Risiko nan Dapat Dikelola dengan Manajemen Risiko

Risiko nan Dapat Dikelola dengan Manajemen Risiko

Tahukah Anda manajemen risiko ? Manajemen risiko berkaitan dengan pengelolaan ketidakpastian. Mengelola ketidakpastian merupakan hal nan krusial dalam menjalankan sebuah usaha. Ketidakpastian nan mungkin terjadi dalam suatu bisnis/usaha berkaitan dengan kurangnya informasi nan dimiliki oleh pengelola mengenai apa nan akan terjadi.

Ketidakpastian ini memang tak selalu merugikan, bahkan kadang dapat menguntungkan. Ketidakpastian nan menguntungkan dapat disebut sebagai peluang atau opportunity , sedangkan ketidakpastian nan merugikan biasa disebut risiko atau risk .

Manajemen risiko fokus terhadap jenis ketidakpastian nan kedua, yaitu risiko. Risiko ialah suatu situasi nan harus dihadapi para pengelola usaha, di mana di dalamnya terdapat kemungkinan nan bisa merugikan perusahaan. Sekecil apa pun kemungkinan merugikannya, hal tersebut tetap dianggap sebagai risiko nan harus dikelola dengan baik agar tak berdampak negatif bagi perusahaan.



Apa Itu Manajemen Risiko?

Sebelum mengaplikasikannya, Anda hendaknya memahami terlebih dahulu makna dari manajemen risiko itu sendiri. Manajemen risiko merupakan suatu metodologi atau pendekatan terstruktur nan digunakan buat mengelola risiko (ketidakpastian nan cenderung merugikan atau bekaitan dengan ancaman) dengan melibatkan segala cara nan memungkinkan.

Manajemen risiko dalam sebuah perusahaan bertujuan buat mengurangi bermacam-macam risiko nan berkaitan dengan bidang usaha Anda. Risiko nan mungkin harus ditanggung oleh sebuah perusahaan bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti teknologi, organisasi, lingkungan politik, maupun sumber daya manusia.

Dalam manajemen risiko, ada beberapa rangkaian mekanisme nan dilakukan buat mengelola risiko dalam usaha. Rangkaian mekanisme tersebut ialah menilai risiko, mengembangkan taktik buat mengelola risiko, serta memitigasi risiko dengan memanfaatkan pengelolaan atau pemberdayaan sumber daya nan dimiliki.

Strategi-strategi nan generik digunakan dalam mengelola risiko ada bermacam-macam, mulai dari menghindari risiko, memindahkan risiko ke orang atau pihak lain, hingga menerima sebagian atau seluruh dampak dari risiko tersebut.



Manajemen Risiko dari Masa ke Masa

Penerapan manajemen risiko telah ada sejak dahulu kala. Sejarah mencatat bahwa Piagam Hammurabi nan dibuat pada 2100 SM berisi peraturan nan menyebutkan bahwa para pemilik kapal diperbolehkan meminjam sejumlah uang buat membeli kargo, tetapi apabila kemudian kapalnya tenggelam atau hilang selama perjalanan di lautan luas, sang pemilik kapal tak perlu mengembalikan uang nan telah ia pinjam. Manajemen risiko dalam Piagam Hammurabi hanya menekankan risiko keamanan, nan termasuk ke dalam risiko non-entrepreneurial.

Pada 1970-an hingga 1980-an, manajemen risiko banyak diaplikasikan oleh perusahaan-perusahaan asuransi. Perusahaan-perusahaan tersebut memotivasi pengusaha-pengusaha buat menjaga barang mereka dengan cara mengasuransikannya. Setelah itu, berkembanglah berbagai jenis manajemen risiko di dunia, mulai dari agunan mutu ( quality assurance ) nan dipopulerkan oleh British Standards Institution hingga munculnya profesi Chief Risk Office pertama di global pada tahun 1993.

Pada puncaknya, di tahun 1995, Standards Australia of the World’s Risk Management Baku menerbitkan AS/NZS 4360:1995. Manajemen risiko pun mulai banyak memiliki inovasinya, tak semata berpaku pada konsep manajemen risiko konvensional nan fokus pada risiko-risiko nan disebabkan oleh penyebab fisik atau hukum, misalnya bala alam, kematian, dan tuntutan hukum.



Risiko nan Dapat Dikelola dengan Manajemen Risiko

Dalam aplikasi manajemen risiko , risiko bisa dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

  1. Risiko Murni. Sering disebut juga sebagai pure risk atau insurable risk , risiko murni merupakan risiko nan memang hanya memberi dampak negatif alias merugikan, tak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh dari risiko murni ialah peristiwa kebakaran bangunan kantor. Kebakaran tentunya sangat merugikan perusahaan, kecuali jika kebakaran tersebut merupakan peristiwa nan disengaja buat mencapai maksud tertentu. Dalam manajemen risiko, risiko jenis ini bisa dikelola dengan cara menghindari dan meminimalkan kerugian dengan asuransi.
  1. Risiko spekulatif. Dikenal juga dengan nama risiko bisnis ( business risk ), risiko spekulatif ialah suatu keadaan di mana perusahaan dapat mendapatkan laba dan kerugian. Contohnya ialah investasi. Seorang pengusaha nan menginvestasikan uangnya memiliki dua kemungkinan, nan pertama ialah jika investasinya menguntungkan dan nan kedua ialah jika investasinya menguntungkan.


Kiat Menerapkan Manajemen Risiko

Langkah manajemen risiko dalam perusahaan dimulai dari mengidentifikasi risiko secara aktif hingga menilai dan meneliti taraf risiko-risiko nan mungkin timbul. Dengan demikian, pengusaha dapat membuat prioritas pengelolaan dan menentukan prosedur-prosedur nan dapat dilakukan buat menangani risiko tersebut agar kerugian bisa ditekan semaksimal mungkin.

Pelaksanaan manajemen risiko nan maksimal tak hanya akan menekan kerugian dan menghindari kejadian-kejadian tak terduga nan bisa merugikan perusahaan, tetapi juga meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri pengusaha dalam menjalankan usahanya.

Ada kalanya manajemen risiko tak diterapkan secara efektif. Penyebab dari kurang efektifnya manajemen risiko ialah kurangnya pengetahuan mengenai manajemen risiko, sistem nan belum sempurna, sumber daya manusia nan kurang mengindahkan manajemen risiko, serta kurangnya komitmen dari pengusaha buat mengaplikasikan manajemen risiko sebaik mungkin.

Untuk menghindari kekurang-efektifan penerapan manajemen risiko, berikut ini ialah kiat-kiat nan bisa dicoba oleh pengusaha.



1. Membaurkan Konsep Manajemen Risiko Sejak Awal

Ini ialah satu langkah awal nan penting. Apabila manajemen risiko tak diterapkan segera setelah perusahaan atau suatu proyek direncanakan, proyek atau perusahaan akan menghadapi bahaya kerugian serta kehilangan laba potensial. Oleh sebab itu, manajemen risiko harus membaur dengan manajemen proyek atau perusahaan dalam setiap tahap, sejak dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penutupan.



2. Identifikasi Manajemen Risiko Sedini Mungkin

Langkah manajemen risiko ini bermanfaat buat memberikan citra mengenai risiko apa nan akan Anda hadapi sehingga Anda memahami cara mengendalikannya. Dalam melakukan identifikasi risiko, libatkanlah sumber daya manusia, misalnya anggota tim proyek, sebab setiap individu memiliki keahlian khusus, pengalaman nan berbeda, dan pengetahuan sehingga keterlibatan mereka akan menyumbangkan sudut pandang nan berbeda dalam mengidentifikasi dan menerapkan manajemen risiko.

Selain itu, pengalaman dan pelajaran dari proyek sebelumnya dapat menjadi tolok ukur dalam mempelajari risiko nan mungkin terjadi dalam proyek nan hendak dilaksanakan. Lakukan observasi secara cermat mengenai hal-hal nan terkait pengerjaan dan perencanaan usaha Anda, seperti dokumen-dokumen.



3. Manajemen Risiko - Sadari Bahwa Tidak Semua Ketidakpastian Merugikan

Satu hal nan krusial diingat dalam manajemen risiko ialah bahwa ketidakpastian tak selalu berdampak buruk. Suatu ketidakpastian nan Anda hadapi dapat saja menciptakan peluang, bukannya risiko, dan memberi laba nan signifikan bagi perusahaan Anda atau bagi aplikasi proyek. Misalnya faktor cuaca, ketidakpastian cuaca justru dapat jadi peluang buat mendapatkan perpanjangan waktu aplikasi proyek.



4. Bertukar Informasi Mengenai Manajemen Risiko dan Risiko

Saat risiko berada di depan mata, kadang tim pelaksana, nan merupakan ujung tombak aplikasi proyek, lebih mengetahuinya. Dalam posisi seperti ini, krusial bagi tim pelaksana buat memberi informasi kepada pengusaha sesegera mungkin.

Ada kalanya pengusaha nan merupakan tim perencana, lebih dahulu mengetahui risiko nan ada, maka ia pun harus memberi informasinya kepada tim pelaksana. Intinya, risiko harus disampaikan sesegera mungkin melalui rapat-rapat terjadwal agar penanganannya jauh lebih maksimal.

Banyak pemilik perusahaan menganggap risiko sebagai bahaya atau ancaman kerja nan bisa diminimalisasi atau dihilangkan dampaknya. Manajemen risiko tradisional memang hanya fokus kepada meminimalisasi dan menghilangkan kerugian atas risiko nan dihadapi.

Meski demikian, perlu disadari bahwa risiko dapat diputar balik menjadi peluang oleh pengusaha nan cerdas dan kreatif. Alih-alih berpikir buat meminimalisasi atau menghilangkan kerugian, pengusaha cerdas berusaha buat mengubah risiko menjadi peluang melalui perencanaan-perencanaan strategis, sehingga memberi akibat baik dan sehat bagi perusahaan nan dikelolanya. Maka dari itu, seorang pengusaha sebaiknya memiliki penerapan manajemen risiko nan proaktif, terukur, dan terkelola dengan baik.