Kesenian Suku Batak – Ulos

Kesenian Suku Batak – Ulos

Kesenian suku Batak merupakan satu dari banyaknya kesenian suku-suku nan dimiliki Indonesia. Kesenian suku Batak tentu saja hanya dimiliki oleh mereka nan berasal dari suku Batak. Keunikan dan keanekaragaman kesenian disuguhkan oleh masyarakat nan tinggal di Sumatera bagian Utara, Sumatera bagian Timur dan Tapanuli ini.

Membicarakan kebudayaan atau kesenian nan dimiliki oleh masyarakat Indonesia seperti tak pernah ada habisnya. Niscaya akan selalu saja ada hal baru nan menarik buat diperbincangkan. Kebanggaan pun seolah takada habisnya. Begitupun ketika membicarakan kesenian suku Batak nan merupakan salah satu kesenian orisinil Indonesia.

Wilayah Indonesia dibedakan atas keadaan geografis nan memang berbeda dengan negara lain. Perjalanan darat, udara dan bahari pun tersedia sebagai wahana menempuh berbagai wilayah di Indonesia. Hal itulah nan kemudian membuat kesenian di Indonesia pun tak sama di setiap wilayahnya. Demikian halnya dengan kesenian suku Batak.

Sudah bisa dipastikan jika kesenian suku Batak memiliki loka tersendiri dalam khazanah kebudayaan nusantara sebab keunikannya. Kesenian suku Batak meliputi seni musik dengan karakter lagu melodius, seni tari bergerak maju dan energik, tidak ketinggalan seni kriya nan menonjol dengan kain budaya bernama ulos.

Dalam kesenian suku Batak, Ulos berbentuk selendang nan dibuat menggunakan alat tenun bukan mesin, merupakan tradisi seni kriya nan diwariskan turun-temurun. Ulos bukan lagi sekadar kesenian suku Batak, tapi sudah menjadi bukti diri suku Batak itu sendiri.

Ya, jika kita menyebut ulos maka kita hal itu akan mengingatkan kita akan kesenian suku Batak. Berbeda dengan batik, karena meskipun batik menjadi kain tradisi Jawa tapi dikenal juga di beberapa loka lain dengan karakteristik dan cara pembuatan berbeda. Sedangkan ulos, tidak dapat lain, itu ialah Batak!

Ulos nan merupakan salah satu wujud kesenian suku Batak ternyata memiliki sebuah filosofi. Masyarakat suku Batak percaya bahwa Ulos melambangkan afeksi sesama manusia, sebagaimana falsafah ulos nan menyebut: Ijuk pengihot ni hodong . Ulos penghit ni halong (ijuk ialah pengikat pelepah, ulos ialah pengikat kasih sayang).



Kesenian Suku Batak – Ulos

1. Kesenian Suku Batak - Ulos dalam Tradisi Budaya Batak

Ulos menempati posisi sangat krusial dalam tradisi kebudayaan Batak, karena Ulos merupakan perangkat pelengkap dalam berbagai upacara adat. Konon, Ulos memiliki ‘raksa’ sendiri-sendiri berkaitan dengan sifat, keadaan, fungsi, dan interaksi dengan benda atau peristiwa.

Falsafah kebudayaan Batak memandang bahwa kehidupan didasarkan pada tiga unsur; darah, napas, dan panas. Jika dua unsur nan pertama diberikan Tuhan dengan kadar tepat, tak demikian dengan panas. Panas matahari tak cukup, sebab itu manusia perlu melengkapinya dengan barah dan ulos. Barah buat menghangatkan jasmani, sedangkan Ulos buat menghangatkan hati.

Berangkat dari falsafah kesenian suku Batak tentang Ulos itulah maka muncul istilah ‘mengulosi’ nan berarti menghangatkan dengan ulos. Diyakini dengan mengulosi itulah kaum lelaki nan berjiwa keras memiliki sifat hangat nan melindungi, jantan, dan pahlawan, sedangkan kaum wanitanya memiliki kehangatan nan melindunginya dari guna-guna dan mampu memberikan keturunan.

Begitu sakralnya ulos, sampai-sampai ada anggaran nan harus dipatuhi dalam mengulosi. Menurut kesenian suku Batak mengulosi hanya boleh dilakukan kepada mereka nan secara struktur kekerabatan berada di bawahnya. Orang tua boleh mengulosi anak, tapi anak tak boleh mengulosi orang tua. Hula-hula boru boleh mengulasi boru-nya tapi tak boleh sebaliknya.



2. Kesenian Suku Batak - Falsafah Ulos

Kehidupan nan keras memberikan kearifan tersendiri bagi suku Batak di masa lalu. Hal itu kemudian berimbas pada kesenian suku Batak itu sendiri. Mereka menyadari tak ada hayati nan mudah, tapi berliku-liku penuh tantangan. Semua masalah hanya dapat diselesaikan dengan kesabaran.

Falsafah dalam salah satu kesenian suku batak inilah nan diajarkan kepada anak-anaknya secara simbolik melalui Ulos. Liku-liku benang tenun, rona benang, dan tarikan garis jalur benang nan menghiasi kain Ulos tidak dapat diselesaikan oleh penenun nan terburu-buru. Karena itu, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan.

Mengikuti kesenian suku Batak dalam proses pembuatan Ulos, maka segala proses dan bahan pembuatan Ulos pun harus disesuaikan. Benang ulos dibuat dengan jalan manorha, dan menenunnya menjadi kain dengan cara martonun. Ada tiga rona dominan nan digunakan, yaitu merah, putih, dan hitam. Ada falsafah tersendiri dalam ketiga rona itu; putih berarti suci, merah berarti berani, dan hitam berarti kuat, teguh, kokoh.

Komposisi rona ulos dimulai dengan garis putih dari ujung ke ujung, jumlahnya harus ganjil. Sebab, ada kepercayaan dalam kesenian suku Batak dan tradisi bahwa jumlah ganjil melambangkan derajat nan baik, sedangkan jumlah genap merupakan Ulos kepunyaan hatoban (budak).

Pada umumnya, dalam kesenian suku Batak, Ulos digunakan dengan diselempangkan di pundak kanan, dililitkan di kepala, atau ke badan. Masing-masing memiliki etiket nan harus dipenuhi sebab ulos sekaligus melambangkan status sosial.



3. Kesenian Suku Batak - Macam-macam Ulos

Dalam kesenian suku Batak, Ulos memiliki beberapa jenis. Jenis Ulos tersebut dibedakan berdasarkan beberapa hal. Hal nan paling membedakan antara jenis Ulos nan satu dengan nan lainnya ialah motif. Berikut ini ialah beberapa jenis Ulos nan dikenal oleh masyarakat suku Batak.

a. Kesenian Suku Batak - Ulos Ragidup

Di antara berbagai jenis Ulos nan ada di kesenian suku Batak, Ulos Ragidup nan tertinggi derajatnya. Pembuatannya sangat rumit. Bagian sisi Ulos ditenun langsung sedangkan bagian tengahnya ditenun terpisah dengan motif hias nan rumit, terdiri dari pinarhalak hana (ujung pigura laki-laki) dan pinarhalak boru-boru (ujung pigura perempuan). Setiap pigura diberi motif hias antiganting sigumang dan batuhi ansimun.
Menurut adat dan kesenian suku Batak, Ulos ragidup merupakan perlambang kehidupan, maka setiap keluarga di Batak harus memilikinya. Ulos ini juga perlambang restu dan kebahagiaan, dan umumnya dipajang di dinding rumah.

b. Kesenian Suku Batak - Ulos Ragihotang

Menurut kesenian suku Batak, Ulos Ragitohang termasuk ulos nan berderajat tinggi meskipun tak sampai melampaui Ulos Ragidup. Cara pembuatannya pun sedikit lebih mudah. Ulos ini biasa diberikan dalam pernikahan dan mengandung doa agar ikatan pernikahan menjadi kuat, tak mudah dipatahkan.

c. Kesenian Suku Batak - Ulos Mangiring

Ulos Mangiring biasa digunakan sehari-hari sebagai tali-tali (tutup kepala pria) dan saong (tutup kepala wanita). Dalam kesenian suku Batak, Ulos mangiring diberikan oleh orang nan dituakan kepada cucu-cucunya.

d. Kesenian Suku Batak - Ulos Giun Hinar-Haran

Ulos ini melambangkan kemalangan, biasanya digunakan oleh mereka nan sedang dirundung duka atau tertimpa musibah. Kesenian suku Batak nan berkenaan dengan Ulos memang mewakilkan berbagai hal nan terjadi dalam kehidupan masyarakat suku Batak itu sendiri.

e. Kesenian Suku Batak - Ulos Abit Godang

Berdasarkan kesenian suku Batak, Ulos ini memiliki loka terhormat di kalangan Batak Toba. Masyarakat suku Batak percaya bahwa Ulos Abit Godang ini merupakan perlambang dari asa orang tua agar kehidupan anak-anaknya dilimpahi kebahagiaan dan kebajikan.