Jurnalistik Media Cetak - Proses Penerbitan Buletin

Jurnalistik Media Cetak - Proses Penerbitan Buletin

Anda tentu pernah mendengar istilah jurnalistik media cetak , bukan? Memang, dewasa ini, media informasi mengalami kemajuan nan sangat signifikan sehingga gaung jurnalistik media cetak pun semakin santer terdengar.

Beragam media informasi, baik media cetak maupun elektronik berlomba mengadu kecepatan buat mendapatkan berita. Tuntutan seperti ini jelas membuat si pemburu warta buat terus meningkatkan kemampuan dan kreativitasnya dalam penyampaian informasi.

Nah, mengenai kemampuan dan kreativitas pemburu warta dalam dominasi jurnalistik media cetak ini tentu tak langsung dimiliki oleh si pemburu warta nan bersangkutan. Ada proses nan cukup panjang sebelum si pemburu warta tersebut benar-benar piawai menyampaikan berita, terlebih bagi mereka nan harus mendeskripsikannya melalui sebuah tulisan.

Ilmu nan didapat seorang pemburu warta dari perguruan tinggi memang memiliki peranan nan tak diragukan lagi, namun jauh sebelum itu, tepatnya saat berada di tingat sekolah menengah, kemampuan dan kreativitas dominasi jurnalistik media cetak pun sudah dapat dipelajari. Salah satu cara mempelajarinya ialah melalui media-media cetak nan biasa dimiliki oleh sekolah.



Jurnalistik Media Cetak di Sekolah

Disadari atau tidak, keberadaan jurnalistik media cedia cetak di sekolah sangatlah diperlukan. Melalui media cetak nan beredar di kalangan sekolah, secara tak langsung siswa bisa berlatih menulis sekaligus menjadi terbiasa membaca. Jurnalistik media cetak di sekolah bisa berupa majalah dinding atau buletin sekolah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) buletin diartikan sebagai media cetak berupa risalah atau majalah, berisi berita singkat atau pernyataan tertulis nan diterbitkan secara periodik oleh suatu organisasi atau forum buat kelompok profesi tertentu. Karena pengelolaan buletin harus terorganisasi, sebaiknya sekolah membentuk satu sarana Pers Sekolah nan mewadahi minat siswa di bidang jurnalistik buat menerbitkan buletin.

Yang jadi pertanyaan, terlebih dari kalangan sekolah nan belum memiliki jurnalistik media cetak ialah bagaimana sebuah jurnalistik media cetak di sekolah dapat direalisasikan? Tenang, berikut ini akan penulis jabarkan segala hal nan berkaitan dengan proses penerbitan sebuah jurnalistik media cetak di sekolah, terutama butetin.



Jurnalistik Media Cetak - Proses Penerbitan Buletin

Untuk menerbitkan buletin, diperlukan tahap-tahap nan harus dilalui. Berikut urutan penerbitan buletin dari mulai perencanaan sampai distribusi.



1. Jurnalistik Media Cetak - Perencanaan

Redaksi melakukan perencaan penerbitan buletin setiap edisi. Misalnya, redaksi menentukan tema primer nan akan dibahas menjadi headline dan laporan utama. Tentunya pimpinan redaksi dan staf redaksi harus kreatif dan cermat dalam menentukan tema.

Perencanaan pun dilakukan buat menyesuaikan dengan tenggat waktu (deadline) naskah buletin harus dicetak dan diterbitkan. Misalnya, kalau buletin biasa terbit minggu ke-3 setiap bulannya, berarti -2.

Redaksi pun harus dapat menjalin kolaborasi dengan pihak sekolah atau ekstrakurikuler nan lain buat mengetahui agenda kegiatan nan akan dilaksanakan. Hal itu akan memudahkan redaksi dalam memperoleh warta atau informasi.



2. Jurnalistik Media Cetak - Menghimpun Bahan atau Naskah

Selain rumpun page editorial (halaman spesifik redaksi: tajuk rencana, kolom pojok, dan karikatur) dan warta (news), naskah tulisan buat mengisi kolom-kolom nan lain ada baiknya dihimpun dari para siswa.

Redaksi bisa menyediakan kotak naskah buat memudahkan para siswa memasukkan naskah. Biasanya kalau menyerahkan langsung ke staf redaksi ada perasaan malu. Tetapi kalau melalui kotak naskah, para siswa bisa memasukkannya kapan saja.

Selain melalui kotak naskah, redaksi juga bisa menyediakan alamat pos elektronik (e-mail) bilamana ada siswa nan ingin mengirimkan naskah melalui e-mail. Adapun ketentuan naskah nan akan dimuat sebaiknya diumumkan di setiap edisi. Sehingga pembaca bisa mengetahuinya.



3. Jurnalistik Media Cetak - Menyeleksi Naskah nan Akan Dimuat

Jika naskah nan masuk melebihi kuota, redaksi dapat melakukan seleksi. Redaksi dapat menyeleksi naskah mana nan paling layak muat. Seleksi pertama dapat dilihat dari tema atau isi ceritanya. Untuk tema atau isi cerita nan sama, pilih salah satunya saja. Kemudian, memilih tulisan bagi penulis nan belum pernah dimuat dapat menjadi pertimbangan berikutnya.

Seleksi naskah ini diperlukan juga buat menghindari pemuatan naskah nan tak sinkron dengan visi dan misi buletin, terutama isi nan menyinggung SARA.



4. Jurnalistik Media Cetak - Pengetikan Naskah dan Layout (Tata Letak)

Naskah nan masuk ke redaksi dalam bentuk tulisan tangan atau print out harus diketik ulang sebelum dimasukkan ke dalam format buletin. Pengetikan bisa dilakukan secara bertahap.

Setelah selesai pengetikan naskah nan sudah ada tinggal di-layout ke dalam format buletin nan sudah ada. Program komputer nan mendukung pembuatan buletin di antaranya ialah Corel, PageMaker, maupun InDesign.

Pada saat menata tulisan sinkron dengan kolomnya, kita juga bisa langsung menambahkan ilustrasi berupa foto, gambar, sketsa, dan sebagainya. Untuk warta bisa ditambahkan dengan foto peristiwa sinkron isi beritanya.



5. Jurnalistik Media Cetak - Penyuntingan (Editing)

Penyuntingan diperlukan buat meminimalisasi kesalahan tanda baca dalam pengetikan, kesalahan ejaan, maupun kesalahan kaidah bahasa nan akan mengganggu pembaca. Penyuntingan bisa langsung dilakukan di komputer sebelum naskah nan sudah di-layout tersebut dicetak (print).

Idealnya penyuntingan dilakukan tak hanya sekali. Pada saat pengetikan naskah sebaiknya sekaligus melakukan penyuntingan. Sehingga kesalahan pada saat naskah di-layout semakin kecil.



6. Jurnalistik Media Cetak - Naskah Dummy

Setelah naskah sudah dianggap selesai, kita bisa mencetaknya (print). Sebelumnya, buletin tersebut diubah dulu (booklet) sehingga susunan halamannya seperti buku. Hal ini buat memudahkan pada saat perbanyakan dan penyusunan buletin.

Naskah cetak nan siap diperbanyak dikenal dengan istilah dummy. Di penerbit buku setelah dummy akan cetak biru (blue print) sebelum naik cetak buat diperbanyak di percetakan.



7. Jurnalistik Media Cetak - Proses Cetak/Perbanyakan Buletin

Perbanyakan buletin dapat dilakukan secara sederhana dengan fotokopi atau menggunakan mesin cetak. Jumlah eksemplar nan dicetak disesuaikan dengan jumlah oplah nan biasa dibuat.

Kalau buletin itu akan dibagikan kepada seluruh siswa, oplah buletin dapat mencapai ratusan bahkan mencapai angka 1.000 eksemplar dalam sekali terbit. Tentu itu jumlah nan luar biasa buat media sekolah. Artinya, setiap edisi buletin itu akan dibaca oleh 1.000 orang siswa.

Jika seorang siswa membawa buletin itu ke rumah dan dibaca pula oleh satu orang anggota keluarga saja, buletin itu dibaca oleh 2.000 orang. Sungguh penyebaran ’virus’ membaca nan luar biasa efektif.
Nah, itulah beberapa langkah nan bisa dilakukan buat menerbitkan sebuah jurnalistik media cetak di sekolah.

Pengetahuan dan pengalaman nan dimiliki seorang pemburu warta saat berada di masa sekolah ditambah tempaan pengetahuan selama mengikuti kuliah ataupun pelatihan-pelatihan jurnalisme nan pernah dilakukan, secara tak langsung akan membuat pemahaman dan kreativitas seorang pemburu warta semakin teruji.

Seorang pemburu warta nan piawai menyampaikan berita, terlebih melalui sebuah tulisan ialah orang-orang nan tidak pernah bosan belajar dan menggali pengalaman. Untuk itu, tidak ada alasan bagi Anda nan notabene baru memulai aktivitas di global jurnalistik media cetak buat berhenti belajar.