Tata Nama Senyawa Hidrokarbon Jenuh
Senyawa hidrokarbon memiliki dua jenis ikatan. Ikatan jenuh dan tidak jenuh. Pada senyawa ini ikatan antara atom-atom karbonnya merupakan ikatan kovalen tunggal dengan jumlah atom hidrogen nan terikat pada atom karbonnya ialah maksimal. Sedangkan senyawa tidak jenuh ialah senyawa dengan ikatan antara atom karbonnya merupakan ikatan kovalen rangkap dua (alkena) dan rangkap tiga (alkuna).
Struktur dan Deret Homolog Senyawa Hidrokarbon Jenuh
Senyawa hidrokarbon jenuh (alkana) nan strukturnya paling sederhana ialah metana. Senyawa ini terdiri dari sebuah atom karbon nan mengikat empat buah atom hidrogen. Bentuk molekul dari alkana ialah tetrahedral yaitu setiap atom hidrogennya berada dalam sudut-sudut tetrahedral. Sedangkan atom karbonnya terletak pada pusat tetrahedral. Besar sudut ikatan nan terbentuk antara atom-atom hidrogen nan melalui pusat tetrahedral ini ialah 105°.
Beberapa struktur molekul alkana nan lebih panjang dari metana yaitu etana (dua atom karbon), propana (tiga atom karbon), butana (empat atom karbon), dan seterusnya. Struktur dari beberapa senyawa tersebut akan lebih panjang dan terus memanjang seiring bertambahnya jumlah atom karbon. Akan tetapi sudut ikatan nan terbentuk besarnya tetap sama yaitu 105°.
Untuk penulisan rumus strukturnya, biasanya dilakukan dalam bentuk rumus nan termampatkan bukan dalam bentuk kerangka strukturnya.
Apabila melihat struktur beberapa senyawa alkana dari mulai nan molekunya paling sederhana sampai nan rantainya paling panjang, akan ditemukan suatu deret homolog. Deret homolog ini merupakan suatu deretan senyawa dengan disparitas antara senyawa nan satu dengan senyawa sebelumnya ialah sebanyak satu atom akrbon dan dua atom hidrogen.
Dalam satu deret homolog yaitu dari kiri ke kanan, akan dijumpai disparitas pada sifat fisikanya walaupun sifat kimianya masih sama. Di antaranya yaitu disparitas titik didih dan titik lelehnnya.
Dalam suatu deret homolog akan didapati kenaikan titik didih dan titik lelehnya seiring dengan bertambahnya rantai karbon alkana. Hal ini terjadi sebab bertambahnya massa molekul nisbi dari senyawa alkana tersebut. Oleh sebab itu, gaya antarmolekulnya pun akan bertambah besar sehingga buat memutuskan ikatannya diperlukan energi (kalor) nan cukup tinggi.
Selain itu, bertambahnya massa nisbi juga bisa menyebabkan disparitas wujud zat nya. Contohnya empat deret pertama alkana akan berwujud gas, deret berikutnya berwujud cair, dan deret nan lebih tinggi berwujud padat.
Isomer pada Senyawa Hidrokarbon Jenuh
Selain alkana rantai lurus, juga bisa ditemukan golongan alkana nan memiliki rantai bercabang. Hal ini merupakan konsekuensi dari adanya kemampuan atom karbon buat mengikat atom karbon lain dengan jumlah lebih dari satu.
Dikarenakan strukturnya bisa berupa rantai lurus ataupun rantai bercabang, maka senyawa ini niscaya memiliki isomer. Isomer merupakan senyawa kimia dengan rumus molekul nan sama akan tetapi rumus strukturnya berbeda.
Suatu senyawa alkana akan memiliki isomer strukturalnya. Isomer ini terbentuk dampak adanya disparitas struktur di antara senyawa-senyawa dengan rumus molekul nan sama. Contohnya ialah senyawa butana nan bisa membentuk dua isomer struktur.
Satu isomer berupa struktur senyawa hidrokarbon rantai lurus nan diberi nama n-butana. Satu isomer lainnya merupakan struktur senyawa dengan rantai bercabang yaitu isobutana atau sering ditulis juga sebagai 2-metil propana. Kedua senyawa isomer ini tentunya juga akan memiliki titik didih dan titik leleh nan berbeda.
Semakin banyak jumlah atom karbon nan terdapat dalam senyawa alkana ini, maka semakin banyak pula rumus struktur nan bisa terbentuk. Contohnya yaitu pentana nan strukturnya terdiri dari lima atom karbon dan mengikat 12 atom hidrogen.
Senyawa ini akan memiliki tiga isomer struktur yaitu n-pentana, isopentana (2-metil butana), dan neopentana. Senyawa alkana nan jumlah atomnya lebih tinggi lagi pastinya juga akan memiliki isomer struktur nan lebih banyak lagi. Bahkan terdapat senyawa alkana nan memiliki isomer struktur sebanyak 75 buah.
Walaupun senyawa-senyawa nan berisomer struktur ini memiliki sifat kimia nan mirip, akan tetapi mereka memiliki sifat fisika nan berbeda. Contohnya yaitu disparitas titik didih dan titik lelehnya. Suatu isomer nan strukturnya lebih besar (meruah) dan biasanya merupakan isomer dengan rantai bercabang niscaya akan memiliki titik didih dan titik leleh nan lebih rendah daripada isomer rantai lurusnya.
Hal ini dikarenakan bentuk struktur nan meruah ini akan menyebabkan gaya tarikan antarmolekulnya lebih rendah sehingga mudah menguap (direnggangkan).
Tata Nama Senyawa Hidrokarbon Jenuh
Jumlah senyawa hidrokarbon nan telah ditemukan di alam maupun secara buatan di laboratorium sangatlah banyak. Untuk menghindari kesulitan dalam mempelajari dan mengingatnya, maka setiap senyawa tersebut harus diberi nama sinkron dengan tata nama nan telah disepakati secara internasional. Anggaran penamaan baik itu buat senyawa karbon maupun buat senyawa-senyawa kimia lainnya disusun secara sistematis menurut IUPAC. Forum ini merupakan forum kimia internasional.
Penamaan pada alkana rantai lurus khususnya buat empat deret homolog pertama yaitu metana, etana, propana, dan butana merupakan nama trivial. Nama trivial yaitu nama sembarang nan diambil dari nama nan sebelumnya sudah dikenal padahal nama-nama tersebut belum disistematiskan oleh IUPAC.
Sedangkan senyawa alkana lain yaitu senyawa nan jumlah atom karbonnya lebih dari empat, maka namanya diberikan sinkron dengan banyaknya atom karbon dengan diberi akhiran –ana. Contohnya pent- buat lima, heks- buat enam, dan hept- buat tujuh, demikian seterusnya.
Terdapat lima anggaran pokok nan telah disepakati dalam pemberian tata nama alkana, di antaranya sebagai berikut.
- Rantai atom karbon terpanjang ditentukan sebagai nama dasar alkana nan disebut sebagai rantai induk.
- Cabang-cabang nan terikat pada rantai induk disebut sebagai gugus alkil. Tata nama gugus ini diambil berdasarkan tata nama alkananya tetapi dengan mengubah akhiran –ana menjadi –il.
- Urutan nomor terkecil dimulai dari gugus alkil nan terikat pada rantai induk.
- Menambahkan awalan di-, tri-, dan seterusnya jika terdapat gugus alkil dengan jumlah lebih dari satu pada posisi nan sama.
- Nama setiap cabang disusun secara alfabetis jika terdapat dua atu lebih cabang nan berbeda.
Senyawa Hidrokarbon Jenuh Sebagai Sumber Energi
Senyawa alkana bisa mengalami reaksi pembakaran yaitu reaksi cepat nan terjadi dengan molekul oksigen . Proses pembakaran nan terjadi akan disertai dengan peristiwa pembebasan kalor dan cahaya. Kedua bentuk energi ini merupakan komponen primer nan mendukung segala aktivitas makhluk hidup.
Seperti telah diketahui dari sejarah masa lalu, bahwa manusia selalu mencari cara buat mendapatkan kalor dan cahaya dari barah buat sekadar menghangatkan tubuhnya. Sekarang, tak sekadar sebagai penghangat, akan tetapi energi kalor dan cahaya ini sangat mempengaruhi roda perekonomian di dunia.
Beberapa senyawa alkana nan terdapat di alam diketahui bisa dijadikan sebagai sumber energi kalor (panas) dan cahaya. Melalui reaksi pembakaran ini akan dihasilkan suatu energi nan bisa dijadikan sebagai sumber bahan bakar kendaraan ataupun buat menggerakkan mesin-mesin industri.
Secara sederhana, reaksi pembakaran senyawa alkana dengan molekul oksigen akan menghasilkan senyawa karbon dioksida dan uap air. Senyawa karbon dioksida ini memiliki peran krusial bagi tumbuhan buat melakukan proses fotosintesis guna menghasilkan kebutuhan makanan bagi manusia dan hewan.
Akan tetapi perlu juga diketahui batasan-batasan nan berlaku pada proses pembakaran ini. Proses pembakaran nan hiperbola tentu saja bisa mengakibatkan akibat nan sangat buruk. Kelebihan karbon dioksida di alam bisa menimbulkan imbas rumah kaca dan bisa menipiskan lapisan ozon . Sedangkan apabila terjadi pembakaran nan tak sempurna, maka akan dihasilkan senyawa karbon monoksida dan jelaga nan sangat berbahaya bagi kesehatan.
Untuk itu diperlukan pencerahan buat membatasi penggunaan senyawa hidrokarbon sebagai sumber energi.