg ingin diakui sebagai homo. Tentu saja hal ini sangat mengkhawatirkan. Bahkan kini, homoseksualitas tak lagi dipandang sebagai sakit mental. Penerimaan ini tak terlepas dari banyaknya tulisan nan ‘menghalalkan’ homoseksualitas. Untuk itulah, para penulis harus berhati-hati dengan tulisannya.
Bahkan ada seorang pembunuh nan mengakui kalau teknik dan inspirasinya mengatur taktik membunuh, diilhami oleh sebuah novel nan ditulis oleh seorang mantan agen rahasia. Dalam novel nan menceritakan tentang cara membunuh seorang petinggi suatu negara itu, teknik pembunuhan dilukiskan secara detail. Dalam novel tersebut, tentu saja usaha pembunuhan itu dapat digagalkan. Tetapi tak dalam versi aslinya. Sang petinggi negara mati.
Dari kisah nan ditemukan dalam beberapa karya itu, penulis dapat belajar banyak tak hanya tentang teknik penulisan, tetapi juga tentang hal-hal nan ada di sekelilingnya dan bagaimana membuat fakta itu tetap terlihat seperti imajinasi. Berbeda dengan novel nan berlatar belakang kejadian nan sebenarnya. Novel seperti ini juga mempunyai teknik penulisan nan berbeda. Detail sangat krusial agar pembaca dapat melihat, merasakan, mendengar seperti nan dialami oleh penulisnya.
Tidak perlu sungkan membuat kompendium banyak novel. Bahkan kalau mempunyai blog, kompendium itu dapat diunggah dan siapa tahu banyak nan membaca sehingga blog akan menjadi loka orang mencari referensi, novel bagus. Akhirnya pengunjung akan banyak dan ‘laris’. Kalau blog banyak pengunjungnya, tentu saja dapat ditingkatkan sebagai ajang bisnis. Bahkan kalau memang mau, blog itu dapat dijual sehingga walaupun belum pernah membuat novel, dapat juga mendapatkan rezeki dari ladang tulis-menulis.
Tujuan Kompendium Sebuah Novel
Tujuan dari pembuatan kompendium sebuah novel ini ialah buat menjaga agar alur cerita novel nan kita untuk nanti dapat sinkron dengan planning sebelumnya. Karena terkadang, ketika novel nan kita tulis sudah mencapai beberapa bab atau halaman tiba-tiba ada ide baru nan muncul. Nah, hal inilah nan sering membuat jalan cerita sebuah novel menjadi kacau. Karena kita terpengaruh oleh ide baru tersebut. Maka akibatnya jalan cerita menjadi tak fokus dan berantakan.
Namun bila kita membuat kompendium banyak novel sebelumnya, hal tersebut dapat dihindari. Karena sudah punya bayangan bagaimana nanti jalan cerita nan akan kita untuk dalam bentuk tulisan tersebut. Mulai dari penokohan, pembukaan cerita, perjalanan cerita hingga sampai pada akhir cerita. Semuanya dapat kita jalankan sinkron dengan ide semula tanpa terpengaruh ide lain nan baru saja muncul di pikiran. Teknik ini terkadang tak ada teorinya.
Namun, sensitivitas akan terbangun dengan sendirinya kalau sudah terbiasa membaca kisah dengan alur nan banyak dan tak monoton. Pembaca tentu saja bahagia dengan adanya kejutan-kejutan di tengah jalan. Asalkan jangan terlalu lama melakukannya agar pembaca tak menjadi terlalu penasaran sehingga bosan dan tak sabar ingin mengetahui akhir kisah.
Teknik Membuat Kompendium Sebuah Novel
Bila sudah dapat membuat kompendium novel, maka dalam membuat novel nan panjang niscaya kita tak akan mengalami kesulitan nan berarti. Karena kompendium ini akan membantu kita buat mengembangkan ide tanpa mengubah inti dari cerita novel nan kita bikin.
Lalu bagaimana cara membuat kompendium novel tersebut?. Urut-urutannya ialah seperti ini :
1. Tentukan lebih dulu tema novel nan mau dibikin serta tokoh-tokohnya. Hal ini sangat krusial dilakukan sebab dari tema inilah ide cerita novel nan mau ditulis dapat fokus dan teratur.
2. Tentukan karakter dari masing-masing tokoh nan mau dimasukan dalam cerita. Mulai dari gaya, penampilan tingkah laku, jenis kelamin dan sebagainya. Jangan lupa tokoh pembantunya juga dibuat karakter sinkron dengan peran dia dalam cerita tersebut.
3. Buatlah urutan cerita sinkron dengan khayalan (kerangka cerita). Mulai dari awal hingga akhir cerita. Jangan sampai ada satupun ide nan ketinggalan. Jadi harus benar-benar dibuat matang.
4. Dari kerangka cerita ini kemudian buatlah kompendium novel tersebut. Tidak perlu panjang-panjang, nan krusial semua konsep cerita dapat masuk semua. Mulai dari peranan tokoh utama, tokoh pembantu, urutan kejadian atau peristiwa hingga bagaimana cerita sebuah novel akan berakhir. Semua mesti lengkap.
Dari ringkasan novel inilah kemudian penulis dapat mengembangkan ide-idenya tanpa terganggu oleh pikiran-pikiran baru nan kadangkala justru dapat merusak cerita nan sebelumnya sudah terbangun dengan bagus dan menarik. Jadi selalu terus berusaha buat agar dapat mengembangkan cerita sinkron dengan kompendium nan telah dibuat tersebut.
Semoga dapat menjadi penulis nan berhasil dan terkenal.