Peristiwa-peristiwa Krusial dalam Hayati Khalid Bin Walid
Siapa Sang Pedang Allah? Jawabannya, Khalid bin Walid. Siapa panglima perang nan paling disegani pada zaman pemerintahan Khulafaur Rasyidin? Jawabannya juga sama, Khalid bin Walid. Nama beliau menjadi sejarah nan juga tak terpisahkan dari Islam. Memang, Islam memiliki seorang ksatria nan disegani dan membela agamanya dengan yakin. Ia ialah salah satu pejuang Islam nan membanggakan.
Menjadi seorang ksatria nan disegani sebab kemampuannya menghadapi versus niscaya akan meninggalkan sebuah cerita menakjubkan suatu hari nanti. Mempertaruhkan nyawanya buat sesuatu nan ia yakini, kemudian kembali dengan sebuah kemenangan ialah hal-hal ideal nan menjadi dambaan bagi pejuang mana pun. Terlebih jika ia kemudian dapat memengaruhi banyak orang di sekitarnya.
Jika ada sekelompok lelaki hebat di global ini, itu ialah para sahabat nabi. Mereka ialah para pejuang Islam nan membantu Nabi Muhammada Saw buat menyebarkan ajaran agama Allah. Dengan hanya berbekal sebuah keyakinan di dada bahwa Allah ialah satu-satunya nan berkuasa di global ini, mereka berani menghadapi kesulitan berupa apa pun.
Lelaki-lelaki seperti itu menjadi ujung tombak perjuangan Rasulullah Saw saat menyebarkan ajaran agama Islam di tengah penguasaan kaum sebelumnya. Mereka ialah pejuang-pejuang nan telah dijanjikan surga oleh Allah.
Islam ialah agama terakhir nan diwahyukan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam perjalanannya meyakinkan umat, Nabi Muhammad Saw bukan berarti tak pernah menemukan hambatan. Perlawanan dari umat-umat agama sebelumnya menjadi sandungan Nabi Muhammad Saw dalam menyebarkan ajaran Allah.
Maha Besar Allah, Dia pun menganugerahkan Nabi Muhammad Saw orang-orang hebat nan siap membantu. Orang-orang hebat tersebut ditakdirkan Allah buat setia hingga akhir hayatnya dan dijanjikan surga nan kekal. Salah satu nan dijanjikan Allah Swt atas surga ialah Khalid bin Walid.
Menjadi muslim seutuhnya dengan menjauhi segala embargo Allah dan menjalankan segala perintah-Nya bukan perkara mudah bagi sebagian besar masyarakat muslim. Berjuang buat dirinya sendiri agar terhindar dari barah neraka dapat jadi merupakan hal nan sulit. Bayangkan, bagaimana sulitnya apa nan dilakukan oleh orang-orang hebat seperti Khalid bin Walid.
Beliau berjuang bukan buat dirinya sendiri, tapi juga agama Islam secara keseluruhan. Beliau berjuang demi menyebarkan dan membela ajaran Allah Swt. Caranya bermacam-macam, mulai dari berdakwah hingga perang. Semua itu dilakukan oleh beliau agar umat percaya dan mulai ikut meyakini bahwa agama penyempurna dari agama-agama nan telah lalu ialah Islam.
Berbagai peristiwa perang dalam mempertahankan ajarana agama Allah telah dirasakannya. Beliau ialah seorang nan piawai dalam berperang. Keahliannya dalam memainkan pedang itulah nan membuatnya mendapat julukan Syaifulloh nan artinya kurang lebih ialah pedang Allah nan terhunus.
Siapa Khalid bin Walid?
Selayaknya seorang manusia, pejuang Islam nan hebat ini juga dilahirkan. Ketika Islam mulai hadir dan berkembang, beliau berusia kurang lebih 17 tahun. Usia remaja nan penuh dengan semangat membela apa nan dianggapnya benar. Jadilah itu tumbuh menjadi pribadi nan memusuhi Islam. Sebuah ajaran agama nan dianggapnya salah.
Beliau ialah Suku Banum Makhzum. Suku Banum Makhzum ialah bagian dari Suku Quraisy. Ayahhanda beliau ialah Walid bin Mughirah. Kehebatan nan dimiliki oleh Khalid bin Walid dapat jadi sebab warisan dari ayahandanya. Ayahanda beliau ialah pemimpin nan disegani oleh kaum Quraisy.
Dari seorang wanita bernama Lababah, Khalid bin Walid lahir ke dunia. Jika dilihat berdasarkan silsilah keluarganya, beliau masih kerabat dekat dari Nabi Muhammad Saw. Interaksi kekerabatan itu didapat beliau dari bibinya nan ternyata ialah istri dari Nabi Muhammad Saw, Maimunah.
Sesungguhnya, beliau datang dari keluarga nan baik. Ayahnya nan terkenal di kalangan orang Quraisy ialah orang dengan harta nan berkecukupan. Beliau sangat menghormati Ka’bah. Bahkan dengan kekayaannya itulah beliau mengganti kain epilog Ka’bah setiap dua tahun sekali.
Kebaikan ayahanda Khalid bin Walid tak berhenti sampai di situ. Beliau juga menjadi pihak nan menyediakan makanan buat para jemaah haji pada setiap musim haji tiba. Bahkan kaum Quraisy lah nan saat itu juga pernah memperbaiki Ka’bah. Karena takut, bagian dari Ka’bah menimpa diri, Walid berbicara dengan lantang. “Tuhan, jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumah-Mu.” Begitu kira-kira nan dikatakan oleh Khalid.
Awal Perlawanan Khalid bin Walid Kepada Islam
Lantas, mengapa pejuang hebat ini dapat sampai memusuhi Islam jika latar belakang keluarganya baik dan menghormati Islam? Jawabannya ada pada lingkungan saat itu nan memang tak begitu berpihak pada Islam. Beranjak dewasa, Khalid nan memang keturunan salah satu pemimpin Quraisy mewarisi talenta ayahnya. Beliau juga menjadi seorang pemimpin nan disegani.
Kecintaan beliau terhadap kaumnya, Quraisy, membentuk tekad Khalid buat menjadi pahlawan bagi kaumnya. Inilah nan berpengaruh terhadap sikapnya nan perlahan memusuhi Islam. Dalam masa kepemimpinannya, umat Quraisy sedang dalam keadaan membenci Islam.
Kaum Quraisy menganggap bahwa umat Islam akan dapat mengancam adat Norma mereka sehingga kaum Quraisy menjadi sangat benci dan anti terhadap Islam. Mereka beranggapan bahwa Islam harus dihancurkan hingga akar-akarnya. Senjata pun mereka angkat buat memulai misinya. Sebagai seorang pemimpin, Khalid bin Walid berdiri di jajaran paling depan.
Keinginan beliau buat menjadi pemimpin dan pahlawan bagi kaumnya juga menjadi faktor pendorong mengapa memusuhi Islam sampai dilakukannya. Padahal, dalam hatinya, beliau ialah orang baik. Beliau ialah anak nan gagah berani dan berasal dari keluarga baik-baik. Hal Ini membuktikan bahwa pergaulan dan lingkungan menjadi dua faktor nan ampuh memengaruhi psikologi seseorang. Tak terkecuali seorang pejuang hebat seperti beliau ini.
Peristiwa-peristiwa Krusial dalam Hayati Khalid Bin Walid
Sebagai seorang tokoh Islam nan cukup berpengaruh, Khalid tentu saja mengalami banyak peristiwa krusial dalam hidupnya. Perjalannnya menjadi seorang pejuang Islam tak serta merta mudah. Berbagai perlawanan, dan pertempuran dihadapinya demi memperjuangkan agama Allah.
Berikut ini rangkaian peristiwa nan terjadi selama belaiu berjuang buat Islam.
1. Perang Yarmuk
Peristiwa ini terjadi saat pemerintahan Islam dipimpin oleh Abu Bakar. Sebagai pemimpin nan tengah berkuasa saat itu, Abu Bakar memerintahkan Khalid buat memimpin sebanyak 46.000 pasukan buat melawan tentara dari Byzantium nan jumlahnya sangat jauh lebih banyak. Yaitu sekitar 250.000 pasukan.
Jumlah pasukan nan jauh berbeda tak menyurutkan semangat dan keberanian Khalid. Beliau dengan konfiden dan gagah berani menghadapi pasukan nan jumlahnya ratusan ribu tersebut. Satu hal nan membuat beliau ragu ialah jika suasana hati tiba-tiba memengaruhi semangatnya. Berkaitan dengan diangkatnya ia menjadi panglima perang.
Secara logika, jumlah pasukan Khalid nan lebih sedikit akan dengan mudah dikalahkan oleh tentara Byzantium. Membayangkan ratusan ribu orang mengepung puluhan ribu orang tentu bukan hal menyenangkan. Ketidakadilan berlaku di sini. Tapi, bukan seorang pejuang jika ia mudah menyerah.
Merasa bahwa tak mungkin ia akan memenangkan peperangan jika hanya mengandalkan jumlah tentaranya, beliau pun mulai mengatur strategi. Keadaan ini semakin diperparah dengan persenjataan nan kurang dan sumber daya manusia nan kurang baik. Sehingga, satu-satunya cara buat memenangkan pertempuran ini ialah dengan mengandalkan kecerdikkan Khalid selaku pemimpin.
Strategi nan diterapkan oleh Khalid benar-benar cerdik. Beliau seolah memanipulasi jumlah tentaranya nan sedikit menjadi terlihat lebih banyak. Beliau membagi 46.000 tentaranya ke dalam 40 kontingen. Pembagian kontingen ini tujuannya buat mengakali lawan.
Taktik nan digunakan oleh Khalid ini berhasil. Musuh membagi tentaranya menjadi beberapa bagian. Bahkan, masing-masing dari tentara tersebut harus diikat dengan besi agar tak melarikan diri dari peperangan. Pihak musuh merasa risi dan takut. Mereka gentar. Khalid pun sukses membuat tentara-tentara Byzantium mundur.
2. Perang Riddah
Perang selanjutnya nan harus dihadapi Khalid ialah Perang Riddah. Perang ini berlatarbelakang kesedihan Abu Bakar sebagai pemimpin saat itu nan tak lagi didengar oleh suku bangsa nan ada di Arab. Sikap acuh nan diperlihatkan suku Arab ini secara tak langsung disebabkan sebab wafatnya Rasulullah Saw. Asumsi bahwa perjanjian nan dibuat dengan Rasulullah dianggap batal bersamaan dengan wafatnya beliau ialah barah penyulut terjadinya perang ini.
Sikap kontradiksi nan ditujukan suku Arab mengakibatkan ancaman tersendiri bagi pemerintahan. Abu Bakar pun mengutus pejuang Islam ini buat menghadapi ancaman dari para penentang tersebut. Keputusan Abu Bakar buat menugaskan Khalid sangat tepat. Pasukan nan dipimpin oleh Pedang Allah inipun sukses memenangkan pertempuran.
Masa-masa Khalid sebagai pemimpin pasukan perang berakhi saat Umar bin Khatab memerintahkannya buat berhenti sesaat dari jabatan pemimpin. Sebagai gantinya, Umar memerintahkan Khalid menjadi duta besar. Padahal, selama dalam kinerjanya, Khalid bin Walid tak pernah mengecewakan pihak pemerintah. Beliau pun menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Abu Ubaidah bin Jarrah.
Ternyata keputusan Umar buat memensiunkan Khalid ialah sebab kehebatan Khalid itu sendiri. Umar tak ingin, kehebatan Khalid membuat kaum muslimin mendewakannya sehingga keputusan buat menjauhkan Khalid dari hal-hal bersifat pertarungan pun diambil.
Sebagai manusia, Khalid bin Walid juga ditakdirkan buat meninggal. Kematian beliau ditangisi oleh banyak pihak, salah satunya ialah Umar bin Khatab sendiri. Ia menangis sebab belum sempat mengembalikan jabatan sebagai pemimpin perang kepada Khalid.