Tanah Latosol
Pernahkan Anda memperhatikan alam sekitar Anda? Juga tanah nan Anda injak sehari-hari. Bagaimana Anda harus mengajarkan kepada anak Anda, mana dari tanah tersebut nan berjenis tanah latosol , tanah alluvial, tanah gambut atau tanah vulkanik? Pengetahuan alam seperti ini sangat perlu juga, buat membantu menambah pengetahuan bagi putra putri Anda tentunya.
Tentang Tanah
Tanah nan sehari-hari Anda pijak ini ternyata memiliki ragam jenis dan kandungan. Di setiap daerah, tanah memiliki jenis dan kandungan nan berbeda-beda. Semua ini tergantung pula pada kandungan-kandungan mineral nan terdapat pada tanah tersebut. Secara umum, tanah tersusun atas bahan mineral, bahan organik, air tanah, dan udara. Semua unsur tersebut membentuk taraf kesuburan tanah.
Kandungan mineral dalam tanah berasal dari batuan nan telah mengalami perubahan pada jangka waktu tertentu. Yaitu mengalami pelapukan. Dan ini pada awalnya terjadi pada jutaan tahun nan lalu. Kandungan organik nan tersimpan di dalam tanah berasal dari organisme nan mati. Perbandingan kandungan dalam susunan tanah sering kali berubah setiap saat. Perubahan perbandingan kandungan organik tersebut tergantung pada banyak sebab, salah satunya ialah cuaca dan iklim.
Adapun perbandingan komponen tanah nan baik buat tanaman ialah bahan mineral 45%, bahan organik 5%, air 25%, dan udara 25%. Tanah juga bisa terbentuk dengan baik jika ada pengaruh suhu udara dan curah hujan.
Di Indonesia sendiri memiliki tanah nan fertile sebab Indonesia beriklim tropis dengan curah hujan nan tinggi. Oleh sebab itu, sumber daya tanah di Indonesia sangat potensial buat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Mengenal Jenis-jenis Tanah
Ada beberapa jenis tanah nan bisa Anda kenali, yakni sebagai berikut.
a. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan tanah nan cukup fertile terutama buat hutan. Litosol ialah jenis tanah nan belum mengalami perkembangan setelah terjadi pelapukan. Tanah ini tersebar di daerah Pulau Jawa, Nusa Tenggara, dan Maluku.
b. Tanah Latosol
Tanah latosol ialah tanah nan memiliki beberapa jenis warna. Ada nan berwarna merah, cokelat kemerahan, cokelat kekuningan atau kuning. Tanah ini cukup fertile sehingga cocok buat pertanian dan perkebunan. Persebarannya hampir di seluruh Indonesia, kecuali Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
c. Tanah Aluvial
Tanah aluvial disebut juga tanah entisol. Jenis tanah ini memiliki kesuburan nan cukup, cocok buat dimanfaatkan sebagai hutan atau usaha pertanian. Jenis tanah ini tersebar di Indonesia sepanjang genre sungai di Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Sumatera, Maluku Selatan, dan daerah genre sungai di seluruh Indonesia.
d. Tanah Gambut
Tanah gambut disebut juga organosol. Tanah gambut berwarna cokelat tua dan banyak mengandung bahan organik. Tanah ini kurang subur, tetapi masih bisa dimanfaatkan buat pertanian atau sawah. Tanah jenis ini berada di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
e. Tanah Vulkanik
Tanah vulkanik disebut juga tanah andosol, yaitu tanah nan terbentuk dari abu vulkanik nan keluar dari letusan gunung berapi. Rona tanahnya hitam dan cukup subur. Cocok buat pertanian dan perkebunan. Tanah ini tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera.
f. Tanah Mediteran
Tanah mediteran disebut juga tanah alfisol. Tanah ini banyak mengandung aluminium, besi, air, dan bahan organik. Oleh sebab itu, tanah ini cukup subur. Tanah ini terdapat di Pulau Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
g. Tanah Grumusol atau Vertisol
Tanah grumusol memiliki taraf kesuburan nan cukup baik. Jenis tanah ini terdapat di lembah pegunungan. Penyebarannya di daerah Madura, Gunung Kidul, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.
h. Tanah Renzina atau Mollisol
Tanah jenis ini biasanya berwarna merah, cokelat, atau hitam. Tanah renzina sangat ocok buat menanam palawija. Tanah ini berada di daerah nan kering, seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Tanah Latosol
Khusus buat jenis tanah latosol, orang sering menyebutnya dengan tanah kebun. Bagi Anda nan bahagia berkebun mengisi waktu luang, tentu sangat paham dan mengetahui betapa pentingnya keberadaan tanah kebun tersebut.
Selain tanah kebun berguna buat menyuburkan tanam-tanaman, tanah kebun pun merupakan jenis tanah nan cukup fertile dan cocok buat ditanami oleh segala jenis tanaman. Karena kandungan dari unsur hara nan ada pada tanah jenis ini cukup banyak.
Tanah latosol memiliki beberapa jenis warna, tergantung pada berapa presentasi kandungan organik nan mempengaruhinya. Kandungan organik tersebut mempengaruhi sehingga membentuk rona merah, cokelat kekuningan, kuning atau cokelat kemerahan.
Namun apapun rona dari tanah ini, taraf kesuburannya tak perlu diragukan. Karena berbagai unsur hara nan membentuknya.
Memelihara Tanah Latosol
Setelah mengenal berbagai jenis tanah tersebut, setidaknya Anda dapat lebih peduli terhadap lingkungan sekitar Anda. Sebab, jika tanah nan memiliki taraf kesuburan cukup baik tersebut tercemar oleh berbagai limbah, tentunya tak akan bisa dimanfaatkan. Bahkan akan merugikan Anda, karena pemulihannya akan membutuhkan waktu nan lama. Berikutnya tanah nan tercemar limbah, lebih sulit buat pulih seperti sedia kala.
Ciri fisik dari tanah latosol ialah kering apabila dilihat kasat mata. Tanah ini mengandung segregate prismatik nan membentuk struktur. Dan didominasi oleh solum hingga kedalaman 40 cm. Karena sifatnya nan kering tadi, justru pada saat terkena hujan atau becek, ia akan berubah menjadi liat dan licin.
Keberadaan tanah jenis latosol ini perlu dipertahankan, sebagai bagian dari pembentuk bumi nan Anda miliki saat ini. Beberapa cara nan bisa Anda lakukan ialah sebagai berikut:
- Memilih jenis tanaman nan akan dibudidayakan. Karena tanah jenis ini hanya terdapat hingga kedalaman 600-800 meter dpl (di atas permukaan laut), maka pilihlah tanaman nan cocok pada kedalaman tersebut. Dengan maksud tak sampai merusak struktur tanahnya. Tanaman nan cocok seperti, kacang tanah, padi gogo, jeruk, kecipir, dan lamtoro.
- Memberi tanaman pelindung. Pada saat musim hujan, tanah jenis ini menjadi liat serta licin. Karena itu perlu diberi tanaman pelindung homogen tanaman perdu seperti teh. Dengan tujuan buat memperkuat bagian-bagian eksklusif dari struktur tanah.
- Dibuatkan terasering. Penanaman di kontur nan miring perlu dibuatkan terasering, buat menahan kekuatan tanah agar tak gugur. Terasering nan baik ialah pada slope mikro 2-5%.
- Membuat drainase. Karena sifat tanah ini mudah licin pada musim hujan nan deras, maka perlu dibuatkan semacam drainase. Yang bertujuan buat memperlambat lajunya arus air hujan nan meresap ke dalam tanah, sehingga tanah tak cepat licin. Metode drainase nan tepat disebut dengan drainase model goler kampak.
- Memberi variasi tanaman pada tanah jenis latosol. Dengan tujuan buat membuat tanah ini lebih produktif. Caranya ialah dengan mengkombinasikan penanaman tanaman nan berakar lebat namun dangkal dengan tanaman nan berakar tunggang. Barulah ditanam pula beberapa tanaman nan bertujuan buat dikembangkan.
- Memperhatikan cuaca dan iklim. Membudidayakan tanah jenis ini harus pandai-pandai memperhatikan perubahan cuaca serta iklim. Agar bisa memilih tanaman nan tepat sinkron waktunya. Contoh menanam pohon teh-tehan pada saat musim penghujan. Agar unsur hara nan terkandung tak cepat boros, menguap dan hilang.
Ternyat di balik segumpal tanah ada banyak cerita. Dan bukan sekedar tanah nan Anda pijak di bumi kita ini. Salah satunya ialah kisah panjang si tanah latosol ini, bukan?