Menanyakan Kabar

Menanyakan Kabar

Bagi mereka nan baru pertama kali menginjakkan kaki di Jerman, biasanya akan langsung mengalami kejutan budaya begitu berjalan keluar dari bandara internasional Frankfurt. Percakapan bahasa Jerman terdengar begitu asing, berbeda dengan apa nan mereka pelajari di kelas-kelas saat masih berada di tanah air.

Kendala pertama nan dihadapi orang asing ialah asumsi bahwa percakapan bahasa Jerman lisan ( mündlich ) selalu sinkron dengan kaidah gramatika. Padahal, dalam percakapan lisan, unsur gramatika kerap kali diabaikan. Sebagaimana bahasa lainnya di muka bumi, langgam lisan niscaya berbeda dengan langgam tulisan ( schriftlich ).

Agar tak mengalami kejutan budaya nan berlebihan, sebelum memesan tiket pesawat terbang ke Jerman dan mengurus visa di Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, ada baiknya Anda membiasakan diri mendengar dan berlatih percakapan bahasa Jerman secara lisan. Dengan demikian, Anda tak akan kaget dan terdiam ketika ada nan menyapa Anda, "Ju'n Morjen, Herr Ahmad!"



Langgam Lisan Bahasa Jerman

Langgam lisan bahasa Jerman tentu berbeda dengan bahasa tulisan. Disparitas tersebut mencakup gramatika, pengucapan, serta kosakatanya nan lebih sederhana. Berikut beberapa disparitas nan mungkin akan Anda temukan percakapan bahasa Jerman sehari-hari:

  1. Huruf r tak dibaca sebagai konsonan jika didahului oleh vokal, kecuali merupakan awal dari sebuah suku kata. Kata nan berakhiran -er , dibaca a dalam kata nan mengandung beberapa suku kata, seperti pada kata-kata berikut: Schwester menjadi Schwesta , Vater menjadi Vata , Schüler menjadi Schüla , dan sebagainya.
  1. Penyingkatan kata-kata, antara lain:
    1. einmal menjadi mal , bahkan di beberapa daerah disingkat menjadi ma .
    2. es menjadi 's (kecuali terletak di awal kalimat).
    3. gerade menjadi grade .
    4. ist menjadi is .
    5. nein menjadi nee atau .
    6. nicht menjadi nich .
    7. nichts menjadi nix .
  1. Huruf e pada akhiran kata kerja orang pertama tunggal ( ich ) dihilangkan, misalnya: ich habe menjadi ich hab , ich sage menjadi ich sag , ich sehe menjadi ich seh , dan sebagainya.
  1. Huruf e pada akhiran -en kata kerja lampau dihilangkan jika suku kata nan mendahuluinya berakhiran dengan huruf vokal, seperti gesehen menjadi gesehn , gefahren menjadi gefahrn atau gefahn .
  1. Huruf awal ei- pada artikel indefinitif dihilangkan, misalnya ein menjadi 'n , eine menjadi ne , einer menjadi ner , einem menjadi nem , einen menjadi nen .
  1. Jika kata kerja mendahului kata ganti orang, kata ganti orang disederhanakan dan digabungkan dengan kata kerja nan menduluinya, seperti dalam contoh berikut:
    1. bin ich menjadi binnich , habe ich menjadi habbich , sage ich menjadi sagich .
    2. bist du menjadi biste , hast du menjadi haste , sagst du menjadi sagste .
    3. ist er menjadi isser , hat er menjadi hatter , sagt er menjadi sagter .
    4. ist sie menjadi isse , hat sie menjadi hatse , sagt sie menjadi sagtse .
    5. ist es menjadi isses , hat es menjadi hats , sagt es menjadi sagts .
    6. sind wir menjadi sindwer , haben wir menjadi hamwer , sagen wir menjadi sagenwer .
    7. seid ihr menjadi seiter , habt ihr menjadi habter , sagt ihr menjadi sagter .
    8. sind sie menjadi sindse , haben sie menjadi hamse , sagen sie menjadi sagense .

Demikian sedikit disparitas antara langgam percakapan bahasa Jerman lisan (yang mungkin tak pernah Anda pelajari di kelas-kelas kursus bahasa Jerman) dengan bahasa tulisan nan terikat dengan gramatika. Di luar itu masih banyak lagi disparitas nan mungkin akan Anda jumpai.

Satu pesan buat Anda nan akan berinteraksi langsung secara lisan dengan orang Jerman, yakni lupakan gramatika! Orang Jerman akan tetap memahami percakapan bahasa Jerman Anda meski salah secara gramatika.

Pada umumnya orang Jerman lebih menaruh respek kepada orang asing nan berbicara dalam bahasa mereka. Oleh karena itulah, jika Anda berencana buat mengunjungi Jerman dalam waktu dekat, ada baiknya Anda mempersiapkan diri dengan mengenal sedikit percakapan bahasa Jerman sederhana.

Mirip dengan beberapa bahasa daerah di Indonesia, percakapan bahasa Jerman mengenal dua modus sapaan: sopan dan akrab. Jika versus bicara Anda lebih tua, memiliki kedudukan nan lebih tinggi dari Anda, atau belum Anda kenal dengan akrab, Anda seharusnya menggunakan sapaan sopan.

Sedangkan jika versus bicara Anda lebih muda, sederajat, teman akrab, atau lebih tua namun memiliki ikatan keluarga dengan Anda (termasuk dengan orangtua sendiri), Anda dapat menggunakan sapaan akrab. Tulisan ini akan memberikan sedikit citra pada Anda tentang percakapan bahasa Jerman sederhana, baik dengan modus sapaan sopan maupun akrab.



Sapaan Salam

Ketika bertemu, orang Jerman biasanya saling menyapa dengan sapaan salam. Berikut contoh-contoh sapaan salam dalam percakapan bahasa Jerman beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia:

Guten Morgen.
Selamat pagi.

Guten Tag.
Selamat siang.

Guten Abend.
Selamat malam.

Gruβ Gott.
Salam sejahtera dari Tuhan (mirip ucapan assalamu 'alaikum dalam bahasa Arab dan Indonesia).

Ketika berpisah, dalam percakapan bahasa Jerman biasanya digunakan kalimat berikut:

Auf Wiedersehen.
Sampai jumpa.

Bis bald.
Sampai ketemu lagi (dalam waktu dekat).

Tschüs.
Selamat tinggal.

Tidak ada disparitas antara sapaan sopan dan akrab dalam ucapan salam di atas. Anda bisa memilih salah satu nan paling mudah diingat dan dilafalkan.



Menanyakan Kabar

Setelah menyapa, orang Jerman biasanya saling menanyakan kabar. Berikut contoh kalimat buat menanyakan kabar dalam percakapan bahasa Jerman:

Wie geht es Ihnen?
Bagaimana kabar Anda? (sopan)

Wie geht es dir?
Bagaimana kabarmu? (akrab)

Terdapat bermacam-macam pilihan jawaban atas pertanyaan di atas. Namun biasanya jawaban nan lazim dalam percakapan bahasa Jerman ialah sebagai berikut:

Danke, gut. Und Ihnen?
Baik, terima kasih. Dan Anda? (sopan)

Danke, gut. Und dir?
Baik, terima kasih. Dan kamu? (akrab)

Selain menyatakan kabar baik, orang Jerman juga lazim menyebutkan keadaan dirinya biasa-biasa saja dengan kalimat berikut:

Danke, es geht. Und Ihnen?
Terima kasih, biasa-biasa saja. Dan Anda? (sopan)

Danke, es geht. Und dir?
Terima kasih, biasa-biasa saja. Dan kamu? (akrab)



Memperkenalkan Diri

Jika baru pertama kali bertemu, lazimnya kita memperkenalkan diri dengan versus bicara dengan menyebutkan nama dan asal. Berikut kalimat taaruf nan biasa digunakan dalam percakapan bahasa Jerman:

Ich bin Ahmad. Ich bin aus Indonesien.
Saya Ahmad. Saya dari Indonesia.

Mein Name ist Ahmad. Ich komme aus Indonesien.
Nama aku Ahmad. Saya berasal dari Indonesia.

Anda dapat memilih salah satu dari kedua kalimat di atas. Tidak ada disparitas antara modus sapaan sopan dan akrab.

Untuk menanyakan nama versus bicara, dalam percakapan bahasa Jerman biasanya digunakan kalimat berikut:

Wie heiβen Sie?
Siapa nama Anda? (sopan)

Wie heiβt du?
Siapa nama kamu? (akrab)

Wie ist Ihr Name?
Siapa nama Anda? (sopan)

Wie ist dein Name?
Siapa nama kamu? (akrab)

Sementara buat menanyakan asal versus bicara, dalam percakapan bahasa Jerman biasa digunakan kalimat berikut:

Woher kommen Sie?
Dari mana Anda berasal? (sopan)

Woher kommst du?
Dari mana kamu berasal (akrab)



Catatan: Cara Membaca

Seperti bahasa Indonesia, bahasa Jerman juga konsisten dalam tulisan dan bacaan. Berbeda dengan bahasa Inggris atau Perancis nan kadang atau bahkan sering, tulisan berbeda dengan bacaan.

Namun, ada beberapa kaidah nan perlu Anda ketahui dalam membaca tulisan dalam bahasa Jerman. Kaidah tersebut ialah sebagai berikut:

  1. Huruf ä dibaca dengan suara e pepet .
  2. Huruf ü dibaca dengan mulut terbuka seperti menyebut huruf u , namun suara nan keluar ialah i .
  3. Huruf ö dibaca dengan mulut terbuka seperti menyebut huruf o , namun suara nan keluar ialah i .
  4. Huruf ß (eszet) atau ss dibaca dengan suara seperti s biasa.
  5. Huruf ch dibaca dengan suara h tipis seperti pada kata khusus atau makhluk .
  6. Huruf sch dibaca dengan suara s tebal seperti pada kata sholat dan shodaqoh (dalam bahasa Arab).
  7. Huruf ei nan berdampingan dibaca ai seperti pada kata air atau ramai (diftong).
  8. Huruf eu dan äu yang berdampingan dibaca oi seperti pada kata amboi dan sepoi (diftong).
  9. Huruf w dibaca dengan suara antara v dan w , tak jelas seperti pada kata voltase atau wayang , namun berada di antara keduanya.
  10. Huruf z dibaca dengan suara c seperti pada kata cabai atau cengkeh .